Demo Pro-Demokrasi Thailand

Sebanyak lebih dari 10.000 demonstran, meneriakkan slogan memprotes monarki dan menuntut Perdana Menteri Prayurth Chan-ocha untuk mundur. Ribuan anak muda Thailand juga melakukan demo besar-besaran di Bangkok dengan tujuan membubarkan parlemen, revisi undang-undang, dan menghentikan pihak berwenang menindak kasar kritikus.

Demo terjadi secara damai selama kurang lebih sembilan jam lamanya. Demo juga disertakan dengan tagar yang berbunyi “Beri batas waktu untuk kediktatoran” yang menjadi trending sepanjang minggu. Padahal sebenarnya mengkritik kerajaan adalah hal yang tabu di Thailand.

Pemicu utama demonstrasi ini adalah pembubaran partai oposisi, yang mana pada Maret 2019 diadakan pemilu pertama sejak militer merebut kekuasaan pemerintahan Thailand di tahun 2014. Hal tersebut dianggap sebagai peluang bagi demonstran untuk perubahan Pemerintahan Thailand yang setelah bertahun-tahun dipegang oleh militer.

Bentuk protes pengunjuk rasa di Thailand sangat unik dan kadang aneh. Contohnya, mereka memakai karakter anime hamster Jepang, Hamtaro, yang diubah menjadi simbol pemberontak. Mereka juga melakukan salam tiga jari ala film dan novel The Hunger Games.

Profesor politik Universitas Mahidol, Punchada Sirivunnabood, menyatakan bahwa protes pelajar Thailand didasari atas rasa ketidak adilan Pemerintah Thailand yang dirasa tidak benar-benar demokratis. Di samping itu, dalam masalah ini juga ada kesenjangan generasi. Yang mana generasi tua yang kurang bisa memahami keinginan para pelajar. Kebanyakan dari generasi tua mendukung pemerintah, sedangankan kaum muda memiliki pemikiran yang berlawanan.

Referensi: Iswara, A. (2020, August 17). Komentar Berita : Demo Besar di Thailand Libatkan Anak Muda, Apa Pemicunya? Retrieved September 09, 2020, from https://www.kompas.com/global/komentar/2020/08/17/140549970/demo-besar-di-thailand-libatkan-anak-muda-apa-pemicunya

Patricia Agatha