Grave of the Fireflies : Perjuangan Kakak Beradik Saat Perang Dunia II
Nggak berasa udah akhir bulan aja nih, Blistener! Tetap semangat walaupun masih pandemi yaa. Gue yakin pasti tontonan lo juga udah banyak mulai dari film A sampai film Z alias nggak abis-abis. Kebetulan ada satu film animasi produksi Ghibli tahun 1988 yang booming lagi karena kata orang-orang film ini cukup depresif. Kali ini, gue mau review film tersebut sambil ngajak lo sedih bareng!
Grave of the Fireflies atau Hotaru no Haka merupakan anime produksi Studio Ghibli yang diambil dari cerita pendek karya novelis Akiyuki Nosaka pada tahun 1967. Usut punya usut, ternyata cerita ini juga ditulis dari pengalamannya ketika pasca-Perang Dunia ke-II. Secara singkat, film ini menceritakan tentang perjuangan kakak beradik Seita dan Setsuko yang harus bertahan hidup selama Perang Dunia II, dimana saat itu Jepang tengah diserbu oleh Amerika.
Kalau ngeliat posternya sekilas, mungkin kita nggak bakal kepikiran film ini ternyata sedih banget. Dari beberapa poster yang muncul, selalu ada kunang-kunang di sekeliling Seita dan Setsuko. By the way, ada fakta unik yang gue temuin tentang poster di bawah ini.
Source : ghibli.fandom.com
Faktanya, cahaya di sana bukan sepenuhnya berasal dari kunang-kunang, tapi dari bom api pesawat B29 yang saat itu masih membombardir Jepang. Kok bisa? Coba naikin brightness-nya deh. Memang Studio Ghibli ini selalu ngasih poin-poin kecil tambahan yang seringkali kita nggak tau. Entah kenapa gue langsung sedih karena walaupun mereka lagi di moment bahagia sekalipun, tetep aja harus waspada sama lingkungan sekitar yang nggak aman.
Dari segi alur cerita, lo bakal dibikin sedih dari awal sampai akhir cerita. Mulai dari kematian ibunya yang mengalami luka bakar akibat serangan bom api, sampai mereka juga harus menerima kenyataan kalau sang ayah gugur di medan perang. Ini dia hal yang bikin gue salut sama Seita yang berjuang demi kelangsungan hidup mereka berdua. Adegan yang punya impact besar menurut gue adalah ketika Setsuko kekurangan gizi karena sering kelaparan dan Seita terpaksa mencuri bahan makanan di tiap-tiap rumah warga. Duh, kalau gue di posisi mereka pasti nggak bakal bisa survive dari awal.
Source : cartoonbrew.com
Source : moviemezzanine.com
Menurut gue, film ini adalah salah satu bukti kalau manusia punya egonya masing-masing dan nggak selamanya membantu orang itu gampang. Keadaan semasa perang digambarkan sebagai ketakutan yang akan terus menghantui meskipun mereka ada di tempat persembunyian sekalipun. Maka dari itu, gue sadar kalau sebenarnya orang yang bisa lo andalkan ya cuma diri lo sendiri. Abis ini jadi punya motto #LoveYourself deh.
Nah, segitu aja review singkat dari gue. Dijamin lo nggak bakal nyesel karena banyak pesan moral di film ini. Kalau tertarik buat nonton, boleh banget nobar santai #dirumahaja sambil ditemenin tissue yang banyak ya hehe. Sampai ketemu lagi dan stay safe, Blistener!
Don’t forget to follow our social media for more information!
Instagram : @bvoice_radio
Twitter : @bvoiceradio
Facebook : BVoice Radio
Line@ : @bvoiceradio
(Writer: Nathalie / Bvoice Radio)
(Editor: Bima Utomo / Bvoice Radio)