Indonesia Berpotensi Terkena Dampak Konflik AS-China di Laut China Selatan
Sumber: AsiaToday.id
Konflik di Laut China Selatan kini makin memanas, setelah pada bulan Juli yang lalu Amerika Serikat dan China saling unjuk kekuatan militernya dengan mengadakan latihan militer di sekitar Laut China Selatan. Dilansir oleh Republika (23/07/2020), AS telah mengerahkan kapal perang USS Ralph Johnson dengan berlayar di sekitar perairan Kepulauan Spratly, yang diklaim oleh China sebagai bagian dari wilayahnya. Hal ini pun telah mendorong China untuk mengerahkan jet Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat China (PLAAF) dengan berlatih serangan anti-kapal di dekatnya.
Dilansir oleh TEMPO.CO (22/08/2020), baru-baru ini pada (18/08/2020) dunia diguncang dengan bukti foto satelit yang diambil oleh perusahaan Amerika, Planet Labs, yang memperlihatkan kapal selam nuklir milik China yang tengah memasuki pangkalan Angkatan Laut bawah tanah Yulin, tepatnya di Pulau Hainan yang berada di Laut China Selatan. Kapal yang diketahui dilengkapi oleh torpedo rudal perang itu tentu saja membuat AS menjadi lebih waspada akan kekuatan militer China.
Penempatan peralatan dan senjata militer oleh China di sekitar Laut China Selatan ini telah membuat AS menjadi khawatir akan luasnya pengaruh China pada Asia Tenggara. Hal ini dapat dilihat melalui peta yang telah dibuat oleh pakar urusan Asia CSIS, Greg Poling, yang menunjukkan bagaimana pangkalan udara, rudal, dan radar China yang berada di Laut China Selatan bisa memproyeksikan kekuatan militernya hingga ke Singapura, Filipina, dan Indonesia, tepatnya pada rute perdagangan internasional Selat Malaka sampai ke Jakarta.
Pulau Natuna yang berada dekat dengan wilayah Laut China Selatan pun telah mengalami dampak karena konflik tersebut. Dilansir dari CNN Indonesia (28/06/2020), Pulau Natuna berpotensi untuk mengalami krisis ekonomi yang dikarenakan terhentinya aktivitas ekonomi kelautan yang berkaitan langsung dengan Laut China Selatan. Selain itu, Kepala Bakamla (Badan Keamanan Laut) Laksamana Madya TNI Aan Kurnia juga mengatakan bahwa aktivitas warga di Pulau Natuna juga bisa terganggu dan terisolasir karena adanya konflik di Laut China Selatan.
Sumber: InfoPublik
Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi pun telah berulang kali menegaskan bahwa konflik antara AS dan China pada Laut China Selatan tidak akan menguntungkan pihak manapun. Dilansir oleh CNBC Indonesia (07/08/2020), Menteri Retno juga menegaskan bahwa Indonesia tidak akan berpihak pada siapapun dan ingin terus menjaga agar Laut China Selatan menjadi laut yang stabil dan damai.
“Indonesia selalu menekankan pentingnya semua pihak untuk menghormati hukum internasional (hukum yang telah menjadi kesepakatan internasional) termasuk UNCLOS 1982. Secara khusus saya tegaskan bahwa konflik terbuka dimanapun termasuk di laut China Selatan tidak akan menguntungkan pihak manapun.” kata Retno dalam press briefing, Jumat (7/8/2020).
References
Agustin, D. (2020, July 23). China dan AS Saling Unjuk Kekuatan di Laut China Selatan. (N. Aini, Ed.) Retrieved from Republika: https://republika.co.id/berita/qdwr8m382/china-dan-as-saling-unjuk-kekuatan-di-laut-china-selatan
Rubin, M. (2020, May 13). The U.S. Must Beat China at its Own Game in South China Sea. Retrieved from The National Interest: https://nationalinterest.org/feature/us-must-beat-china-its-own-game-south-china-sea-153716
Sebayang, R. (2020, August 7). Pernyataan Resmi RI Soal Panas AS-China di Laut China Selatan. Retrieved from CNBC Indonesia: https://www.cnbcindonesia.com/news/20200807132007-4-178204/pernyataan-resmi-ri-soal-panas-as-china-di-laut-china-selatan
Tempo. (2020, August 22). Terekam, Kapal Selam Nuklir Cina di Pangkalan Bawah Tanah di Laut Cina Selatan. (M. R. Hasugian, Ed.) Retrieved from Tempo: https://dunia.tempo.co/read/1378235/terekam-kapal-selam-nuklir-cina-di-pangkalan-bawah-tanah-di-laut-cina-selatan/full&view=ok
Author & Editor: Andini Jasmin H. G | IRB News