Tes Misil Korut : Permulaan dari Konflik?

Konflik di semenanjung Korea sudah menjadi perbincangan yang cukup hangat di lensa hubungan internasional. Dan akhir-akhir ini Korea Utara menjadi topik pembicaraan yang semakin panas dikarenakan  jumlah percobaan misil mereka yang meningkat dan semakin sering dilakukan. Walau sudah di bawah tekanan dari komunitas Internasional, Korea Utara tetap dengan gigih mengembangkan dan mencoba meningkatkan stok misil negaranya. Percobaan terakhir yang dilakukan oleh Korea Utara dilakukan pada Senin, 6 Maret 2017. Korea Utara menembakkan 3 misil menuju daerah perairan Jepang. 3 dari 4 yang ditembakkan misil ini jatuh di sekitar Laut Timur, yang menjadi bagian dari daerah perdagangan eksklusif Jepang, dan satu lagi jatuh sekitar 350 km sebelah barat dari prefektur Akita (Berlianto, 2017). Walau alasan dari peluncuran ini belum diketahui, terdapat kemungkinan peluncuran tersebut adalah bentuk keberatan dari Korea Utara terhadap latihan bersama antara Korea Selatan dengan AS.

            Namun fokus yang lebih menarik adalah respon dari AS terhadap ancaman ini. Dengan ancaman Korea Utara yang semakin terlihat nyata dan membahayakan AS dan sekutunya, AS mulai mempersiapkan strategi militer untuk merespond ancaman tersebut. Semenjak insiden ini terjadi, Amerika sudah mulai mengirim berbagai peralatan perang ke KorSel untuk mengantisipasi kemungkinan serangan oleh KorUt. Sejauh ini salah satu respon dari AS terhadap serangan KorUt adalah mengirim Terminal High-Altitude Area Defense system, atau yang lebih sering dinamakan THAAD, sebagai bentuk pertahanan jika KorUt memutuskan untuk menembakkan misilnya terhadap KorSel, yang merupakan sekutu dari AS. Menurut Lakmana Harry Harris, Komandan Pasifik AS, serangan KorUt kemarin hanya mengkonfirmasi keputusan analisa AS untuk menyebarkan THAAD di Korsel tahun Lalu (Muhaimin, 2017).

Namun tindakan ini dikecam negatif oleh negara seperti Cina dan Rusia. Keberatan Cina disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi, yang berpendapat bahwa penyebaran THAAD di Korea Selatan adalah kesalahan. Dalam hal ini, Cina melihat bahwa pemasangan THAAD adalah tindakan provokasi tehadap Cina oleh Amerika, yang menggunakan  Korea Selatan dan Jepang sebagai negara boneka untuk membatasi pengaruh Cina di semenanjung Korea (Taylor, 2017). Selain itu Cina juga khawatir bahwa keberadaan THAAD akan membatasi kekuatan misilnya, karena radar dari THAAD bisa digunakan untuk mengawasi kekuatan misil China. Hal ini dapat memberikan AS keuntungan jika terjadi konflik dengan China di masa yang akan datang.

          Rusia pun, sama dengan Cina, menggambarkan keberatannya terhadap kebijakan US untuk menyebarkan THAAD di Korea. Kepala Departemen Nonproliferasi dan Pengendalian Senjata Kementerian Luar Negeri Rusia,  Mikhail Ulyanov, berpendapat bahwa respon dari AS hanya akan memprovokasi KorUt untuk mengambil keputusan yang tergesa-gesa, dan akan menghasilkan kedua negara terjebak dalam bencana serius (Tass, 2016). Walau hingga saat ini Rusia belum mengambil tindakan militer, sulit untuk menebak respon yang akan dilakukan jika AS tetap melanjutkan penyebaran THAAD.

            Dengan memanasnya keadaan dari disekitar semenanjung Korea, sulit mengabaikan konflik dingin ini. Dan bukan kejutan jika konflik ini akan berakhir dengan konfrontasi militer. Setiap harinya rezim Kim Jong Un mengutuk AS dan aktivitas militernya di Korea Selatan, yang dilihat sebagai pelatihan invasi terhadap Korea Utara. Hal ini membuat Korea Utara semakin gigih dalam program misilnya, yang dianggap sebagai pertahanan yang dibutuhkan melawan ancaman dari AS dari sekutunya.

            Hubungan Cina-US dan Cina-KorUt pun semakin memburuk, walau hingga saat ini belum ada respon militer dari Cina sendiri. Dan sekarang Rusia sudah mulai merespon aktivitas militer AS di semenanjung Korea. Walaupun begitu, AS tetap kokoh pada pendiriannya bahwa THAAD adalah pertahanan yang dibutuhkan untuk mempertahankan sekutunya. Sulit untuk menebak bagaimana drama politik yang tercampur dengan unsur-unsur militer di semenanjung Korea akan berakhir. Tetapi, dengan perkembangan konflik dan memanasnya situasi yang kian memuncak, sulit untuk mengharapkan penyelesaian damai bagi konflik ini.

Referensi

Berlianto. (2017, Maret 8). Korut Luncurkan 4 Rudal Balistik, Jepang Siaga. Diambil dari Sindonews.com: https://international.sindonews.com/read/1185978/40/korut-luncurkan-4-rudal-balistik-jepang-siaga-1488854351

Muhaimin. (2017, Maret 8). AS Sebar Sistem Rudal THAAD Dinilai Provokasi Melawan Rusia. Diambil dari Sindonews.com: https://international.sindonews.com/read/1186255/41/as-sebar-sistem-rudal-thaad-dinilai-provokasi-melawan-rusia-1488917716

Tass. (2016, Oktober 23). Moskow: Penempatan Sistem THAAD Amerika di Korsel Bisa Picu Ketegangan. Diambil dari RBTH Indonesia: http://indonesia.rbth.com/news/2016/09/23/moskow-penempatan-sistem-thaad-amerika-di-korsel-bisa-picu-ketegangan_632791

Taylor, A. (2017, Maret 7). Why China is so mad about THAAD, a missile defense system aimed at deterring North Korea. Diambil dari The Washington Post: https://www.washingtonpost.com/news/worldviews/wp/2017/03/07/why-china-is-so-mad-about-thaad-a-missile-defense-system-aimed-at-deterring-north-korea/?utm_term=.48439976fa9f

Reidel Natanael