Sejarah Tipografi: 1800 Font Didone

Introductory :
Tipografi merupakan salah satu aspek penting dalam desain. Seiring dengan
berkembangnya jaman, tipografi terus berkembang dan bertambah banyak. Sebelumnya, kita
telah melihat tipografi gaya Transition, nah dari gaya lama ini, kita akan beralih ke gaya modern
yang disebut dengan Didone, yuk simak penjelasan berikut !
Sub-headline 1: Sejarah Didone

Gaya font Didone merupakan salah satu font yang berasal dari Prancis. Nama Didone
berasal dari penggabungan dari jenis huruf Didot dan juga Bodoni. Istilah ini muncul pada
pertengahan abad ke-20, yang berasal dari kombinasi nama belakang dua ahli tipografi,
Giambattista Bodoni dan Firmin Didot. Didone dikenal juga sebagai jenis huruf modern atau
neoclassicals yang identik dengan desain yang elegan dan canggih. Oleh sebab itu jenis huruf
Didone ini menjadi popular pada pergantian abad ke-18.
Sub-headline 2: Karakteristik Didone
Tipografi Didone memiliki karakteristik kontras yang kuat pada goresan tebal dan tipis.
Hal ini dapat dilihat pada bagian horizontal huruf yang lebih tipis dibadingkan dengan bagian
vertikalnya. Ada juga karakteristik unik dari Didone ini yang dapat dilihat pada akhir garis
huruf yang berbentuk seperti tetesan air. Goresan vertikal yang tebal dan serif yang tipis
cenderung mengurangi keterbacaan font saat ditampilkan pada ukuran tertentu, oleh karena itu
pemilihan ukuran optik huruf merupakan salah satu aspek penting dalam tipografi Didone. Font
Didone memiliki struktur yang lebih modern daripada jenis huruf serif pendahulunya, Old Style,

yang lebih rumit dan memiliki huruf yang terlihat kurang seragam dalam ukuran dan sudut.
Dibanding tipografi gaya lama, Didones mengangkut struktur yang jauh lebih modern. Didones
menjadi standar pencetakan selama abad ke-18. Penemu Font Didone menemukan inspirasi
dari tipografi tradisional sebelumnya seperti Baskerville dan juga Fournier, dengan perbedaan
serif yang tidak dikurung.

 

Sub-headline 3 : Penerapan Didone
Karena font Didone memiliki penampakan yang elegan, Brand mewah seperti Cartier
dan Christian Dior menggunakan font Didone sebagai logo mereka. Selain Didone ada juga
subset Font Didone yang mendapatkan popularitas yaitu Fat Faces dengan bentuk huruf yang
tebal. Font Didone Fat Faces sering digunakan dalam judul surat kabar dan iklan karena mudah
dibaca dari jarak yang jauh. Tidak hanya itu, desain sampul buku pada abad pertengahan,
sampul rekaman Jazz dan juga klasik menggunakan tipografi Didone Fat Faces ini. Di masa
lalu, Font Bodoni Poster yang memiliki penampakan yang mirip dengan font Fat Faces ini
semakin banyak digunakan untuk berbagai jenis proyek seperti desain produk, menu, selebaran,
dan poster. Kemunculannya font Fat Faces menjadikannya gaya retro yang baru dalam tipografi,
terutama dengan kombinasinya dengan sans serif modern sederhana.
Dalam percetakan , font Didone sering digunakan pada majalah seperti contohnya pada
majalah Harper’s Bazaar. Walaupun font ini memiliki kesan elegan, penggunaan font Didone
ini sedikit rumit. Hal ini dikarenakan oleh efek yang disebabkan oleh goresan huruf vertikal
tebal yang menarik perhatian pembaca sehingga menyebabkan kesulitan konsetrasi pada
goresan lain yang lebih tipis. Hal ini menyebabkan pembaca mengalami kesulitan dalam
membedakan satu huruf dengan yang lainnya. Karena alasan ini, penggunakan ukuran optik
yang tepat merupakan salah satu aspek penting dalam penerapan font Didone.

Daftar Pustaka:

• https://www.sessions.edu/notes-on-design/type-in-history-the-
didones/#:~:text=Didones%20typically%20have%20contrasted%20thick,angle%2C%

20more%20%27modern%27
• https://www.fonts.com/content/learning/fontology/level-1/type-families/didone
• https://en.wikipedia.org/wiki/Didone_(typography)#:~:text=Didone%20(%2Fdiˈd,con
stant%20width%20along%20their%20length.)
• https://images.app.goo.gl/bvQB8MjbfvBBtLSY8
• https://images.app.goo.gl/MTTx1JWN4uLvbsAX7