7 Days of Architecture: Day 3

Oleh : Vanes Suryadi

Stasiun kereta Nampak lengang hanya ada suara penumpang berceloteh tidak penting, Dova yang menunggu kereta disibukkan dengan rekannya yang belum juga datang, Sika, seorang mahasiswi semester 2 juga, yang kemarin ikut Dova mengabadikan Arsya House di kebon jeruk, hari ini dia juga mau ikut Dova berpetualang untuk mencari foto rumah yang arsitekturnya baik, lima menit kemudian seorang perempuan terlihat repot membawa tabung gambar dan ransel di seberang peron, Ketika Dova melihat perempuan itu, dia langsung tahu itu siapa, tapi Dova lebih memilih melihat sosial medianya. Perempuan itu Sika tentunya, entah apa yang ada dipikirannya membawa tabung gambar dan ransel besar Ketika mau berjalan santai.

“Repot juga bawaan lu.” Dova mengomentari bawaan Sika yang amat berbeda dengan dirinya, Dova hanya membawa tas selempang kecil, sedangkan Sika membawa tas laptop dan tabung gambar pula, mau gambar apa dia?

“Udahlah jangan cerewet, gue ada tugas bikin paper, kudu jadi besok pula, jadi nanti nongkrong agak lamaan, mau kerja.” Sika meletakan tabungnya di lantai peron stasiun, mereka masih menunggu kereta yang belum terlihat ujung peron.

“Kita hari ini mau ke mana?” Sika bertanya.

“Tangerang, ada rumah yang bagus banget, nanti lu kudu lihat.” Dova memerhatikan seberang peron, ada sekumpulan Wanita cantik yang duduk berderet pada satu kursi.

“Gile, jauh juga.” Sika hanya berkomentar sedikit, kemudian lengkingan Panjang klakson kereta terdengar di gendang telinga, kereta datang, pertanda petualangan dimulai.

_________________________________________________________________________________________________

DJ House, Tangerang, Banten

Dibawah awan kelabu kedua mahasiswa ini tiba di depan DJ House, setibanya di sana, mereka langsung disambut oleh sebuah fasad yang menarik dari rumah itu. Rumah ini dilapisi oleh roster batu bata, sehingga tema industrialnya sangat melekat sekali pada rumah ini, sama seperti kemarin, Dova berseru pelan dari muka rumah itu, berselang beberapa lama, mereka disambut ramah oleh sang pemilik rumah.

“Selamat siang, ada apa urusan apa ya?” sang pemilik rumah keluar dari pintu rumah.

“Saya Dova Sentari, yang menelpon semalam, saya mau izin untuk mengabadikan rumah kakak untuk di analisa buat tugas kuliah.” Dova menjawab.

“Oh, boleh-boleh, silahkan masuk.” Dova mengangguk dan melangkahkan kakinya masuk ke ramp carport rumah itu dan masuk ke dalam rumah melalui pintu utama.

Ketika masuk, Dova dan Sika disambut oleh ruang tamu yang sederhana dengan furniture ala kayu dengan perpaduan warna putih dan coklatnya, tidak lupa furniture itu juga menyatu dengan tembok semen tanpa plester.

“Silahkan duduk dulu.” Pemiliki rumah menunjuk sofa besar yang menempel pada dinding, Dova dan Sika duduk, ketika Sika duduk, dia harus menaruh tabung gambarnya di samping sofa, kebeteluan di samping sofa itu terdapat pot tanaman, menambah kesan yang berimbang antara industrial dan tropis.

(Source: archdaily.com)

“Tadi ada perlu apa ya ke sini?” Pemilik rumah duduk di salah satu kursi yang ada di ruang tamu tersebut.

“Saya mau izin mendokumentasikan beberapa bagian dari rumah ini, buat tugas kuliah kak.” Dova dengan suaranya yang “lembut” mengutarakan apa yang dia ingin lakukan.

“Oh, silahkan.” Pemilik rumah memersilahkan.

Dova mulai beranjak dari sofa dan mulai mengambil gambar yang mungkin dia bisa ambil, pertama dapur, dapur yang ada di DJ House ini tidak bisa dibilang besar, ukurannya sedang-sedang saja, dan dapur ini digabung dengan ruang makan. Dapur dan ruang makan ini mengangkat tema industrial yang amat pekat sekali dengan penggunaan dinding bata, beruntung tempat ini mendapat pencahayaan yang bagus, baik dari inner courtyard yang terletak di bagian belakang rumah.

(Source: archdaily.com)

Dova kemudian bergerak menuju ke lantai dua rumah itu. Lantai duanya terdapat area-area yang luas. Karena Dova sudah melihat-lihat rumah ini di internet kemarin, dia tau harus ke mana untuk mencari gambar, yaitu menuju ke balkon yang ada di lantai dua, di sana merupakan tempat di mana pemilik rumah bisa bersantai dengan keluarga, teman atau mungkin kerabat-kerabat lainnya, balkon ini menghadap ke arah barat, tempat matahari akan terbenam. Selesai dari balkon, dova berkeliling lagi sebentar, dia hanya perlu mengebadikan beberapa ruang saja, tidak perlu sampai semua ruang diabadikan.

(Source: archdaily.com)

Dova sudah selesai dalam mengabadikan bagian-bagian utama dari rumah ini, dia kemudian berpamitan kepada pemilik rumah, pemilik rumah mengiyakan, kedua mahasiswa itu meninggalkan rumah dan bergerak untuk menaiki taksi online yang sudah mereka pesan.

_________________________________________________________________________________________________

Stasiun kereta Manggarai.

Setelah melalui hari yang melelahkan, Dova dan Sika memutuskan untuk makan roti di sebuah toko roti yang terletak di bangunan utama stasiun manggarai, tidak lupa ditemani dengan suara penumpang berlalu Lalang dan juga suara mesin berat yang sedang membangun Gedung baru stasiun begitu pun suara kereta yang silih berganti memasuki dan meninggalkan stasiun.

Sika sedang berkutat pada layar laptop, Dova sedang duduk, menikmati croissant dan juga sebotol air mineral dingin, tidak lupa dia juga melihat Kembali hasil-hasil foto yang telah ia kumpulkan.

“Masih belum papernya?” Dova meremuk kertas roti yang dia pegang, bertanya kepada Sika.

“Udah nih tinggal ubah jadi pdf.” Sika meminum air mineral yang ia juga pesan.

Dova mengangguk, menengok ke peron stasiun, kereta silih berganti berhenti dan pergi dari stasiun, tidak lama, butiran air mulai terlihat di ujung mata, Hujan! Dova panik, dia lupa membawa payung, dan kereta mereka berada di peron 7, yang di mana mereka harus melewati tempat-tempat terbuka tanpa atap stasiun.

“Lu udah siap basah-basahan?” Dova menengok Sika di balik layar laptop miliknya.

“Basah?” Tanya Sika kebingungan.

“Itu hujan coi, deres lagi.” Suara hujan seketika mengalahkan bisingnya klaskon kereta.

“oh, santai.” Sika memerhatikan hujan sebentar, wajahnya yang bersinar karena layar laptop, sekarang sudah tidak lagi karena laptopnya sudah dimatikan.

“Hah? Gimana?” Dova semakin bingung.

Tanpa berkata Sika meninggalkan kursi dan bergerak keluar dari toko roti.

“Eh lu belum jawab pertanyaan gue, gimana kita bisa lewatin hujan sederes ini?” Dova sedikit kesal, Sika kemudian membuka tabung gambarnya, Dova terkejut apa yang ada di dalam tabung itu.

“Ini kan yang lo cari?” Sika mengeluarkan payung besar berwarna hijau dari tabung miliknya, Dova Nampak tercengang, dia tidak menyangka tabung gambar punya kegunaan lain selain menaruh gambar kerja.

“Yaudah ayo, keretanya udah nunggu.” Sika membuka payung dan mulai bergerak menyeberang, mereka berdua berjalan menyeberangi peron di bawah payung yang di terpa hujan yang tampias, menuju ke kereta.

_________________________________________________________________________________________________

Rumah Dova.

Setelah menaruh foto di komputer dan menaruhnya di email, Dova belum memikirikan dengan matang kata-kata pelengkapnya, selang beberapa saat Dova akhirnya mulai mengetik.

“Kesimpulan dari DJ House yang terletak di Tangerang: DJ House merupakan sebuah rumah dengan estetikanya paling konsisten, dengan tampak dan isi yang industrial, tidak lupa dengan pencahayaan yang bagus mengisi rumah itu, membuat rumah ini menjadi arsitektur yang baik menurut saya. Dova Sentari 24xxxxxxxx.” Email itu dikirim ke dosen Dova pada pukul 20.55.

 

Referensi:

https://www.archdaily.com/965874/dj-house-studie

https://www.arsitag.com/project/dj-house-3