Hubungan Korsel dan Korut Memanas
Ketegangan antara pihak Korea Selatan dan Korea Utara mulai memanas, yang mana kedua republik ini adalah bagian sejarah perang dingin yang masih berseteru hingga sekarang.
Pada hari senin (06/03/17), Korea Utara melakukan uji coba sebanyak empat rudal balistik, dan jatuh di wilayah perairan ZEE (Zona Ekonomi Ekslusif) Jepang. Kejadian tersebut membuat banyak kekhawatiran di sejumlah pihak, yaitu Amerika Serikat (AS), Cina, Korea Selatan, bahkan PBB. yang mana Korea Utara sendiri telah dilarang oleh PBB untuk melakukan uji coba yang berkaitan dengan senjata nuklir bertipe rudal. Dewan Keamanan PBB sebetulnya telah mengutuk uji coba Korea Utara yang sebelumnya dan mengkategorikan hal tersebut sebagai pelanggaran yang berat. AS dan Jepang juga meminta agar PBB menggelar pertemuan, dan Dewan Keamanan PBB merencanakan untuk menggelar pertemuan yang akan mengambil tindakan lanjutan sebagai ancaman untuk Korea Utara.
Di sisi lain, Korea Utara membenarkan usaha uji cobanya dengan alasan merasa terancam oleh perilaku yang dilakukan AS dan Korea Selatan, oleh karena itu, mereka telah mengancam untuk menembakan rudal sebagai bentuk balasan dari aktivitas yang dilakukan AS dan Korea, yaitu pelatihan militer Foal Eagle. Foal Eagle adalah pelatihan militer yang diadakan oleh AS dan Korea Selatan setiap tahun yang dilaksanakan di Korea Selatan dan pada 1 maret AS telah bergabung dengan mengirimkan 3.600 pasukan untuk bergabung dengan 28.000 pasukan lainnya di Korea Selatan. Foal Eagle adalah pelatihan militer yang mencakup angkatan darat, laut, dan udara. AS selalu melaksanakan pelatihan ini karena janji AS adalah sebagai aliansi, dan tujuan dari pelatihan ini untuk meningkatkan persiapan dan melindungi kawasan Korea Selatan, yang mana menurut Korea Utara itu dilakukan untuk melawan mereka sebagai bentuk invasi dari Korea Selatan.
AS pun tidak tinggal diam, mengingat AS adalah sekutu dari Korea Selatan. Militer AS mengonfirmasi bahwa mereka mulai melakukan pemasangan sistem pertahanan rudal di Korea Selatan yang bernama THAAD (Terminal High-Altitude Area Defense System).THAAD ini adalah sebuah sistem rudal yang bertujuan untuk menembak jatuh rudal yang mendekat ke kawasan warga sipil. Pemasangan ini adalah sebagai bentuk respon dan perlindungan diri dari apa yang telah dilakukan Korea Utara, mengingat Korea Utara telah melanggar hukum internasional dan tak menghiraukannya.
Pemasangan ini sebetulnya telah menjadi misi dan telah disepakati di masa pemerintahan Presiden Obama, seperti yang dikatakan Laksamana Harris, Komando Pasifik Selatan, “kebijaksanaan keputusan aliansi kami tahun lalu untuk memasang THAAD di Korea Selatan”. Presiden AS sekarang, Donald Trump bersama-sama dengan perdana menteri Jepang Shinzo Abe, mengecam perilaku melanggar hukum yang dilakukan oleh Korea Utara dan sepakat bahwa ancaman dari Korea Utara ini telah memasuki fase baru.
Di sisi lain Cina tidak tinggal diam, juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Geng Shuang, mengatakan “Cina akan mengambil langkah yang diperlukan untuk melindungi kepentingan keamanan kami. Semua konsekuensi ada di tangan AS dan Korsel”. China berpendapat bahwa dengan pemasangan THAAD ini tentunya ada ancaman lain yang bisa dilihat, yang mana menurut pihak China sistem dari THAAD ini diduga menjangkau negaranya, dan pastinya China telah bersiaga dan menyatakan untuk mengambil langkah dengan tujuan melindungi kedaulatannya.
Akan tetapi, menurut Cina sebagai sekutu Korea Utara, pembangunan THAAD ini tidak akan membuat pihak Korea Selatan merasa aman, namun justru sebaliknya. Pengiriman dan pengerahan ini nampaknya akan membuat pihak Korea Utara marah dan merasa terancam, dan pastinya ini akan menimbulkan potensi perang nuklir di daerah sekitar. Contohnya saja, ada cukup banyak warga Korea Selatan yang menentang kebijakan pemasangan sistem rudal THAAD ini, dimana warga Korea Selatan sempat melakukan unjuk rasa guna memprotes kebijakan ini. Mereka berpendapat bahwa dengan adanya pemasangan sistem ini, daerah tersebut akan menjadi target pihak oposisi dan pastinya mengancam warga yang tinggal di daerah sekitar tempat pertahanan THAAD.
Sebetulnya ketakutan yang melatar belakangi uji coba Korut cukup tidak wajar, karena Foal Eagle sendiri telah dilaksanakan oleh AS dan Korsel selama 40 tahun namun tidak pernah dilakukannya invasi oleh pihak AS dan Korsel. Korea Utara seharusya tidak perlu melakukan uji coba rudal balistik yang menimbulkan rasa khawatir terhadap pihak lain dan Cina sebagai sekutu dari Korea Utara tentunya akan lebih baik jika mengancam Korea Utara dengan melakukan embargo agar Korea Utara bisa menghentikan aktivitasnya yang melanggar hukum internasional. Dari pihak AS dan Korea Selatan juga seharusnya tidak melakukan langkah yang akan membuat Korea Utara semakin khawatir, dengan pengiriman rudal THAAD ini pastinya Korea Utara akan merasa lebih terancam dan akan mungkin saja akan melakukan pembalasan.
Referensi :
BBC. 2017. AS Mulai Pasang Sistem Pertahanan Rudal Thaad di Korea, dalam http://www.bbc.com/indonesia/dunia-39189535
BBC. 2017. Korea Utara Luncurkan Empat Rudal Balistik ke Laut, dalam http://www.bbc.com/indonesia/dunia-39151595
CNN. 2017. Sistem Pertahanan Rudal AS Tiba di Korsel, Cina Siaga, dalam http://www.cnnindonesia.com/internasional/20170307163111-113-198476/sistem-pertahanan-rudal-as-tiba-di-korsel-china-siaga/