“Dazed: A Parallax Exhibition”

Kali ini, kami akan membahas tentang acara Himpunan Mahasiswa DKV yang baru saja diadakan minggu lalu hari senin-kamis. Tampilan acara HIM ini berbeda dengan yang sebelumnya karena adanya pameran karya. Pameran karya ini berjudul Dazed; A Parallax Exhibition yang temanya mimpi. Kenapa disebut begitu? Karena, di pameran ini kami ingin menampilkan wujud mimpi yang dimiliki masing-masing individu yang begitu berbeda dan bervariasi. Kami percaya bahwa mimpi itu adalah parallax, perbedaan perspektif dan interpretasi, dari setiap setiap orang terhadap realita, terpengaruh dari background masing-masing yang menghasilkan dunia sempurna yang tidak sama pula. Begitu banyak alternative impian yang bisa disaksikan sehingga kamu pasti akan merasa Dazed – pusing. Ada yang mau menjadi Thor, main-main, loncat-loncat di awan, dan masih banyak lagi. Karya-karya ini dibuat dengan cara manual ataupun digital. Banyak sekali yang membuat karya secara manual, rapi, niat sampai membeli canvas yang harganya bisa buat makan seminggu di kantin Binus pake cat Akrilik. Terus banyak juga yang gak kalah keren udah mulai mendunia dan sangat digital pakai adobe seperti Photoshop, Illustrator, dan SAI. Banyak deh kalo diliatin satu-satu jadi pusing beneran.

Gak kalah sama karyanya, dekorasi ruangan Ex-Admisi Binus Alam Sutera rasanya ngebuat kita yang masuk ke pameran itu berasa di awan-awan dengan gemerlap lampu-lampu hias. Kebayang gak gimana niatnya buat pameran ini? Nuansa ini ditambah dengan suasana dan keadaan ruangan yang gak terang-terang banget jadi untuk melihat detail karya dikasih senter. Nah, sayangnya aja, udah bagus-bagus smuanya tapi ruangannya sempit. Jadi kalau kebanyakan orang pengep deh…

Hal yang menarik di pameran ini adalah setiap pengunjung yang masuk ke pameran ini pun menulis mimpi-mimpi mereka di sticky notes yang sudah disediakan. Saking banyaknya mimpi-mimpi yang ditulis di sticky notes ditambah mimpi yang di karya, makin jadi pusing kalau dibaca satu-satu. Lucu sekali banyak yang menempel notes bersentuhan sehingga membentuk sebuah rantai, seolah-olah ngobrol satu sama yang lain. Ada yang ingin “mau nikah aja” dan di balas dengan “gue juga :)”, “Me 2 :)”, “Setuju :)”, “nikahin aku bang!”, “Abang belom siap neng” membentuk rantai terpanjang di panel kami. Tentu saja banyak juga yang ingin lulus tepat waktu, cum laude, yang memberi masukan untuk pameran, sampai yang tidak berhubungan sama sekali, dan sebagainya. Panel mimpi ini ternyata telah membawa orang yang saling tidak mengenal menjadi satu dalam mimpi yang mutual dan menurut kami adalah hal yang luarbiasa.

 

Di sebelah panel mimpi yang penuh notes, kami juga menampilkan hasil seminar-workshop bersama Atreyu Moniaga Project hari jumat minggu lalu sebelum pameran dimulai. Acara ini sangat menginspirasi bagi desainer-desainer muda yang belum memiliki bayangan karir di semester awal. Atreyu Moniaga Project adalah sebuah komunitas illustrator yang dibangun oleh Atreyu Moniaga bersama dengan 2 temannya Eric Wirjanata dan Janeeve Pongtuluran, bertujuan untuk membangun dan menuntun seorang mahasiswa sampai standar seni dan skill matang, sehingga dapat membangun karir mereka sendiri pada saat masih kuliah semester awal. AMP (Atreyu Moniaga Project) menyediakan sebuah pameran umum “Artreous” bagi murid-murid mereka, untuk menampilkan karya sehingga mereka dapat diperkenalkan kepada public, dan karya mereka dapat diperjual belikan. Bukan itu saja murid mereka dilatih begitu keras sampai satu murid bisa mengadakan pameran tunggal.

 

Sedikit sharing dari seminar kami dengan beliau, mungkin kamu mengenal Atreyu Moniaga dari iklan GG Mild yang ada di tv akhir-akhir ini. GG Mild sebenarnya sudah menunjukkan apa yang beliau lakukan, yaitu seorang Art Enthusiast, membuktikan kalau seni adalah  untuk semua, dll.  Ia adalah sosok yang sudah menjadi illustrator professional sejak semester 2. Bahkan bekerja untuk majalah Elle dan majalah lainnya, sampai beberapa tahun kemudian sudah bekerja di panggung internasional. Saat seminar ia cukup membanggakan dirinya pernah berjabat tangan dengan artis seperti Rihanna, Brad Pitt, dll.  Tentu saja ini tidak ia capai dengan mudah. Sejak semester 1 dia sudah melamar kerja ke 24 perusahaan berbeda karena yakin skill dia sudah ok, ternyata tidak diterima satu pun. “Kalau lu enggak bisa berguna untuk orang, skill sebagus apa pun lu nggk akan diterima orang” kata Atreyu mengenai hal ini. Banyak seniman yang jago di dunia. Seperti dalam dunia music ada banyak penyanyi luar biasa, tetapi Rihanna cuma ada satu, Beyonce cuma ada satu, karena mereka berbeda dari semua penyanyi dan menonjolkan perbedaan mereka masing-masing. Itulah yang ingin Atreyu capai sebagai desainer illustrasi. Ia juga menyebutkan “kalau lu mau dapet kerja gampang, lu cari kerja dengan temen kan? Kalau gitu yang harus lu lakuin itu bikin satu Jakarta jadi temen lu.” Tentu saja ini tidak mudah kata dia, kita harus bertahap dalam membangun nama kita, tidak boleh jaim saat mengejar client. Pergi ke café-café, lihat dinding kosong, tawari ke pemiliknya kalau dinding itu bisa lebih keren kalau digambar, begitu seterusnya. Dan Atreyu bersama rekannya Eric rindu membagikan pengalaman mereka yang sudah susah payah mereka dapat dan “meninggalkan legacy” – kata Atreyu saat ditanya mimpi dia apa. Tetapi tidak untuk sembarang orang, tetapi kepada orang yang ingin mendengarkan dengan sepenuh hati saja.  Masih banyak yang dibicarakan tapi sekilas saja isi seminar jumat 2 minggu lalu.

Atreyu Moniaga membawakan seminar

Seminar kami dilanjutkan dengan workshop yang dipimpin oleh murid AMP Robby Garcia dibantu dengan murid-murid AMP lainnya yang mempunyai skill yang tinggi. Workshop ini menggunakan media watercolor dan bertemakan mimpi. Setiap peserta diminta untuk mewujudkan mimpi mereka diatas kertas dengan Cat air sembari dibimbing oleh para pelatih.

Peserta workshop

 

Untuk menutup, Dazed: A Parallax Exhibition telah berjalan dengan baik dan teratur. Kami yakin seminar-workshop yang diadakan menjadi batu loncatan dan inspirasi bagi kami mahasiswa semester awal dan menjadi pelajaran untuk mengapresiasikan seni karena mengerti sebuah “proses” yang mendasarinya. Pameran kami sendiri sudah membawa orang lebih dekat dengan memperkenalkan mimpi masing-masing. Dari sesama pengunjung maupun dengan para peserta pameran. Kami harap di masa yang akan datang HIMDKV akan terus menjadi wadah desain untuk siapa saja dan membawa ilmu.

 

CNg; SO; DA