Bayangan COVID-19 Terhadap Ekspor Impor Indonesia
Wabah pandemik COVID-19 yang masuk ke Indonesia secara resmi bulan Maret lalu berhasil mengguncangkan dunia dalam berbagai aspek. Seluruh negara berusaha mengatasi virus yang sangat menular sementara perkekonomian global mengalami perlambatan. Demikian pula yang terjadi pada Indonesia.
Indonesia mencatat pertumbuhan ekonomi yang cukup baik jika dibandingkan negara tetangga dengan peningkatan sebesar 2,97% secara year-on-year (YoY) pada kuartal I. Namun kontraksi mulai terjadi di kuartal II dimana pertumbuhan ekonomi Indonesia bergerak negatif ke -5,32%, terendah semenjak kuartal I 1999.
Kontraksi ekonomi tentu mempengaruhi sektor ekspor dan impor yang terdapat dalam faktor makroekonomi. Pada kuartal dua tercatat ekspor barang dan jasa mengalami kontraksi 11,6%, sementara impor barang dan jasa terkontraksi 16,9%. Hal ini tidak lain disebabkan oleh banyaknya negara mitra dagang Indonesiayang masuk ke dalam resesi.
Secara presentase, eskpor menyumbang 15,69% pada PDB dan import sebesar 15,52%. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang tahun 2019 terdapat 10 komoditas utama yang dieskpor Indonesia yaitu hasil tambang, non-migas, mesin dan perlengkapan elektrik, kendaraan, kapal, dan barang dari besi dan baja. Negara tujuan utama eskpor Indonesia diantaranya adalah China, Amerika Serikat, Jepang, Taiwan, India, Korea, dan Australia.
Di tahun 2020 ini, kepala BPS Suhariyanto menyatakan capaian ekspor sepanjang Mei 2020 adalah yang terendah semenjak 2016. Hal serupa juga terjadi untuk impor yang tercatat terendah semenjak 2009. Salah satu penyebab utama turunnya ekspor ini adalah penurunan ekspor golongan minyak nabati dan bahan bakar seperti CPO dan batu bara yang signifikan sebagai dampak dari perlambatan ekonomi dan stok berlebih.
Namun, kinerja ekspor membaik pada kuartal berikutnya karena pertambahan permintaan barang dari negara lain untuk memenuhi ketersediaan produk dalam negeri. Peningkatan ini diantaranya didorong oeh ekspor logam mulia yang kini mengalami peningkatan harga drastis sebagai instrumen investasi pilihan. Ekspor kendaraan dan bagiannya sendiri tidak mengalami gangguan signifikan meskipun Thailand jatuh ke dalam resesi dengan minus 12,2% karena Indonesia masih mengekspor ke negara Filipina dan Vietnam yang sudah mulai membuka aktivitas ekonominya kembali.
Berbanding terbalik dengan ekspor, impor yang dilakukan oleh Indonesia mengalami penurunan menjadi hanya 8,44 miliar sampai dengan Mei 2020. Penurunan terbesar berasal dari barang mesin, perlengkapan elektrik, kendaraan, plastik dan bahan kimia yang permintaannya berkurang. Nilai ekspor Mei yang mencapai 10,53 miliar membuat Indonesia mencatat neraca perdagangan surplus secara berturut-turut.
Hal yang menarik dari pandemi ini adalah tidak ada catatan mengenai kenaikan atau penurunan ekspor-impor bahan pangan. Seluruh negara kompak memprioritaskan penggunaan kekayaan alam bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan domestik. Misalnya Vietnam dan Thailand selaku eksportir beras terbesar di Asia Tenggara yang sudah menahan ekspor beras, begitu pula Rusia yang menahan produksi gandumnya ke negara lain.
Bagaimana dengan kondisi ketersediaan pangan di Indonesia? Sejumlah defisit bahan pokok sebenarnya juga telah terjadi di beberapa daerah di Indonesia bahkan sebelum pandemi terjadi. Defisit ini terjadi karena kurang meratanya distribusi dan ketergantungan impor pada sejumlah komoditas pangan. Dalam menanggapi masalah defisit pangan yang terjadi saat pandemi, pemerintah mengambil langkah untuk mempercepat impor melalui penghapusan ketentuan sejumlah peraturan impor yang memperlambat proses.
Pandemi COVID-19 yang terjadi membuat seluruh pergerakan ekonomi terhambat, tetapi satu hal yang tidak berubah adalah permintaan bahan pangan untuk kebutuhan domestik. Oleh sebab itu, penting bagi pemerintah untuk bisa memenuhi kebutuhan pokok masyarakat sekaligus menjaga perekonomian negara. Dalam hal ini pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mempercepat proses distribusi sekaligus perputaran ekonomi dengan mengeluarkan stimulus ekonomi dan peraturan ekspor-impor yang diperlukan.
Referensi diambil dari
https://tirto.id/pertumbuhan-ekonomi-ri-q2-2020-minus-532-terburuk-sejak-1999-fVQK
https://tirto.id/babak-belur-ekspor-impor-indonesia-di-tengah-pandemi-covid-19-fHME
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4940782/top-neraca-dagang-ri-surplus-us-23-miliar
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4970348/corona-bikin-negara-dunia-pelit-ekspor-pangan