Kekecewaan Terhadap Bebasnya Abu Bakar Ba’asyir

Credit: Fajar Sodiq

Tragedi pengeboman paling tragis yang pernah terjadi di Indonesia, tepatnya berlokasi di Pulau Dewata. Tragedi ini berlangsung pada bulan Oktober 2002 dan menewaskan sebanyak 202 orang, dimana mayoritas di antaranya merupakan warga negara Australia, yaitu sebanyak 88 orang. Aksi terorisme yang bertempat di kawasan Legian ini melibatkan seorang warga negara Indonesia berketurunan Yaman, Abu Bakar Ba’asyir, ia adalah pemimpin Jemaah Islamiyah yang juga memiliki keterkaitan dengan kelompok terorisme Al-Qaeda.

Abu Bakar Ba’asyir sempat mendekam di jeruji besi selama dua tahun akibat kasus ini. Namun, ia kembali dipenjarakan pada tahun 2011 atas dugaan keterlibatan dalam aksi terorisme di Aceh. Abu Bakar Ba’asyir seharusnya dibebaskan pada tahun 2023 mendatang, tetapi ia mendapat remisi selama 55 bulan sehingga pada 8 Januari 2021 ia dinyatakan bebas.

Kabar bebasnya pemimpin Jemaah Islamiyah ini turut mendatangkan respons kekecewaan dari berbagai pihak, terlebih para korban bom Bali tersebut, baik korban selamat maupun kerabat dari korban yang telah tewas. Seperti yang dilansir BBC.com, salah seorang putra dari korban pengeboman ini, Garil Arnandha, mengaku tidak setuju atas pembebasan Ba’asyir. Ia merasa bahwa keputusan ini akan membahayakan warga Indonesia akibat pengaruh Ba’asyir. Namun disisi lain, putra dari Ba’asyir berjanji bahwa sang ayah tidak akan terpengaruh oleh paham-paham radikal apalagi terlibat dengan kelompok-kelompok ekstrimis.

Jan Laczynski kehilangan lima temannya saat terjadinya serangan bom Bali di tahun 2002. (Foto: SBS)

Tidak hanya warga Indonesia saja yang merasa kecewa akan keputusan ini, warga Australia yang mendengar berita ini pun turut menampakkan kekecewaannya. Bentuk kekecewaan mereka diwakilkan oleh Scott Morrison, Perdana Menteri Australia. Ia mengatakan bahwa langkah tersebut sangat berbahaya dalam proses penanggulangan terorisme, khususnya di Indonesia. Ia juga menambahkan bahwa kejadian ini sangat melukai perasaan warganya, khususnya bagi mereka yang terdampak langsung dalam peristiwa tragis tersebut.

Dari pihak pemerintah Indonesia, alasan kemanusiaan menjadi landasan bagi Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, dalam membebaskan Abu Bakar Ba’asyir dari masa tahanannya. 

 

Sumber:

Aini, N. (2019, January 20). Abu Bakar Baasyir Bebas, Korban Bom Bali: Kami Kecewa. Republika Online. https://www.republika.co.id/berita/internasional/asia/19/01/20/pllzwl382-abu-bakar-baasyir-bebas-korban-bom-bali-kami-kecewa

Associated Press. (2021, January 9). Indonesian Cleric Who Inspired 2002 Bali Bombings Freed from Jail. The Diplomat. https://thediplomat.com/2021/01/indonesian-cleric-who-inspired-2002-bali-bombings-freed-from-jail/

Australia, A. (2019, January 21). Ba’asyir Bebas: Media Australia Berikan Kritikan Keras, Korban Bom Bali Kecewa. Detiknews. https://news.detik.com/abc-australia/d-4393669/baasyir-bebas-media-australia-berikan-kritikan-keras-korban-bom-bali-kecewa

BBC News Indonesia. (2021, January 8). Abu Bakar Ba’asyir “dibebaskan”, keluarga akan “jauhkan dari paham tak benar termasuk ISIS”, korban Bom Bali “berusaha memaafkan.” https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-55570909

mediaindonesia.com developer. (2017, October 12). 2002: Tragedi Bom Bali. Mediaindonesia.Com, All Rights Reserved. https://mediaindonesia.com/humaniora/126861/2002-tragedi-bom-bali-1

Author: Preity Uma | IRB News

Editor: Uttari Kandha Ariwangsa | IRB News

Preity Uma