Sejarah Agama Konghucu

SEJARAH AGAMA KHONGHUCU

Penulis : Ws Dr Oesman Arif, MPd ( Liem Liang Gie )
Judul : SEJARAH AGAMA KHONGHUCU

Agama Khonghucu, tepatnya disebut Ru Jiao, sudah ada 2000 tahun sebelum Nabi Khongcu lahir. Para raja dan rakyat harus menjalankan upacara agama dan menjunjung tinggi moralitas seperti yang diajarkan oleh para luhur raja. Nabi Khongcu lahir pada tahun 551 SM. Ia ditugaskan oleh Tuhan untuk menata kembali tata upacara agama Ru Jiao dan mengajarkan kepada raja dan rakyat Tiongkok tentang spiritual dan moral agar rakyat Tiongkok hidup lebih sejahtera dan damai. Pada waktu itu di Tiongkok terjadi perpecahan yang menjadikan negeri Tiongkok kacau balau. Para kepala daerah ingin menjadi raja, mereka saling berperang berebut wilayah. Zaman itu disebut zaman Chun Qiu ( Musim Semi dan Musim Gugur).
Nabi Khongcu mendirikan sekolah yang menampung murid sebanyak 3000 orang. Setelah para murid itu pandai banyak yang mendirikan sekolah meneruskan ajaran Nabi Khongcu. Namun, ada juga murid yang mendirikan sekolah dengan aliran lain. Pada waktu itu muncul aliran yang bermacam-macam di Tiongkok, bakan ada aliran yang bertentangan dengan ajaran Nabi, antara lain aliran Mohist yang didirikan oleh Mo Zi.
Dua tokoh besar yang meneruskan ajaran Rujiao yaitu Meng Zi atau Mencius (371-289 SM) dan Xun Zi (326-233 SM). Kedua tokoh ini memang mengajarkan ajaran Rujiao dari Kong Zi, namun mereka mempunyai perbedaan pendapat dalam beberapa hal karena mereka hidup dalam situasi negara Tiongkok yang berbeda. Meng Zi hidup pada saat awal kekacauan muncul, sedangkan Xun Zi lahir saat kekacauan itu sudah memuncak.
Meng Zi mengajarkan: manusia akan hidup bahagia apabila negara makmur dan sejahtera, untuk itu menusia harus melaksanakan Perintah Tuhan, yaitu menjalani hidup lurus, jujur, dan tidak serakah. Kekacauan terjadi dalam masyarakat karena banyak orang tidak menjalankan hidup sesuai Perintah Tuhan. Ajaran Meng Zi lebih mengarah kepada ajaran agama, kekuatan iman sangat diperhatikan. Meng Zi menyakini bahwa watak dasar manusia itu baik.
Xun Zi mengajarkan bahwa manusia bisa hidup bahagia apabila negaranya kuat dan kaya. Untuk mewujudkan negara yang kuat dan kaya perlu dibuat undang-undang yang berlandaskan cinta kasih dan keadilan, dan ditentukan sistem kemasyarakatan yang jelas. Rakyat perlu dididik untuk hidup sesuai dengan sistem kemasyarakatan yang ada. Ajaran Xun Zi lebih mengarah kepada ajaran Filsafat Konfusianisme. Xun Zi tidak yakin bahwa watak dasar manusia itu baik, maka dia menyarakan adanya penegakan hukum yang serius agar rakyat hidup lurus dan benar.
Ajaran kedua tokoh ini telah memperkuat posisi ajaran Rujiao sebagai agama, pandangan hidup, sistem filsafat bagi masyarakat Tionghoa. Sejak awal dinasti Han, ajaran Rujiao juga diserap oleh bangsa Jepang, bangsa Korea, dan bangsa Vietnam sampai dengan sekarang. Bangsa-bangsa tersebut menyerap ajaran Rujiao menurut keperluan mereka. Di Jepang untuk keperluan pemerintahan mereka mengambil ajaran Xun Zi, untuk keperluan rakyat banyak digunakan ajaran Meng Zi. Di Korea, ajaran Meng Zi lebih banyak diambil dari pada ajaran Xun Zi. Di Vietnam,

ajaran Xun Zi lebih banyak dimanfaatkan dari pada ajaran Meng Zi. Di Tiongkok sekarang, untuk pemerintahan lebih banyak diambil ajaran Xun Zi, namun rakyat lebih banyak mengenal ajaran Meng Zi.
Pada xaman dinasti Han (206 SM) Agama Khongcu atau Ru Jiao ditetapkan sebagai agama negara, dan semua pejabat negara harus lulus ujian negara dengan materi ujian ajaran Ru Jiao, yang bersumber dari Kitab Klasik, kitab ini ditulis berdasaekan ajaran Nabi Khongcu oleh para murid-Nya. Namun pada waktu itu banyak orang dengan aliran lain mengaku sebagai pembawa ajaran Khongcu, tujuannya supaya diterima sebagai pejabat.
Pada tahun 97 M, diadakan seminar di Gua Macan Putih (nama sebush gedung di Istana), untuk menetapkan ajaran Nabi Khongcu yang asli dan dipisahkan dari ajaran Khongcu yang palsu. Pemisahahan ini mempunyai dampak positip, tetapi juga mempunyai dampak negatif. Dampak positifnya ajaran Nabi Khongcu yang murni sudah ditetapkan. Dampak negatifnya, banyak buku tulisan pemikir Rujiao yang ikut tersingkirkan atau tidak diakui sebagai ajaran Rujiao. Perlu dijelaskan di sini bahwa pasa zaman itu terjadi pepecahan antara Kelompok teks baru dan teks lama. Tampaknya yang menentukan putusan dalam seminar itu dari kelompok teks baru. Tulisan Yang Xiong ( kelompok teks lama) yang berjudul Tai Xuan Jing (Kitab Rahasia Besar) tidak dimasukkan dalam ajaran Rujiao. Tulisan Yang Xiong justru dimanfaatkan oleh agama Tao sebagai kitab yang amat penting.
Semula agama Konghucu adalah untuk semua rakyat Tiongkok atau bangsa Tionghoa, ajaran agama Khonghuci itu diajarkan melalui sekolah dan para orang tua. Lembaga agamanya adalah negara itu sendiri. Setiap raja yang naik tahta wajib membuat rumah ibadah Khonghucu (Bio atau Miao atau kelenteng) sebanyak tujuh buah, setiap gubernur lima buah, dan residen tiga buah.
Pada akhir dinasti Han (210 M) di Tiongkok muncul agama Tao. Agama Tao ini mengambil berbagai unsur, a.l. ajaran Taoisme, kitab Yi Jing, kitab Tai Xuan Jing, ilmu Kedewataan Tiongkok kuna, dan konsep Reinkarnasi. Agama Tao ini bukan agama negara, mereka lebih bebas menyebarkan ajarannya dengan mendirikan tempat ibadah yang lebih kecil. Perhatian mereka adalah pada ajaran spititual dan ritual, termasuk ilmu magis dan mistik. Mereka mempunyai pendeta yang menyucikan diri dari urusan duniawi. Umat mereka khusus, yaitu yang mempelajari ajaran dari pendeta mereka, bukan di sekolah seperti agama Khonghucu.
Agama Khonghucu pada waktu itu juga mempunyai lembaga khusus yang mempelajari agama, tetapi tidak banyak jumlahnya. Para muridnya setelah lulus juga mengikuti ujian menjadi pejabat negara. Kedudukan agama Khonghucu yang sangat istimewa di Tiongkok saat itu telah menjadikan tokoh agama Khonghucu lupa membina umatnya secara intensif, mereka kurang menekankan pada ajaran spiritual, tetapi lebih menekankan pada pengabdian masyarakat.
Pada abad V, agama Buddha Mahayana mulai berkembang di Tiongkok, akibatnya terjadi persaingan dalam memperebutkan umat dengan agama Tao. Persaingan itu berlanjut menjadi konflik fisik yang melibatkan para pengikutnya. Kaisar dinasti Tang saat itu melerai konflik dengan menyatukan tigs lembaga agama menjadi San Jiao atau Tiga Agama (di Indonesia disebut Tri Darma). Sejak itu di Tiongkok tidak ada konflik umat beragama, karena mereka mempunyai tempat ibadah yang sama. Masing-masing umat mempelajari ajaran agamanya sendiri dan tetap rukun dengan umat lain.
Tentang konsep Tri Darma ini masih ada perbedaan pendapat antara pengikutnya, yaitu ada yang memahami Tri Darma sebagai koalisi, ada yang memahaminya sebagai sinkritisme. Menurut kami, kedua pendapat itu terserah masing-masing. Biarkanlah masing-masing pengikut Tri Darma memilih caranya sendiri untuk konsep itu.
Dengan adanya Tri Darma tidak berarti agama Khonghucu, agama Tao, dan agama Buddha Mahayana Tiongkok melebur menjadi satu. Maisng-masing agama masih berdiri sendiri-sendiri, namun mereka mengakui bahwa ada sebagian umat mereka merupakan umat bersama yang perlu dibina bersama. Untuk itu, rohaniwan Khonghucu mendapat kesempatan untuk menguraikan ajaran agama Khonghucu di kelenteng atau Tempat Ibadah Tri Darma (TITD), di samping di tempat Ibadah Untuk agama Khonghucu ( Khongcu Bio)
Hari-hari besar agama Khonghucu dirayakan bersama di TITD maupun di Khongcu Bio, dan juga di rumah-rumah penduduk. Tangal satu bulan satu tahun Imlik (yin li) adalah haru Besar agama Khonghucu ( termasuk Tri Darma). Pada hari-hari menjelang tanggal satu sampai dengan tanggal 15 bulan satu dilakukan berbagai kegiatan upacar keagamaan. Namun, masih banyak orang Tionghoa yang sudah tidak memeluk agama Khonghucu atau Tri Darma masih merayakan hari Sin Tjia itu sebagai tradisi menyambut musim semi (sayangnya di Indonesia tidak ada musim semi). Hal itu adalah hak mereka untuk merayakan hari itu sebagai apa yang dipahaminya, namun jangan mengatakan bahwa hari Tahun Baru Imlik itu bukan hari besar agama. Nagi mereka bukan hari besar agama, tetapi bagi umat Khonghcu dan umat Tri Darma adalah hari besar agama.
Bagi umat Khonghucu dan Tri Darma, kue kranjang adalah kue yang dipersembahkan kepada Tuhan pada awal tahun, kue Bulan ( Tiong Ciu Pia) pada pertengan bulan delapan, wedang ronde pada hari Tangcik (21Desember), dan kuecang bakcang untuk sembahyang tanggal lima bulan lima Imlik. Apakah orang tidak boleh makan ronde atau bakcang pada hari biasa? Tentu boleh, namun bukan untuk upacara suci, hanya sebagai makanan biasa.

Sumbangan ajaran Rujiao, dari Kong Zi, Meng Zi, dan Xun Zi yang dapat dimanfaatkan oleh umat agama Khonghucu antara lain sebagai berikut.
1. Manusia lahir ke dunia ini untuk melaksanakan tugas dari Tuhan, yaitu membangun dunia ini lebih baik agar manusia generasi yang akan datang bisa hidup lebih nyaman dan sejahtera. Untuk itu generasi tua harus mendidik generasi muda dengan bekal keimanan, moralitas, keahlian, dan keberanian untuk menghadapi kehidupan.
2. Manusia haeus membina diri agar semua potensi yang telah diberikan oleh Tuhan kepada masing-masing orang dapat dikembangkan dan diwujudkan menjadi keahlian yang berguna bagi orang lain, masyarakat, dan negara.
3. Stiap umat Khonghucu harus memberikan karyanya yang terbaik kepada bangsa dan negara di mana dia dilahirkan.
Wujud awal dari keimanan manusia adalah bakti kepada orang tua. Keluarga adalah tempat dimulainya perjalanan hidup manusia, oleh karena itu setiap manusia harus menyiapkan diri untuk memiliki kekuarga yang sejahtera dan bahagia.

By : Ricky Oktavianus

http://www.gentanusantara.com/sejarah-agama-khonghucu/
http://konfusiani.blogspot.co.id/2009/10/nabi-agung-khongcu.html?m=1