WAISAK PUJA 2562 B.E./2018

Written by: Riyandi

Hari Raya Waisak merupakan perayaan yang dilakukan untuk memperingati kelahiran Buddha. Hari Raya ini dirayakan dengan berbagai tradisi yang unik di beberapa negara di dunia, salah satunya Indonesia yang biasanya dipusatkan di Candi Borobudur, Jawa Tengah. Namun selain di Candi Borobudur, perayaan Waisak di Indonesia juga banyak dilakukan di wilayah-wilayah lainnya.

Terkait dengan perayaan Hari Raya Waisak, ada 3 tahap penting di dalam kehidupan Buddha yang diperingati dalam perayaan tersebut, yakni: tahap kelahiran, tahap pencerahan, dan juga kematian. Ketiga tahap tersebut biasa disebut sebagai Trisuci Waisak, yang berdasarkan kalender tradisional jatuh pada hari yang sama. Perayaan ini biasanya dilakukan pada saat puncak bulan purnama pertama di bulan Mei setiap tahunnya. Buddha sendiri lahir di Lumbini, sebuah wilayah di kaki Gunung Himalaya yang saat ini masuk ke dalam kawasan Nepal, di sanalah Buddha yang awalnya bergelar Pangeran Siddharta tersebut dilahirkan dan menghabiskan 29 tahun usianya.

Waisak telah menjadi sebuah perayaan yang besar setiap tahunnya, hal ini ditandai dengan adanya berbagai kegiatan yang dilakukan oleh umat Buddha di berbagai belahan dunia. Perayaan ini tentu akan menjadi sebuah perayaan unik sebagaimana perayaan keagamaan lainnya, di mana setiap wilayah yang berbeda akan merayakannya dengan istimewa sesuai dengan tradisi yang mereka pegang di wilayah tersebut.

Tepat pada hari Minggu, 27 Mei 2018, Mahasiswa/i KMB Dhammavaddhana Universitas Bina Nusantara (Binus) merayakan Hari Waisak 2562 B.E/2018 yang bertemakan “Wonderful Life in Buddhism”, bertempat di Auditorium Lantai 4 Kampus Anggrek  Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27. Jakarta Barat.

Perayaan Waisak 2562 B.E/2018 dihadiri oleh Y.M. Nyanasuryanadi Mahathera, Y.M. Girivirya Sthavira selaku pembicara, serta Hendra Lim, M.Pd sebagai moderator. Waisak 2562 B.E/2018 KMB Dhammavaddhana kali ini menggunakan tema “Wonderful Life in Buddhism” yang menceritakan tentang Kehidupan yang indah dalam ajaran Buddha.

Perayaan Hari Waisak di BINUS memiliki beberapa rangkaian acara antara lain, kebaktian, pembacaan paritta, pelita kedamaian, pemercikan air suci, dhammadesana, meditasi, Pemandian Rupang Buddha  serta di akhir acara di sajikan dengan DV Teater yang bertemakan “The Story of Pangeran Siddhartha

Dalam Dhammatalk, Y.M. Nyanasuryanadi Mahathera dan Y.M. Girivirya Sthavira menyampaikan hendaknya kita sebagai umat Buddha bisa meneladani sifat yang dimiliki oleh sang Buddha, yaitu bisa mempraktekan kasih tanpa batas  kepada siapapun dan kepada makhluk apapun, karena dengan penanaman sifat yang demikian akan dapat mampu mengikis sifat – sifat pendiskriminasian baik antar suku, agama, dan ras, terlebih juga dapat membantu mengikis sifat – sifat kebencian dan permusuhan sehingga kedamaian dan ketenangan yang menjadi suatu harapan akan senantiasa selalu terjaga di dalam diri masing – masing. Pengembangan cinta kasih yang demikian juga bisa memberikan vibrasi positif didalam pola pikir seseorang, karena cinta kasih yang tanpa membeda – bedakan akan menghilangkan kekisruhan didalam diri. Dengan demikian pula keharmonisan dalam diri maupun antar umat bergama akan dapat terwujud.

Pada akhir acara, pembawa acara mewakili segenap Panitia dan Keluarga Besar KMB Dhammavaddhana Bina Nusantara  mengucapkan Selamat Hari Trisuci Waisak 2562 B.E/2018  untuk seluruh umat Buddha. Nafas ajaran Buddha adalah Metta, cinta kasih pada semuanya. Semoga semua makhluk berbahagia.