Kecerdasan Buatan untuk Menjaga Kondisi Alam

Teknologi kecerdasan buatan mengacu pada kemampuan mesin atau komputer untuk meniru kemampuan manusia seperti mengenali objek, memahami dan bereaksi terhadap bahasa, membuat keputusan dan memecahkan masalah. Dengan menggabungkan kemampuan yang berbeda, kecerdasan buatan dapat melakukan fungsi yang lebih kompleks.

Teknologi kecerdasan buatan telah mendapatkan popularitas berkat penerapannya yang sukses dalam pembuatan aplikasi. Google telah menggunakan teknologi kecerdasan buatan untuk melepaskan energi pusat data intensif sumber dayanya, mengurangi biaya energi pendinginan sebesar 40%.

Terdapat 17 tujuan pembangunan berkelanjutan sebagaimana didefinisikan oleh Perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB), yang dapat diklasifikasikan dalam tiga pilar yaitu pilar lingkungan, pilar ekonomi, dan pilar masyarakat. Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature Communications mengkaji bagaimana perkembangan teknologi kecerdasan buatan menciptakan banyak kemajuan.

Singkatnya, kecerdasan buatan menghadirkan peluang yang belum pernah terjadi sebelumnya, menghasilkan hasil yang relatif negatif tergantung pada konteks penggunaannya. Kecerdasan buatan berpotensi mempercepat upaya global untuk melindungi lingkungan dan melestarikan sumber daya alam (SDA) dengan mendeteksi pengurangan emisi energi, menghilangkan karbon dioksida, dan memprediksi kondisi cuaca yang sangat ekstrim.

Dikombinasikan dengan citra satelit, teknologi kecerdasan buatan dapat melihat dampak budidaya, vegetasi tumbuhan dan hutan, dan juga dapat melihat lokasi kejadian bencana alam. Kecerdasan buatan dapat mengumpulkan informasi tentang lokasi laut yang sulit atau tidak mungkin, membantu melindungi spesies dan habitat.

Daftar Pustaka:


Penulis: Faiz Arya Rabbani, Salino Madandan Pongtengko

Editor: Fisalma Maradita, Muhammad Ihsan Rafi Tribowo