BI DIHARAPKAN DAPAT MENGINTERVENSI RUPIAH YANG KIAN MELEMAH
This currency has lost 97% of its value against the US dollar. Sumber: sovereignman.com
IRB NEWS – Nilai tukar Rupiah terhadap mata uang Dollar Amerika Serikat kian melemah. Pemerintah Indonesia sangat berharap kepada Bank Indonesia untuk mengintervensi kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat yang semakin kuat. Maka dari itu, untuk meminimalisir kurs Rupiah, Bank Indonesia melakukan pelepasan cadangan devisa (Cadev) guna mengembalikan posisi Rupiah menjadi stabil.
Dibandingkan dengan negara-negara di Asia lainnya, Indonesia mengalami kenaikan kurs yang cukup tinggi. Untuk $1 USD di tahun 2017 setara dengan Rp13.555. Di akhir Februari 2018, kurs rupiah menjadi Rp13.760 per Dollar AS. Berbeda dengan negara tetangga, kurs Ringgit Malaysia meningkat dari 4,05 di tahun 2017, menjadi 3,90 per 6 Maret 2018.
Menurut Kepala Ekonom Samuel Asset Management, Lana Soelistianingsih, mengatakan bahwa Bank Indonesia dapat menggunakan cadangan devisa yang lebih banyak supaya dapat menstabilkan kurs Rupiah. Fungsi dari cadangan devisa itu sendiri adalah untuk stabilisasi Rupiah. Tetapi penggunaan cadangan devisa harus digunakan pada saat yang tepat, tidak bisa langsung digunakan seenaknya. Karena jika Bank Indonesia tidak dapat menunggu disaat yang aman, maka intervensi yang dilakukan tidak akan berguna lantaran pasar akan langsung mengambil aliran cadangan devisa tersebut disaat kurs Rupiah sedang menurun cepat terhadap Dollar AS.
Seluruh mata uang di Benua Asia mendapat tekanan yang kuat karena menguatnya Dollar AS. Pernyataan dari Gubernur Bank Sentral AS, Jerome Powell, yang menegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi negaranya yang semakin berkembang mengakibatkan munculnya anggapan bahwa The Fed (Federal Reserve System/Federal Reserve) akan menaikkan suku bunga acuan, Fed Fund Rate sebanyak empat kali di tahun 2018. Jika kebijakan moneter milik The Fed digunakan untuk memperkuat Dollar AS, maka akan sangat berpengaruh pada mata uang negara-negara lain dan tentu akan semakin membuat Rupiah menurun.
Hal yang perlu diawasi selain menggunakan cadangan devisa yaitu dengan menilik kebutuhan Dollar AS untuk pemenuhan aktivitas ekspor dan impor korporasi. Untuk masalah kegiatan ekspor, Indonesia diperkirakan tidak memerlukan Dollar AS yang banyak karena produk-produknya yang sangat menonjol. Lana juga mengantisipasi bahwa Rupiah masih akan tetap berada pada angka Rp13.700 per dollar AS dan tidak akan merosot jika Bank Indonesia selalu berada di pasar.
Berdasarkan pengakuan Ekonom Universitas Indonesia, Telisa A Falianty, mengatakan bahwa Indonesia memperoleh peringkat kedua dunia dalam hal tempat terbaik untuk berinvestasi baru-baru ini. Tetapi kenyataannya malah terbalik, kurs Rupiah malah menurun. Menurutnya, pemerintah harus mengambil langkah yang akurat guna menguatkan kembali Rupiah supaya tidak terjadi inflasi, suku bunga, dan impor menjadi lebih mahal. Waktu toleransi intervensi Bank Indonesia akan dilakukan setidaknya selama satu bulan kedepan. Sebelum menerbitkan kebijakan juga mesti menilik nilai tukar dari negara lain. Karena jika hanya Rupiah yang melemah, maka perlu ditingkatkan kewaspadaannya. Telisa juga menaksir merosotnya Rupiah sulit untuk diperkirakan kapan akan berakhir, lantaran penyusutan disebabkan oleh kebijakan Amerika Serikat yang menjurus pada ketidakpastian global.
Menurut Kepala Ekonom Standard Chartered Bank Indonesia, Aldian Taloputra, ia tidak bisa memperkirakan langkah selanjutnya. Tapi satu hal yang pasti yaitu intervensi yang dilakukan oleh Bank Indonesia akan tetap mengawasi beberapa hal seperti kondisi global, kewajiban pembayaran dividen korporasi ke luar negeri, utang luar negeri pemerintah, sampai kebutuhan pembayaran pada aktivitas perdagangan.
REFERENSI
http://www.koran-jakarta.com/rupiah-terus-melemah–bi-diminta-intervensi/
Reporter : Elsa Louserna | IRB NEWS
Editor : Intan Fatona | IRB NEWS