Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Menandatangani Perjanjian Perubahan Iklim
Pada 10 Mei 2017, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Rex Tillerson menandatangani deklarasi internasional Perjanjian Paris dalam melawan perubahan iklim pada pertemuan Negara-negara Arktik di Alaska. Penandatanganan Tillerson, dilakukan beserta dengan tujuh menteri luar negeri dari dewan deklarasi tersebut yakni; Kanada, Rusia, Norwegia, Denmark, Finland, Swedia, dan Islandia.
Keputusan Amerika yang disahkan oleh Tillerson melalui menandatangani Perjanjian Paris merupakan suatu hal yang mengejutkan. Hal tersebut cukup mengagetkan oleh karena Presiden Amerika Serikat Donald Trump sejak awal kepemimpinannya, berusaha untuk menghilangkan kebijakan yang bertujuan melindungi iklim dunia, yang dimana Trump menyebutkan menggunakan akun twitter-nya bahwa; “NBC News baru saja menyebut kondisi cuaca sebagai pembekuan besar – cuaca terdingin dalam beberapa tahun. Apakah negara kita masih mengeluarkan uang untuk GLOBAL WARMING HOAX?” (Trump, 2014). Bahkan pada beberapa waktu yang lalu dalam kampanye Trump, Ia menyebut perubahan iklim sebagai sebuah “hoax” atau berita palsu yang disebarkan oleh Cina, yang dimana tuduhan tersebut tidak memiliki basis dari sumber manapun. Terkait dengan Persetujuan Paris, Trump kian mempertimbangkan Amerika untuk menarik diri dari Persetujuan tersebut.
Apabila AS menarik diri dari kebijakan tersebut, konsekuensinya bagi iklim, serta masyarakat global cukup fatal. Amerika merupakan salah satu aktor krusial dalam melawan perubahan iklim. Salah satu sebabnya ialah Amerika Serikat merupakan produsen emisi karbon kedua terbesar setelah Cina.
Menurut data dari Union of Concerned Scientists, Amerika Serikat mengeluarkan sebesar 5490.63 juta metric ton emisi karbon dioksida (UCSUSA, 2011). Emisi kedua terbesar dalam skala global, yang mencakup 17 persen dari seluruh emisi di dunia. Emisi tersebut akan berdampak buruk bagi lingkungan dikarenakan, menurut World Wildlife Fund, terdapat 5 dampak perubahan iklim yang akan terjadi jika produksi emisi tidak dikurangi atau dibatasi; yaitu perubahan iklim terhadap hutan yang merupakan sumber penarik karbon dioksida dunia, perairan, lautan, daerah kutub, dan margasatwa “Selama 150 tahun terakhir, kita mengubah keseimbangan planet kita dengan hidup di luar kemampuan kita. Kita telah membakar bahan bakar fosil(seperti batubara, minyak, gas), memproduksi ternak penghasil metana dalam skala besar, dan mengurangi jumlah hutan dengan jumlah yang besar, yang secara alami menyerap karbon di udara.” (WWF, 2016)
Namun, yang paling mengancam umat manusia dalam waktu dekat berasal dari sisi perairan dan lautan. Di mana dampak dari perubahan iklim kepada perairan akan menyebabkan kekeringan terhadap sungai dan danau. Dampak dari kekeringan tersebut akan dialami oleh kehidupan-kehidupan sekitar perairan tersebut. Mulai dari kekurangan sumber makanan, hingga ketiadaan sumber air yang tentunya adalah kebutuhan pokok bagi makhluk air. Dari laporan yang dikutip dari Ocean Foundation; “Lautan juga menanggung beban perubahan iklim, yang terbukti dari menungkatnya pengasaman air laut, kenaikan permukaan laut, dan perubahan suhu dan arus, yang berdampak pada kesehatan spesies laut, ekosistem, dan masyarakat pesisir kita” (OceanFoundation, 2015). Sebagian dari hewan-hewan yang terancam akan ber-migrasi ke kutub yang suhunya lebih dingin. “Jika suhu lautan semakin tinggi, hampir seluruh kehidupan di laut akan mati” (WWF, 2016). Hal tersebut tentu akan berdampak pada meningkatnya tingkat kelaparan dan kemiskinan. Mengingat bahwa manusia membutuhkan hewan-hewan yang memiliki habitat di perairan sebagai salah satu sumber gizi dan pendapatan finansial, punahnya hewan-hewan tersebut memiliki potensi untuk merusak kualitas hidup berbagai umat.
Apa yang kemungkinan besar akan terjadi jika Trump menarik diri dari Persetujuan Paris tersebut ialah, Trump bersumpah untuk mengembalikan pekerjaan pertambangan batu bara. Itulah yang telah dijanjikan oleh Trump, menghidupkan kembali industri batubara yang sedang jatuh dan membawa kembali ribuan pekerja tambang yang hilang di pedesaan Amerika. Walaupun begitu, pakar industri berargumen bahwa, pertambangan batu bara akan terus merosot dikarenakan perusahaan pembangkit listrik mengganti sumber batubara dengan gas alam. (Fears, 2017). Tentunya jika tujuan Trump adalah untuk mengembalikan industri pertambangan dan menyediakan tenaga kerja yang lebih untuk masyarakatnya, bukan batubara lah opsi yang akan diambil oleh Trump, melainkan pernyataan Trump dalam menghidupkan kembali industri pertambangan hanyalah usaha agar masyarakat dialihkan dari isu perubahan iklim. Ini dapat terlihat dari usaha lain Trump untuk menghilangkan seluruh konten di internet yang terkait dengan perubahan iklim, seperti yang disebutkan oleh the guardian; ”Departemen Luar Negeri bagian perubahan global, misalnya, telah menghapus laporan dan kutipan tindakan iklim kepemerintahan Obama tahun 2013 pada pertemuan terakhir PBB mengenai perubahan iklim. Teks terkait perubahan iklim dan gas rumah kaca juga telah dibersihkan.” (Milman, 2017). Hal tersebut menunjukan bahwa Trump ingin masyarakatnya dan generasi-generasi mendatang untuk percaya bahwa perubahan iklim bukanlah isu yang serius yang harus dihadapi.
Selebihnya, jika Amerika menarik diri dari Perjanjian Paris tersebut, pencapaian Sustainable Development Goals (Tujuan Pembangunan Berkelanjutan) PBB akan sangat terpengaruh. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau disingkat dengan SDG, merupakan 17 tujuan PBB sebagai agenda pembangunan dunia yang ingin dicapai oleh PBB. Yang dimana dari 17 tujuan SDG, akan berpengaruh pada 6 tujuan SDG, yaitu: Tidak ada kemiskinan, tidak ada kelaparan, kesehatan dan kesejahteraan yang baik, aksi iklim, kehidupan dibawah air dan kehidupan di darat (UN, 2015). Jika Amerika Serikat menarik diri dari perjanjian ini, yang akan terjadi ialah Negara-negara dalam Perjanjian Paris tersebut akan kehilangan aktor yang penting dalam perubahan iklim dikarenakan Amerika merupakan salah satu Negara dengan emisi terbesar, selain itu Negara-negara tersebut akan kehilangan salah satu pendonor terbesarnya dalam melawan perubahan iklim.
Referensi
Fears, D. (2017, March Wednesday). Donald Trump Promises to bring back coal jobs but experts disagree. Retrieved May Saturday, 2017, from Independent: http://www.independent.co.uk/news/world/americas/donald-trump-coal-mining-jobs-promise-experts-disagree-executive-order-a7656486.html
Milman, O. (2017, May). Trump is Deleting Climate Change, One Site at a Time. Retrieved May Wednesday, 2017, from the guardian: https://www.theguardian.com/us-news/2017/may/14/donald-trump-climate-change-mentions-government-websites
OceanFoundation. (2015). Ocean and Climate Change. Retrieved May Wednesday, 2017, from The Ocean Foundation: https://www.oceanfdn.org/resources/ocean-and-climate-change
Standard, B. (2017). Rex Tillerson disagrees from Donald Trump on Paris climate pact. Retrieved May Saturday, 2017, from business-standard: http://bsmedia.business-standard.com/_media/bs/img/article/2016-12/18/full/1482039895-0594.jpg
Trump. (2014, January). Twitter. Retrieved May Wednesday, 2017, from Twitter: https://twitter.com/realDonaldTrump/status/427226424987385856?ref_src=twsrc%5Etfw&ref_url=https%3A%2F%2Fqz.com%2F972172%2Fdonald-trump-and-scott-pruitts-epa-has-taken-down-its-climate-change-page-while-it-updates-the-language%2F
UCSUSA. (2011). Each Country’s Share of CO2 Emissions. Retrieved May Saturday, 2017, from Union of Concerned Scientists: http://www.ucsusa.org/global_warming/science_and_impacts/science/each-countrys-share-of-co2.html#.WRbOs-uGPIW
(2015). Sustainable Development Goals. Retrieved May Saturday, 2017, from United Nations: http://www.un.org/sustainabledevelopment/sustainable-development-goals/#prettyPhoto
WWF. (2016, October). The Effect of Climate Change. Retrieved May Saturday, 2017, from WWF: https://www.wwf.org.uk/updates/effects-climate-change