TURUN NAIKNYA PEREKONOMIAN INDONESIA KARENA PERANG DAGANG AS–CHINA
IRB NEWS – Banyak orang berpendapat perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China diperkirakan mempengaruhi pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Bagaimana bisa? Berikut penjelasannya.
Ternyata, perang dagang yang melibatkan Negara Tirai Bambu dan Negara Paman Sam ini beresiko menurunkan pertumbuhan perekonomian di Indonesia sebesar 0,02%. Hal ini memang bukan nilai yang besar, tetapi diyakini mampu menggoncangkan perekonomian di Indonesia, sehingga harus dipantau terus-menerus. Dampak perekomian Indonesia akan lebih dipengaruhi dari China daripada AS, karena secara nyata, dari segi nilai dan juga volume lebih besar terjalin antara China dan Indonesia daripada kerja sama dengan AS.
Bukan hanya itu saja, China dan Indonesia juga sempat berencana untuk membangun industri smelter di dalam negeri. Belum lagi perusahaan yang ditunjuk China, Tsingshan Holding Group yang berdiri sejak 2003, juga telah bekerjasama dengan Ruipu Technology Group Co., Ltd., PT Indonesia Morowali Industrial Park serta lainnya untuk mendirikan PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel, sebuah pabrik baja nirkarat berkapasitas 1 juta ton dalam bentuk slab per tahun dan PLTU 2×350 Megawatt yang terletak di kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah ini, sudah berhasil memproduksi 2 juta lebih stainless steel serta mengeluarkan investasi sebesar Rp 372, 4 Triliun di Indonesia. Meskipun begitu, penerapan UU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara tetap akan bertumpu pada kepentingan nasional dan memerhatikan pengendalian produksi dan ekspor mineral dan batubara.
Sumber: google.com
Perang dagang antara kedua negara mitra dagang tersebut, berawal dari AS yang mengeluarkan kebijakan kepada China untuk menaikkan tarif barang impor sebesar US$60 Miliar. China juga sebaliknya, yaitu mengenakan tarif impor sebesar 15%–25%, dengan barang impor berupa kacang-kacangan, anggur, daging babi dan produk turunannya. Menurut Ekonom Faisal Basri di Gedung Rektorat Universitas Indonesia (UI), Jakarta mengatakan bahwa, “Perang dagang akan mengakibatkan shrinking (penyempitan), tetapi sebetulnya bisa opportunity (kesempatan) bagi kita.”
Pemerintah Indonesia seharusnya bisa memanfaatkan peluang perang dagang ini sebaik-baiknya. Bagaimana tidak, terutama Indonesia terhadap China yang pada dasarnya memiliki hubungan yang cukup baik dan sering kerja sama. Indonesia bisa ekspor ke China dengan menggantikan barang-barang AS yang terkena bea impor, seperti tanaman agrikultural, bisa juga Indonesia menawarkan harga yang lebih murah kepada China. Dengan begitu, Indonesia tidak akan merasa terancam dengan Perang Dagang antara AS dan juga China, tetapi malah memanfaatkan hal ini untuk mempromosikan Indonesia dan meningkatkan pertumbuhan perekonomiannya.
REFERENSI
Muthmainah, D. A. (2018 , April Jumat). BKPM: Perang Dagang AS-China Bisa Bikin Investasi ‘Loyo’.
Pratiwi, Y. Y. (2018 , Maret Selasa). Perang Dagang AS-China Gerus Ekonomi RI 0,02 Persen.
SAH. (2018 , April Selasa). Pengamat: Perang Dagang AS-China Peluang Bagi Indonesia.
Kmj. 2017. “Bangun Smelter, Perusahaan China Tanam Modal Rp 372,4 Triliun di Kalimantan Utara.” (https://economy.okezone.com/read/2017/07/19/320/1739599/bangun-smelter-perusahaan-china-tanam-modal-rp372-4-triliun-di-kalimantan-utara, diunduh pada tanggal 07 April 2018. Pukul 12:40 WIB)
- “PT INDONESIA TSINGSHAN STAINLESS STEEL”. (http://imip.co.id/pt-indonesia-tsingshan-stainless-steel/, diunduh pada tanggal 07 April 2018. Pukul 12:52 WIB)
http://www.legalakses.com/download/peraturan/UU%20No.%204%20Tahun%202009%20Tentang%20Minerba.pdf
Reporter : Lisa Marcelina | IRB NEWS
Editor : Intan Fatona | IRB NEWS