Perjalanan Pendidikan di Indonesia

Halo teman-teman! Jadi kali ini kita akan bahas tentang Pendidikan di Indonesia nih. Kalian tau gak sih sejarah awal dari adanya di Indonesia? Kalau kalian belum tau, yuk simak!

Jadi seperti ini teman-teman, awalnya di Indonesia pendidikan agama adalah pendidikan yang lebih dulu hadir, yang pertama adalah Pendidikan Hindu-Budha. Adapun materi yang dipelajari pada masa ini adalah teologi (ilmu agama), bahasa dan sastra (ilmu kecakapan), ilmu-ilmu kemasyarakatan (ilmu sosial), ilmu-ilmu eksakta (ilmu perbintangan), ilmu pasti (perhitungan waktu, seni bangunan, dan seni rupa), dan sebagainya. Ajaran Hindu-Budha ini memberikan corak praktik kerajaan di zaman kerajaan Hindu dan Budha seperti Kerajaan Kutai, Kerajaan Majapahit, Kerajaan Tarumanegara, hingga Kerajaan Sriwijaya.  Pada periode akhir perkembangan pendidikan Hindu-Budha, pendidikan dilakukan di padepokan-padepokan dan tidak lagi bersifat kolosal dalam kompleks. Pengelola pendidikan adalah kaum Brahmana, bersifat tidak formal, dapat mengundang guru datang ke istana, dan pendidikan kejuruan dilakukan secara turun-temurun melalui jalur kastanya masing-masing.

Selanjutnya adalah pendidikan Islam teman-teman. Saudagar asal Gujarat pada abad ke 13 menjadi salah satu ciri adanya pendidikan islam di Indonesia. Awalnya adalah pedagang asal Gujarat itu menyebarkan ajaran Islam dan berkembang di daerah pantai pesisir Pulau Sumatera dan Jawa. Pada masa pra-kolonial, pendidikan agama Islam berbentuk pendidikan di pesantren, pendidikan di mushola/langgar, dan pendidikan di madrasah. Pertama, pendidikan di mushola/langgar diadakan secara sederhana dengan binaan guru ngaji yang berstatus di bawah Kyai. Materi yang diajarkan adalah membaca Al-Qur’an dan belajar Fiqih dasar. Kedua, pendidikan di pesantren memiliki sistem pendidikan pemondokan sederhana. Materi pembelajaran bersifat khusus (keagamaan), penghormatan tertinggi kepada guru dan tidak ada gaji untuk guru karena mengajar hanya untuk Allah semata. Santri datang untuk belajar secara suka rela. Ketiga, pendidikan di madrasah memiliki sistem pendidikan yang mengajarkan agama dan ilmu pengetahuan seperti astronomi (ilmu falak) dan ilmu pengobatan. Ketiga sistem pendidikan Islam ini bertahan sejak datangnya kolonial Belanda hingga saat ini.

Lalu ada pendidikan Katholik dan Protestan. Pendidikan Katholik bermula dari abad ke 16 melalui orang-orang Portugis yang menguasai Malaka. Portugis memiliki usaha mencari rempah-rempah untuk dijual di Eropa dikarenakan saat itu harga rempah-rempah sangat mahal, Portugis bersama misionaris Katholik-Roma berperan ganda sebagai penasehat spiritual, menempuh perjalanan jauh disertai menyebar agama-agama yang diyakini pada setiap tempat yang didatanginya. Segera setelah Portugis dan Katholik Roma menduduki suatu pulau, menjadikan penduduk setempat sebagai pemeluk Katholik-Roma merupakan usaha utama yang mereka lakukan. Kemudian, untuk mendidik anak-anak setempat, didirikanlah acara seminar-seminar. Namun, hanya sekitar setengah abad (50 tahun) kekuasaan Portugis itu bertahan dan tidak berlangsung lama karena diusir oleh Spanyol. Kemudian pendidikan bercorak agama Kristen-Protestan tersebar di bawah pengaruh bangsa Belanda di Indonesia.

Setelah kita bahas berdasarkan agama, kita akan bahas lagi pendidikan berdasarkan penjajah hingga era reformasi nih teman-teman, yuk simak lagi!

  • Pendidikan Pada Masa Portugis

Dalam menyebarkan agama Nasrani (Katholik), menurut Franciscus Xaverius sangat diperlukan untuk mendirikan sekolah-sekolah. Pada tahun 1536, berdiri sebuah sekolah di Ternate yang menjadi sekolah agama anak-anak terkemuka. Pelajaran yang diberikan adalah pelajaran agama, membaca, menulis, dan berhitung. Kabupaten Solor, Flores Timur juga mendirikan sekolah dan mempunyai lebih dari 50 orang murid yang juga mengajarkan bahasa latin. Tujuh kampung di Ambon penduduknya sudah beragama Katholik pada tahun 1546, di kampung ini juga menyelenggarakan pengajaran untuk rakyat umum. Pengajaran ini sering menimbulkan pemberontakan sehingga akhir abad ke 16 musnalah kekuatan Postugis di Indonesia. Ini juga menandakan hilangnya misi Katholik di Maluku. Hilangnya misi itu menjadi salah satu akibat dari jatuhnya negara sehingga usaha-usaha pendidikan terpaksa harus diberhentikan.

  • Pendidikan Pada Masa Belanda

Belanda yang bergabung dalam badan perdagangan VOC menganggap bahwa agama Katholik yang disebarkan oleh Portugis perlu digantikan dengan agama Protestan yang dianutnya. Dengan itulah sekolah-sekolah keagamaan didirikan terutama di daerah yang dulunya telah terpengaruh agama Nasrani (Katholik) oleh Portugis dan Spanyol. Sekolah pertama didirikan oleh VOC pada tahun 1607. Pembelajaran yang diberikan yaitu membaca, menulis, dan sembahyang. Guru pendidik berasal dari Belanda dan mendapat upah. Salah satu alasan tidak ada susunan persekolahan dan gereja di Pulau Jawa karena Pulau Jawa tidak terkena pengaruh Portugis. Pada tahun 1617 sekolah pertama didirikan di Jakarta, lima tahun kemudia pada 1622 sekolah itu mempunyai murid 92 laki-laki dan 45 perempuan. Sekolah ini memiliki tujuan untuk menghasilkan tenaga-tenaga kerja yang cakap sehingga dapat dipekerjakan di administrasi dan gereja pada pemerintahan. Bahasa Belanda menjadi bahasa pengantar hingga tahun 1786. Pendidikan kejuruan mulai muncul sejak abad ke-19 dan pada abad ke-20 muncul golongan baru yaitu golongan cerdik, pandai yang mendapat pendidikan Barat, namun golongan ini tidak mendapat tempat dan perlakuan wajar dalam masyarakat kolonial. Partai yang timbul sesudah tahun 1908 ada yang berdasarkan Sarekat Islam, berdasarkan sosial seperti Muhamadiyah, ada pula berdasarkan asas kebangsaan seperti Indische Partij. Indische Partij merupakan pergerakan yang pertama kali merumuskan semboyan Indie los van Nederland yang berarti “Indonesia Merdeka” dan diambil alih oleh PNI (1928).

  • Pendidikan Pada Masa Jepang

Jepang merupakan salah satu negara penjajah Indonesia yang berlangsung lumayan pendek (17 Maret 1942–17 Agustus 1945). Jepang menguasai Indonesia dimana perang, segala usaha Jepang di tunjuukan hanya untuk perang. Murid-murid bergotong-royong mengumpulkan batu, kerikil, dan pasir untuk pertahanan, halaman seolah ditanami umbi-umbian dan sayur untuk bahan pangan, menanam pohon jarak untuk menambah pasokan minyak demi kepentingan perang. Runtuhnya pengaruh kolonial Belanda diikuti dengan tumbangnya sistem pendidikannya pula. Banyak orang Belanda diinternir oleh pemerintah militer Jepang sehingga banyak sekolah-sekolah untuk anak Belanda dan Indonesia kalangan atas lenyap. Hanya susunan sekolah untuk anak-anak Indonesia saja yang tertinggal. Sekolah rendah seperti Sekolah Desa 3 tahun, Sekolah Sambungan 2 tahun, ELS, HIS, HCS masing-masing 7 tahun, Schakel School 5 tahun, dan MULO dihapus semua. Pendidikan Sekolah Rakyat (Kokomin Gakko) 6 tahun, Sekolah Menengah Cu Gakko (laki-laki) dan Zyu Gakko (perempuan) 3 tahun yang ada di Indonesia sejak masa Jepang dan masih banyak lagi sekolah kejuruan (sekolah guru), yaitu sekolah untuk mempersipkan tenaga pendidik dalam jumlah yang besar demi memompa dan mempropagandakan semangat Jepang kepada anak didik.

  • Pendidikan Pada Masa Kemerdekaan

Tokoh pendidik yang berjasa pada masa kolonial Belanda seperti Ki Hajar Dewantara, Moh. Syafe’i dari INS, Mr. Suwandi yang mengganti ejaan Bahasa Indonesia yang disusun sebelumnya oleh Van Phuysen. Dari beberapa tokoh di atas, pemerintahan Indonesia telah berupaya untuk mengangkat tokoh yang berjasa dalam pendidikan Indonesia dimasa kolonial ini pada awal pendidikan masa kemerdekaan. Pengangkatan Menteri PP dan K. Prof. Dr. Priyono dari partai Kiri Murba menjadi tanda pengaruh masuknya ideologi kiri di dunia pendidikan.

  • Pendidikan Pada Masa Orde Baru

Usaha pembangunan terencana dalam Pelita I sampai Pelita II, III dan seterusnya telah dilancarkan oleh pemerintahan Orde Baru dengan tokoh-tokoh teknorat dalam pucuk pimpinan pemerintahan. Rencana pendidikan dalam Pelita I ini dapat dikembangkan menurut satu rencana dan menyesuaikan keuangan Negara. Harga minyak tanah yang melonjak naik pada masa orde baru ini berakibat pada keuangan Negara yang membengkak. Hal ini menjadi penyebab di dirikannya SD Inpres (Instruksi Presiden) mengangkat guru-guru dan mencetak buku pelajaran. Hasil dari Pelita I dalam bidang pendidikan yaitu telah ditatar lebih dari 10.000 orang guru. Enam puluh tiga koma lima juta buku SD kelas I telah dibagikan, 6000 gedung SD dibangun, 57.740 orang guru terutama guru SD diangkat, serta 5 Proyek Pusat Latihan Teknik yaitu di Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan dan Ujung Pandang telah dibangun.

  • Pendidikan Pada Masa Reformasi

Kurikulum 1994 digunakan pada masa pemerintahan Habibie telah mengalami penyempurnaan pada masa pemerintahan Gus Dur. Pendidikan pada masa pemerintahan Megawati mengalami perubahan tatanan, antara lain:

Diubahnya Kurikulum 1994 ke Kurikulum 2000 menjadi Kurikulum 2002 setelah disempurnakan (Kurikulum Berbasis Kompetensi), yaitu kurikulum dalam orientasinya dalam pendidikan fokus pada 3 aspek utama yang dikembangkan, antara lain aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik.

UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disahkan pada 8 Juli 2003 yang memberikan dasar hukum untuk membangun pendidikan nasional dengan menerapkan prinsip demokrasi, desentralisasi, otonomi, keadilan dan menjujung HAM

Setelah jabatan Megawati turun dan digantikan oleh Susilo Bambang Yudhoyono, UU No. 20/2003 masih berlaku ditambah dengan UU RI No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen. Setelah penetapan UU tersebut disusul dengan pergantian Kurikulum KBK menjadi KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) berdasarkan pada PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. KTSP merupakan kurikulum operasional yang dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan, tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan serta silabus.

Saat ini, sistem pendidikan di Indonesia yang dijalankan adalah sistem pendidikan Nasional. Sistem pendidikan ini berlaku bagi seluruh jenjang pendidikan, mulai dari pendidikan dasar hingga tinggi. Jika sebelumnya wajib belajar bagi masyarakat Indonesia ditetapkan selama 9 tahun, meliputi 6 tahun untuk sekolah dasar dan 3 tahun untuk sekolah menengah. Namun, kini telah ditingkatkan hingga 12 tahun yang meliputi 6 tahun untuk pendidikan dasar, 3 tahun untuk pendidikan menengah pertama, dan 3 tahun untuk pendidikan menengah atas.

Nah, seperti itulah teman-teman perkembangan pendidikan di Indonesia. Sekian penjelasan dari e-magazine BSLC tentang pendidikan ini ya, semoga bermanfaat untuk teman-teman semua.