Tradisi Merantau Urang Minang
Siapakah yang tidak kenal dengan orang Padang atau orang Minang? Atau pernahkah kamu pergi daerah-daerah di Indonesia, lalu menemukan orang Minang padahal kamu sedang tidak berada di daerah Sumatera Barat? Ya! Jangan heran, Suku Minangkabau adalah salah satu etnis terbesar yang ada di Indonesia. Kemanapun kita pergi, pasti kita dapat menemukan Urang Minang (orang Minang) dalam berbagai profesi, khususnya perdagangan. Tak heran, suku yang sangat menjunjung budaya adat dan istiadat kemanapun mereka pergi ini ternyata memengan sebuah filosofi hidup, yaitu “Tak kan Benih Basa Dipesayaman” yang artinya adalah suatu bangsa tidak akan tumbuh jika hanya menetap di kampung halaman. Filosofi ini tumbuh dalam masyarakat dan di wariskan secara turun temurun sebagai modal untuk memupuk kemandirian. Oleh sebab itu, jiwa merantau yang tinggi sudah dimiliki dan melekat erat pada orang Minangkabau sejak dahulu para leluhur Urang Minang.
Filsafah Minang juga menyebutkan:
“Karatau madang di hulu, babuah babungo alun. Marantau bujang dahulu, di kampuang baguno balun.”
Artinya ialah dianjurkan kepada anak-anak muda untuk pergi merantau meninggalkan kampung halaman mencari ilmu dan mencari kekayaan. Dan setelah berhasil, pulanglah ke kampung halaman dan bangunlah kampung halaman.
Sumber foto: akarpadinews.com
Budaya merantau pada jaman dahulu identik dengan anak laki-laki. Setiap pemuda Minang yang sudah cukup umur akan dianjurkan untuk meninggalkan kampung halaman pergi merantau ke daerah yang mereka tuju. Dan anak perempuan yang tinggal di rumah harus pula mengembangkan suatu kepandaian. Menenun adalah suatu kepandaian dan aktivitas yang melekat pada kaum perempuan di ranah Minang. Kearifan ini kemudian diwariskan sehingga menjadi identitas masyarakat Minangkabau. Namun, seiring berkembangnya jaman, kini tak hanya laki-laki saja yang pergi merantau tapi kaum perempuan pun diperbolehkan untuk ikut merantau.
Merantau biasanya hidup berdampingan dengan masyarakat lain yang juga berbeda suku, budaya dan agama. Orang Minang dalam kehidupan merantau juga sangat melekat pada sebuah pepatah Minang, yaitu “Dima bumi di pijak, disinan langik di junjuang.” Yang artinya dimanapun kita berada, maka segala aturan baik tertulis maupun adat istiadat setempat harus dipatuhi dan dijunjung tinggi. Oleh sebab itu, orang Minang dapat diterima oleh masyarakat setempat dan dapat tinggal dimana pun mereka berada.
Nah, bagi Partner Muda yang ingin merantau, boleh juga belajar dari filosofi-filosofi hidup orang Minang ini nih yang mencerminkan kemandirian, keuletan, pekerja keras, serta ikut berkonstribusi bagi pembangunan kampung halaman sendiri.
Referensi ini diambil dari:
Potret – DAAI TV https://www.youtube.com/watch?v=MEG7gxmaaxI