FILOSOFI KOSTUM & AKSESORIS TARI NGAJU
TARIAN NGAJU
Indonesia sudah lama dikenal sebagai negara dengan budaya yang melimpah dan beragam. Masing-masing daerah di Indonesia tentunya memiliki suatu tarian daerah yang menarik dan khas. Kali ini, kita akan bersama-sama melihat dan belajar mengenai kisah di balik suatu tarian daerah dan pakaian adatnya yang berasal dari Kalimantan Tengah,khususnya suku Dayak.
Dalam tradisi suku Dayak, tarian mereka umumnya dilakukan oleh perempuan maupun laki-laki. Tarian ini mereka kenal sebagai Tarian Ngaju. Gerakan tariannya pun sangatlah sederhana, hanya mengulang gerakan yang sama sambil mengikuti irama. Tarian ini juga dilakukan bersamaan dengan membentuk suatu lingkaran. Semakin banyak penari, semakin besar lingkaran tersebut.
Source : https://blog.ling-go.net/translate-dayak-ngaju/
SANGKARUT
Penari-penari Tari Ngaju menggunakan pakaian khas suku berupa rompi yang dinamakan Sangkarut. Sangkarut berasal dari kata “sangka” yang berarti pembatas. Pakaian adat ini dipercaya bisa menangkal roh-roh jahat dan makhluk halus.
Rompi ini memiliki desain yang tidak menunjukan suatu jenis kelamin. Dalam kata lain, baju penari-penari bersifat unisex. Rompi tersebut juga dilengkapi dengan aksesoris-aksesoris seperti ikatan kepala ( Disebut ‘salutup hawe’ untuk pria dan ‘salutup bawi’ untuk wanita), giwang, kalung, gelang, tato dan lain-lain.
Baju adat ini terbuat dari kulit Nyamu yang merupakan kulit tumbuhan pinang punyuh yang banyak ditemukan di hutan hujan tropis yang banyak beredar di Kalimantan. Kulit dalam baju Sangkarut ini memiliki struktur yang keras dan berserat, sehingga dapat dirajut dan dibentuk dengan mudah menjadi sebuah rompi. Baju ini juga biasanya dihiasi lukisan dari cat alami dan juga perhiasan-perhiasan lainnya seperti kancing, kulit trenggiling, manik-manik, dan benda- benda sakral.
Source : https://folksofdayak.wordpress.com/2014/02/16/baju-khas-laki-laki-dayak-ngaju/
Umumnya Sangkarut digunakan untuk perang dikarenakan baju adat ini dilengkapi oleh benda-benda sakral sebagai pelindung dan bahan baju juga kebal akan serangan dari senjata tajam atau senjata api. Berdasarkan sejarah, para ksatria Dayak Ngaju menggunakan baju adat ini dalam menghadapi serangan musuh dari Negeri Sawang pada saat perang di Kuta Bataguh. Selain perang, baju adat ini juga digunakan untuk acara pernikahan.
Source : https://www.adatindonesia.org/pakaian-adat-kalimantan-tengah/