IoT sebagai gerbang teknologi masa depan di dunia, Apakah Indonesia sudah siap?

IoT, atau yang biasa dikenal dengan Internet of Things, adalah sebuah konsep di mana benda atau objek tertanam dalam teknologi seperti sensor dan perangkat lunak. IoT memiliki kemampuan untuk mengirim data melalui jaringan tanpa interaksi manusia atau perangkat komputasi lain yang dimaksudkan untuk memaksimalkan kerja teknologi yang termasuk dalam IoT. Smart home, smart watch, sistem keamanan biometrik, dan mobil pintar, merupakan beberapa contoh dari penerapan IoT. 

Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya zaman, IoT makin banyak diminati karena mampu meningkatkan efisiensi, produktivitas, kualitas kontrol dan pendapatan sebuah industri. Salah satu perusahaan yang menyediakan jasa telepon di Indonesia, XL Axiata, juga mengakui bahwa kini mereka telah menggunakan IoT sebagai salah satu strategi pengembangan bisnisnya. Juga pada Hyundai, mereka telah menggunakan teknologi terapan IoT untuk mengembangkan kecerdasan buatan pada produk mereka, seperti fitur stolen vehicle tracking & stolen vehicle immobilization. 

Di Indonesia, teknologi IoT sudah mulai ramai digunakan sejak tahun 2018, salah satu contoh penerapannya adalah GPS Tracker. Hingga Oktober 2020, dicatatkan bahwa ada sekitar 31 juta perangkat IoT yang terhubung dan diperkirakan akan berkembang hingga 400 juta pengguna di tahun serta 678 juta pengguna akibat dari penggunaan teknologi 5G menurut Menkominfo. Namun apakah tingkat pengguna ini akan berjalan seiringan dan berkesinambungan dengan perkembangan IoT di Indonesia itu sendiri, dimana kita sadari bahwa IoT akan menjadi salah satu gerbang teknologi masa depan?

Indonesia, dengan potensi pasar terbesar di Asia Tenggara, sudah banyak diincar oleh pemain dari luar negeri. Hal itu tak dipungkiri karena dengan tingkat perkembangan teknologi serta jumlah penduduk demografisnya. Di dalam lingkup Indonesia itu sendiri, sebenarnya sudah terjadi perkembangan pesat dalam petumbuhan IoT yang terus menerus naik diatas 10% tiap tahunnya. Namun sayangnya perkembangan ini tak terjadi secara merata diseluruh bidang. Sebagian besar perkembangan IoT hanya terjadi di bidang smart room (konsumen pribadi), smart building dan smart home (korporasi dan bisnis). 

Tak hanya itu, ada juga beberapa faktor penghambat lainnya yang membuat perkembangan IoT ini terhambat. Adanya hambatan dari keterbatasan serta ketidakefisienan dari pemanfaatan alat serta pasokan komponen menjadikan harga teknologi IoT yang dikembangkan menjadi cenderung lebih mahal dan tidak bisa dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Kurangnya pemasaran dari produk IoT Indonesia sendiri juga menjadi salah satu problematika yang perlu diatasi. 

Melalui beberapa pertimbangan diatas, bisa kita simpulkan bahwa sebenarnya perkembangan teknologi Internet of Things di Indonesia sudah sangat baik, namun sayangnya masih ada beberapa permasalahan yang perlu menjadi concern untuk perkembangan IoT kedepannya. Diperlukan adanya pemerataan perkembangan IoT dari berbagai bidang. Indonesia membutuhkan banyak inovasi dan gebrakan baru dalam penerapan IoT, misal pada bidang pendidikan dan kesehatan. Bisa dengan pengadaan kompetisi dibidang IoT atau mungkin mengexplore lebih dalam lagi inovasi dari anak-anak bangsanya.

Terakhir, kita perlu menelaah lagi faktor-faktor yang dapat menghambat perkembangan IoT di Indonesia. Indonesia harus bisa menciptakan perangkat IoT yang benar-benar bermanfaat dan dampaknya dapat dirasakan oleh pengguna. Tak hanya itu, diperlukan juga biaya yang terjangkau dan dapat disesuaikan dengan target dan market pasar dari produk tersebut.  Dengan adanya perhatian pada beberapa aspek-aspek ini, diharapkan agar kedepannya perkembangan teknologi IoT di Indonesia bisa menjadi gebrakan bagi Indonesia untuk menuju masa depan yang lebih cerah untuk Indonesia. 

Daftar Pustaka


  • Penulis: Natalia Lairan
  • Editor: Axcel Deon Davelin Syahputra, Muhammad Ihsan Rafi Tribowo