Sejarah dan Makna dari Lampion

Sumber: https://www.tagar.id/Asset/uploads2019/1643708402136-lampion.jpg

Tahun Baru Imlek identik dengan adanya lampion. Kita dapat menemukan banyak lampion, baik di kelenteng, jalan, maupun rumah-rumah warga Tionghoa yang merayakan. Di kelenteng, lampion biasanya menyala hingga 15 hari setelah Tahun Baru Imlek.

 

Adanya lampion menjadi seperti suatu atribut budaya yang menandakan peralihan tahun dalam penanggalan Tionghoa. Bagi beberapa orang, lampion dimaknai sebagai simbol status sosial. Semakin mewah dan bagus lampion yang mereka miliki menandakan mereka berasal dari kalangan atas.

 

Kita pasti sudah sering melihat keberadaan lampion, tapi, tahukah kalian sejarah dan makna dari lampion?

 

Bagi masyarakat Tiongkok, lampion memiliki cerita dan makna tersendiri. Lampion sudah ada sejak Dinasti Han (25-220 M). Orang-orang dari Dinasti Han Timur membuat rangka lampion dari kayu, bambu, atau jerami gandum. Kemudian mereka meletakkan lilin di tengahnya dan merentangkan sutra atau kertas di atasnya agar nyala api tidak tertiup angin. Lampion digunakan untuk melapisi lampu atau untuk penerangan. Selain itu, lampion juga digunakan untuk sembahyang ke tempat peribadatan setiap tanggal 15 di bulan pertama kalender lunar. Inilah yang menjadi asal mula Festival Lampion yang diselenggarakan hingga sekarang.

 

Pada saat Dinasti Tang (618-907 M), lampion digunakan untuk keperluan yang lebih modern. Lampion kertas mulai digunakan orang-orang untuk perayaan-perayaan yang sifatnya lebih luas. Contohnya, sebagai bentuk syukur atas kehidupan yang damai.

 

Seiring berjalannya waktu, lampion diadopsi oleh para biksu Buddha sebagai bagian dari ritual ibadah mereka saat hari ke-15 bulan pertama kalender lunar. Hingga pada akhirnya, lampion mulai identik dengan perayaan tahun baru dalam penanggalan Tionghoa.

 

Lalu, apa makna dari lampion tersebut?

 

Dalam budaya Tiongkok, lampion menggunakan warna merah karena memiliki makna pengharapan di tahun yang baru akan diwarnai dengan rezeki, keberuntungan, serta kebahagiaan. Warna merah juga menyimbolkan kemakmuran.

 

Legenda menceritakan jika lampion merah dipercaya dapat mengusir kekuatan jahat yang disimbolkan dengan binatang buas bernama Nian. Nian berwujud seperti seekor banteng jantan berkepala singa. Konon katanya, Nian meneror penduduk dengan memakan hewan ternak, tanaman, hingga anak-anak,

 

Nian takut akan tiga hal, yaitu api, suara bising, dan warna merah. Karena itulah, untuk menangkal keberadaan makhluk tersebut, masyarakat menggunakan berbagai hal yang berwarna merah, termasuk lampion. Memasang lampion dipercaya dapat menghindari penghuni rumah dari ancaman kejahatan.

 

Referensi:

Lampion, Memaknai Kebahagiaan Dan Harapan. Indonesia Kaya. (2021, May 6). Retrieved April 17, 2022, from https://indonesiakaya.com/pustaka-indonesia/lampion-simbol-kebahagiaan-dan-harapan/#:~:text=Lampion%20memiliki%20akar%20sejarah%20yang,dengan%20dikenalnya%20teknik%20pembuatan%20kertas.

Larasati, A. U. (2017, December 23). Sejarah Dan Makna Lampion Pada Perayaan Imlek. TAGAR. Retrieved April 17, 2022, from https://www.tagar.id/sejarah-dan-makna-lampion-pada-perayaan-imlek

 

Penulis: Yuliani