Penggunaan EdTech untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan Indonesia

Kualitas pendidikan di beberapa negara di Asia Tenggara memang masih dibutuhkan perhatian khusus dari pemerintah untuk ditingkatkan. Hal tersebut dapat dilihat dari ketidaksetaraan ekonomi, sumber daya manusia, kurikulum, dan teknologi. Di tambah, Pandemi Covid-19 yang saat ini melanda dunia, memberikan dampak yang besar bagi semua bidang terutama bidang pendidikan di seluruh negara. Indonesia pun menghadapi tantangan serupa. Dilansir dari Program for International Student Assessment (PISA), Indonesia menduduki urutan ke-62 dari 72 negara yang dinilai dalam bidang matematika, sains, dan membaca.
Dari situlah EdTech mulai berkembang pesat di Indonesia dengan memberikan berbagai inovasi-inovasi pendidikan. Terhitung sejak 2021, startup EdTech sudah mencapai angka 210 di Indonesia berdasarkan hasil riset pemerintah. Tahukah kamu apa itu EdTech? EdTech merupakan singkatan dari Education Technology yang dapat diartikan sebagai suatu sistem pendidikan terkini dengan melibatkan penggunaan software dan hardware yang didesain khusus untuk memberikan pengalaman belajar mengajar yang lebih bermakna sehingga dapat meningkatkan kualitas peserta didik maupun tenaga pendidik di Indonesia.
Penggunaan EdTech sangat diminati masyarakat Indonesia karena memberikan banyak keuntungan. Bahkan, teknologi menjadi isu utama dalam diskusi G20 Education and Culture 2022. EdTech memberi keuntungan diantaranya adalah memudahkan interaksi antara tenaga pendidik dan peserta didik diluar jam pelajaran, membuat kegiatan pembelajaran lebih menarik, menyediakan banyak sumber belajar yang dapat peserta didik pilih sesuai kebutuhannya. Perkembangan teknologi ini pun memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk lebih mandiri dalam menentukan metode belajar, memilih sumber belajar, hingga dibidang apa pengetahuan atau keterampilannya harus ditingkatkan. Saat ini telah tersedia pula berbagai platform belajar daring yang semakin memudahkan akses pendidikan, sebut saja Ruangguru, Zenius, Quipper, dan lain-lain.
Meski peluang EdTech di Indonesia begitu besar, masih terdapat pula hambatan dalam pengembangannya di Indonesia. Menurut Kepala Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Gogot Suharwoto, hanya 40 persen tenaga pendidik non TIK yang memiliki kemampuan teknologi. Selain itu, masih banyak pula daerah yang masih jauh dari jangkauan teknologi.
Namun, untuk mengatasi hal tersebut pemerintah telah gencar mengadakan pelatihan-pelatihan untuk membekali kemampuan TIK bagi tenaga pendidik melalui kerja sama dengan sejumlah perusahaan EdTech. Selain itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) pun meluncurkan proyek bernama Palapa Ring untuk membangun infrastruktur digital yang merata melalui pembangunan base transceiver stations (BTS) di seluruh pulau di Indonesia.
Dengan begitu, EdTech di Indonesia diperkirakan akan menjadi salah satu sektor yang akan mengalami perkembangan yang sangat signifikan di masa depan.
Imelda Evania