BIC

Dampak COVID-19 terhadap Ekspor Batu Bara

   Pandemic COVID-19 mendistrupsi seluruh kegiatan bisnis yang terjadi secara tidak terkecuali. Kita telah melihat berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah, perusahaan dan industry untuk menyikapi dan bertahan di situasi krisis ini. Kejadian paling nyata adalah seluruh kegiatan harus dilakukan secara jauh dan membuat kita harus mengandalakan media online dan teknologi. Perubahan perilaku masyarakat membuat perusahaan kini harus berinovasi secara cepat agar bisa bertahan. Beberapa sector industry mungkin sedang dan telah berhasil melakukan inovasi go-digital, namun sector industry yang mengandalkan kegiatan fisik sebagai sumber operasionalnya masih mengalami ketidakpastian.

   Seperti yang kita ketahui, Indonesia termasuk sebagai salah satu negara eksportir batu bara terbesar di dunia. Hasil tambang batu bara kita diekspor hingga mencapai 300 juta ton per tahun dengan China, India, Jepang, dan Korea Selatan sebagai pelanggan utama. Namun adanya COVID-19 yang mewabah di seluruh dunia membuat operasional perusahaan terhambat sementara harga komoditas mengalami fluktuasi.

   Secara historis, sector komoditas memiliki reaksi yang berbeda-beda terhadap krisis dunia yang pernah terjadi. Untuk saat ini, sector komoditas masih belum mengalami depresiasi separah krisis ekonomi 2008 maupun krisis komoditas di tahun 2015. Hal ini disebabkan adanya reaksi cepat dari perusahaan untuk mengatur jumlah persediaan tambang sebagai upaya menjaga harga komoditas.

   Menurut analisa yang dilakukan McKinsey, komoditas yang mengalami kenaikan permintaan dan harga adalah emas. Hasil analisa ini tentu tidak mengejutkan secara emas dikenal sebagai instrument investasi yang aman (safe haven) ketika krisis terjadi. Di Indonesia sendiri harga emas sempat mencapai Rp 1.065.000 per gram, rekor tertingi dalam setahun terakhir.

   Sementara itu, komoditas yang mengalami pengurangan supply dilakukan sebagai tindakan terhadap turunnya GDP diantaranya adalah komoditas besi yang banyak digunakan oleh perusahaan. Secara lebih lanjut, komoditas tembaga dan metallurgical coal yang dimanfaatkan dalam konstruksi dan transportasi juga terkena imbas dari penurunan aktivitas ekonomi. Hal ini sekaligus mendorong tambang batu bara juga mengalami penurunan pendapatan akibat berkurangnya kegiatan bisnis yang memerlukan tenaga listrik bertenaga uap.

   Industri batu bara memang terkenal menghasilkan keuntungan yang melimpah, namun di balik hal tersebut, perlu diingat juga bahwa industry komoditas merupakan sector yang paling mudah terfluktuasi harganya. Besarnya pengaruh kurs Dollar Amerika serta isu-isu makro yang terjadi membuat batu bara rentan dan kini bahkan merosot menjadi lebih rendah dari 60 per ton dolar AS per Mei 2020. Padahal, selain memerlukan biaya operasional yang besar, perusahaan tambang juga masih perlu membayar royalty 13,5% dari nilai penjualan batu bara mereka.

   Berdasarkan pernyataan Direktur Pembinaan Pengusahaan Batu Bara Kementerian ESDM Sujatmiko, volume ekspor batu bara telah mengalami penurunan sebesar 16.9% hingga September 2020. Berbagai peraturan baru mengenai import batu bara yang diberlakukan negara konsumen seperti Cina dan India juga semakin menekan kinerja ekspor batu bara Indonesia sehingga satu-satunya harapan perusahaan tambang adalah penjualan domestic. Namun dengan anjloknya demand listrik dan terhambatnya sector industry, serapan batubara dalam negeri belum bisa memenuhi target pemerintah sebesar 155 juta ton.

   Guncangan ini membuat satu-satunya pilihan yang bisa dilakukan perusahaan tambang adalah mengedepankan optimalisasi operasional serta mempererat hubungan dengan konsumen. Dengan menempatkan jumlah pekerja on-site secara terbatas yang dilengkapi perlindungan melawan virus, perusahaan tambang berusaha bertahan di tengah ketidakpastian ekonomi akibat COVID-19 yang belum juga menunjukkan titik akhir.

 

Referensi diambil dari

https://tirto.id/dampak-corona-6-dari-11-perusahaan-batu-bara-terancam-terpuruk-frdo

https://www.mckinsey.com/industries/metals-and-mining/our-insights/lessons-from-the-past-informing-the-mining-industrys-trajectory-to-the-next-normal#

https://ekonomi.bisnis.com/read/20190527/44/927982/indonesia-rajai-pasar-ekspor-batu-bara

Chrystina Valentine