Perusahaan Multinasional dalam Covid-19

Credit : Nuevommodo

Pandemi Covid-19 telah mengubah kehidupan kita sehari-hari secara drastis dan membawa berbagai dampak yang berpengaruh terhadap kegiatan masyarakat secara luas. Coronavirus (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh jenis coronavirus yang baru ditemukan dan dapat menginfeksi antar sesame manusia. Coronavirus adalah jenis virus yang dapat menyebabkan penyakit dengan berbagai tingkat keparahan, mulai dari flu biasa hingga penyakit pernapasan yang lebih serius. Virus ini pertama kali diidentifikasi di Wuhan, Provinsi Hubei, Cina dan karena penyebaran yang sangat mudah dari manusia ke manusia lainnya, maka kini coronavirus telah menyebar di berbagai negara didunia.

Hal ini memaksa negara-negara untuk melakukan berbagai upaya pencegahan penyebaran atau penularan virus ini seperti salah satunya adalah melakukan lockdown dimana mencegah orang dapat meninggalkan suatu daerah atau berarti bahwa orang harus tinggal di tempat mereka berada, selain itu cara yang biasanya diambil dalam upaya penyebaran virus ini adalah dengan memberhentikan atau mengurangi aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat yang tentu saja cara-cara tersebur dapat membawa dampak tersendiri bagi kegiatan ekonomi baik secara nasional maupun internasional. Upaya-upaya pencegahan ini menjadi bencana bagi pasar keuangan dan juga perusahaan multinasional sebagai salah satu aktor utama ekonomi global.

Perusahaan multinational atau biasa disebut sebagai MNC merupakan sebuah perusahaan yang beroperasi di beberapa negara tetapi dikelola dan memiliki kantor pusat di satu negara asal. Secara umum, suatu perusahaan dapat dikatakan sebagai MNC ketika setiap perusahaan atau grup mendapat seperempat dari pendapatannya dari operasi di luar negara asalnya. Perusahaan multinasional menjadi aktor yang sangat aktif dalam hubungan internasional. Seperti kita ketahui bahwa, ekonomi suatu negara sangat dipengaruhi oleh operasi MNC di negara-negara asal (pengekspor modal) dan tuan rumah (penerima modal), sementara itu kepentingan perusahaan multinasional itu sendiri tergantung pada kondisi dan kebijakan negara juga.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kondisi negara saat ini sangat mempengaruhi kondisi operasi perusahaan multinasional dan dikarenakan virus menular ini, ada berbagai kebijakan yang diambil oleh negara-negara dalam mencegah penyebaran virus, seperti kota-kota yang di lockdown, pergerakan jutaan orang yang dibatasi, dan bahkan penundaan operasi bisnis. Para pekerja yang tidak bisa lagi bekerja di pabrik atau kantor karena kebijakan tersebut berujung dengan susahnya pasokan bahan baku untuk MNC beroperasi dan mempengaruhi daya produksinya. Serta berkuranngnya permintaan akan produk atau jasa yang disediakan MNC di beberapa sektor manufaktur dan jasa seperti penerbangan, otomotif, dan lain sebagainya, hal ini memperburuk kondisi MNC. Jadi tentu saja, itu adalah hal yang normal jika dengan kebijakan-kebijakan tersebut operasi MNC akan mengalami mengalami kerugian dan kesusahan dalam beroperasi.

Bagaimana COVID-19 dalam mempengaruhi export-import MNC, dapat dilihat contohnya di negara Cina. Cina adalah pemasok penting sekaligus pasar ritel penting bagi perusahaan multinational. Perusahaan Cina yang dapat memasok suku cadang dalam pembuatan produk bagi MNC terganggu oleh wabah virus dan kebijakan untuk menghentikan penyebarannya. Dengan pembatasan perjalanan dan karantina, itu membuat perusahaan multinasional di Cina kekurangan pekerja dan suku cadang, mengganggu rantai pasokan untuk perusahaan multinasional dan ini berujung merusak ekspor dan impor Cina. Ekspor Cina diawal tahun 2020  turun 17,2%  pada bulan Januari dan Februari dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dan impor turun 4%. Hasilnya, Cina mencatat defisit perdagangan $ 7,09 miliar. Industri otomotif juga terdampak, salah satu contoh gangguan ekspor yang dialami Cina dan kemudian berdampak bagi MNC adalah perusahaan otomotif Korea Selatan, Hyundai Motor yang terpaksa menghentikan operasionalnya sementara waktu di salah satu pabriknya pada 4 Februari 2020, penutupan ini diakibatkan oleh kekurangan suku cadang dari Cina. Selain itu, contoh lainnya adalah produsen pakaian, Levi Strauss & Co, yang Oktober lalu membuka toko terbesar di Wuhan, Cina, terpaksa menutup ribuan outlets mereka, serta ribuan gerai McDonald’s dan Starbucks yang ditutup di Cina.

Salah satu MNC yang mengalami gangguan dalam operasinya karena pandemik ini adalah Perusahaan elektronik Apple dari Amerika Serikat yang bahkan sempat menutup seluruh tokonya di Cina. Walaupun Cina yang merupakan negaran dengan banyak rantai pasokan Apple sudah mulai bisa terlepas dari virus corona, tetapi rantai pasokan Apple masih jauh dari berfungsi secara normal. Operasi masih bergerak lebih lambat dari biasanya karena komponen produk yang bersumber dari seluruh dunia dapat membuat seluruh produksi mati akibat pandemik ini. Misalnya saja Malaysia sebagai negara pembuat chip dan papan sirkuit untuk Apple yang menerapkan kebijakan lockdown, hal ini telah mempengaruhi pasokan bagi Apple. Selain itu Apple juga bergantung pada pemasok di Amerika Serikat, seperti pembuat kaca Corning dan penyedia chip nirkabel yang juga produksinya terganggu akibat virus ini. Angka resmi pemerintah Cina menunjukkan Apple mengirim kurang dari 500.000 iPhone pada bulan Februari, penurunan 60% tahun-ke-tahun.

Akan tetapi, tidak seluruh MNC mengalami kerugian karena pandemik ini, karena justru terdapat beberapa MNC yang bergerak dalam bidang tertentu yang mengalami keuntungan ataupun tidak terdampak terlalu besar walaupun operasional mereka juga pasti sebenarnya terganggu. Misalnya saja MNC yang bergerak dalam bidang makanan dan kebutuhan rumah tangga yang tidak terlalu terdampak besar akibat virus ini karena akan tetap harus bisa beroperasi untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia. Serta ada juga beberapa MNC yang akan mengalami keuntungan lebih besar karena mereka bergerak dalam bidang yang mampu memerangi penyebaran virus ini seperti MNC yang berfokus pada sanitasi seperti sabun, pembersih tangan, dll karena orang membutuhkan produk-produk tersebut untuk tetap terlindungi dari coronavirus.

Sehingga dalam pandemik Covid-19 ini membuat berbagai MNC menghadapi tantangan yang sama dalam kegiatan operasional mereka dan mengharuskan MNC sekarang ini bukan hanya fokus akan keadaan keuangan mereka akan tetapi bersama membantu memberantas permasalahan ini seperti Apple yang telah menyumbangkan $ 15 juta untuk membantu memerangi pandemi dan akan menyamai donasi karyawan dua lawan satu.

 

 

Bibliography

Akibat Corona, Banyak Perusahaan Hentikan Operasional di China. (2020). Retrieved from vivanews: https://www.vivanews.com/bisnis/ekonomi/34386-akibat-corona-banyak-perusahaan-hentikan-operasional-di-china

Eadlclcco, L. (2020). Apple’s supply chain still struggling to return to normal even as China recovers from the pandemic, report says. Retrieved from business insider: https://www.businessinsider.sg/coronavirus-apple-supply-chain-iphone-12-production-2020-3?r=US&IR=T

The Impact of the Coronavirus on Chinese Trade. (2020). Retrieved from tradedatamonitor: https://tradedatamonitor.com/index.php/data-news-articles/98-the-impact-of-the-coronavirus-on-chinese-trade

What is a Multinational Corporation? (2015). Retrieved from Corporate Finance Institute: https://corporatefinanceinstitute.com/resources/knowledge/strategy/multinational-corporation/

What You Need to Know about Novel Coronavirus (NCoV-2019). (2020). Retrieved from kemlu: https://kemlu.go.id/losangeles/en/news/4657/what-you-need-to-know-about-novel-coronavirus-ncov-2019

 

Author : Made Wirawan | IRB News

Edithor : Andini Jasmin H G | IRB News

Made Wirawan