Kampung Matematika yang Mengasyikkan
Kampung Matematika di Desa Laladon, Ciomas, Bogor, menjadi salah satu tempat wisata pendidikan yang makin menarik dan menyenangkan bagi anak-anak dan remaja.
Menurut Ridwan Hasan Saputra, pendiri Klinik Pendidikan MIPA (KPM) dan Kampung Matematika (41 tahun), kesalahan pengajaran matematika di Tanah Air selama ini adalah terlalu menonjolkan angka-angka, rumus atau hitungan kepada para siswa. Alhasil penekanan pada otak kiri ini membuat mereka jadi bosan, bahkan menilai matematika menjadi pelajaran menakutkan. Padahal, kata Ridwan, matematika dapat diajarkan dengan permainan dan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Wisata matematika ini, ujarnya, coba menyeimbangkan otak kanan dan kiri sehingga matematika menjadi sesuatu yang menyenangkan atau mengasyikkan.
Paket wisata matematika yang dikembangkan KPM seikhlasnya memiliki empat posko. Posko pertama berupa matematika pahlawan nasional berisi pengetahuan tentang ilmuwan matematika dan permainan MMG (Mathematics Military Game). Posko kedua adalah aktivitas matematika di kandang kambing. Posko ketiga adalah poster, permainan angka dan merangkai mute. Terakhir, posko keempat mengunjungi toko matematika.
Memang, sejak diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan pada 11 April 2015, Kampung Matematika ini banyak dikunjungi pelajar dari berbagai kota.
Salah satunya kunjungan 55 pelajar SMP Pahoa, Kompleks Gading Serpong, Tangerang, Provinsi Banten, beberapa waktu lalu. “Menarik banget permainan matematikanya, saya jadi lebih lancar berhitung,” kata Delsie, pelajar kelas 7. Dia mengunjungi peternakan kambing di Desa Laladon. Hewan ini diikat lehernya dengan tali dan dikaitkan dengan patok. Delsie diminta menghitung berapa luas area dan keliling makan kambing. Di kampung matematika dia belajar permainan sudoku dan membuat gelang dari mute. Dia diminta menghitung berapa waktu yang diperlukan untuk membuat satu gelang. Di toko matematika para siswa diminta melakukan operasi hitung matematika pada daftar harga barang-barang yang dijual.
Lembaga pendidikan swasta Klinik Pendidikan MIPA (KPM) didirikan pada 16 April 2001 oleh Ridwan. Alumnus program magister IPB ini menetapkan metode seikhlasnya bagi siswa bimbingan belajarnya. Metode seikhlasnya diterapkan dengan menghapus patokan tarif untuk siswa yang belajar. KPM menyediakan kotak amal atau yang disebut “keropak” untuk menampung uang dari muridnya. Isi keropak ini dipakai untuk menutup biaya operasional lembaga bimbingan belajar ini. Selain itu, KPM menjual produk barang seperti alat peraga, VCD tutorial dan lainnya. KPM yang berkantor pusat di Bogor, kini memiliki cabang di Jakarta, Depok, Bekasi, Serang, Solo, Semarang, Sidoarjo dan Makassar. Ada ribuan siswa yang belajar di kelas reguler dan kelas khusus. Mereka juga mengikuti pencak silat dan taekwondo. Selain itu, KPM melibatkan orang tua agar anak-anaknya menjalankan praktek beribadat sesuai agamanya.
Sejak 2004 hingga 2016, KPM berhasil mengantarkan anak-anak didiknya memperoleh ratusan medali emas, perak dan perunggu di kompetisi matematika tingkat Nasional maupun Internasional. Atas pengabdian di bidang pendidikan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan penghargaan Satya Lencana Wira Karya kepada Ridwan Hasan Saputra pada tahun 2007.
(Sumber: https://m.tempo.co/read/news/2016/05/07/079769078/kampung-matematika-ini-ajarkan-ilmu-hitung-yang-mengasyikkan)