BIC

KEMAUAN VS KEMAMPUAN

 

Mana yang lebih utama, kemauan atau kemampuan? Skill atau willingness? Motivasi dalam diri atau keahlian? Beberapa pertanyaan tersebut kerap kali banyak ditanyakan orang. Meskipun kalau mau jujur, tentu kita berharap seseorang memiliki keduanya sehingga menjadi ideal dan sempurnalah pribadi tersebut, khususnya menjalankan tugas dan tanggung jawab. Saying, realitas yang kita temui sehari-hari terkadang tidak seindah yang kita bayangkan.

Mengutip yang pernah dikatakan Muhammad Ali : Champions aren’t made in gyms. Champions are made from something they have deep inside them—a desire , a dream, a vision. They have to have last minute stamina, they have to be a little faster, they have to have the skill and the will. But the will must be stronger than the skill. Kemauan, tekad, dan semangat dari dalam harus lebih besar sebagai titik awal untuk mengembangkan kemampuan. Ketika semangat dalam diri tidak ada atau tidak jelas, seseorang akan setengah hati mengembangkan “skill”.

Kapan terakhir kali kita jujur terhadap diri sendiri? Yang membuat seseorang menjadi luar biasa tidak semata-mata “skill” mereka yang bertumbuh, tetapi ada alasan di balik mengapa mereka mau menumbuhkan skill tersebut. Alasan yang dibangun itulah yang menjadi kemauan mereka untuk menjadi lebih baik. Ketika focus kita atau organisasi hanya tertuju pada membangun “skill”, kita akan merasakan bahwa pertumbuhan seseorang tidak diiringi dasar atau fondasi yang kuat. Baik kemauan maupun kemampuan, keduanya begitu dirindukan dalam sebuah organisasi. Hanya, mana yang menjadi prioritas kita, itulah pilihan dan pilihan kita akan menentukan kemana dan sejauh mana kita akan melangkah.

Sumber Penulisan/Daftar Pustaka : buku berjudul “Breakthrough” oleh Muk Kuang

Yesica Viana