Black Death: Wabah yang Menghantui Eropa

Black death atau wabah hitam adalah sebutan untuk sebuah penyakit pandemi yang melanda wilayah Eropa pada tahun 1347 – 1352 M. Penyakit menular yang mematikan ini paling banyak disebabkan oleh bakteri Yersinia Pestis, bakteri yang dibawa oleh kutu pada hewan pengerat, terutama tikus. Penyakit ini diduga berasal dari Asia Tengah dan terbawa ke Krimea oleh para prajurit dan pedagang Mongol, kemudian menyebar dengan cepat di Eropa melalui Italia. Kemungkinan besar penyebaran wabah hitam di Eropa adalah karena tikus atau parasit manusia melalui rute kapal-kapal perdagangan Eropa Barat, yaitu Prancis, Spanyol, Inggris, dan Irlandia.

(https://images.app.goo.gl/X6MQx81krqwAyWBm6

Terdapat tiga jenis wabah hitam, tetapi jenis yang paling umum adalah Bubonic Plague. Wabah hitam dapat berakibat fatal dan akan menginfeksi tubuh seseorang 72 jam setelah terkena paparannya. Penyakit ini menyerang kelenjar getah bening di area selangkangan dan ketiak, menyebabkan pembengkakan dan rasa nyeri yang parah. Pembengkakan tersebut disebabkan oleh pendarahan internal atau buboes, yang lalu menjadi asal-usul dari nama Bubonic Plague. Selain itu, luka kehitaman juga akan muncul menutupi bagian-bagian tubuh yang mati, sehingga penyakitnya disebut dengan wabah hitam atau black death.

Keterbatasan pengetahuan masyarakat mengenai apa yang sebenarnya terjadi dan apa penyebabnya memunculkan banyak asumsi. Sebagian besar masyarakat Eropa percaya bahwa pandemi yang terjadi pada masa itu merupakan sebuah fenomena supernatural yang tidak dapat dijelaskan. Sementara, ada juga yang beranggapan bahwa penyakit tersebut diturunkan oleh Tuhan sebagai bentuk balasan untuk para pendosa. Keterbatasan pengetahuan para ahli medis pada masa itu mengenai organisme mikroskopis membuat mereka tidak mampu mengobati orang-orang yang terjangkit. Upaya maksimal yang dapat dilakukan pada saat itu hanyalah karantina daerah, tetapi orang-orang melarikan diri dengan panik, meninggalkan daerah tempat tinggal mereka dan tanpa sadar malah membawa penyakit itu untuk menyebar lebih luas.

Akibat dari masifnya penyebaran wabah hitam pada masa itu, lebih dari 30 juta penduduk Eropa meninggal dunia. Banyak daerah dan kota yang ditinggalkan oleh para penduduknya yang ingin mencari tempat berlindung dari penularan wabah  hitam. Harga barang dan upah pun melonjak sangat tinggi karena kurangnya tenaga kerja yang ada. Selain itu, permintaan atas barang pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat menjadi tantangan besar. 

(https://images.app.goo.gl/5ocGV37TiME3TvZw5)

Bertahun-tahun setelahnya, meskipun penyebaran wabah hitam sudah kian berkurang, dampaknya masih dirasakan oleh penduduk Eropa. Kelaparan besar sempat terjadi dua kali, pada tahun 1358 dan 1359 M. Namun, selain dampak negatif, wabah hitam juga ternyata memberikan dampak positif. Tercipta perubahan sistem tenaga kerja yang menjadi lebih fleksibel serta penghapusan sistem feodalisme atau sistem politik yang hanya memberikan kekuasaan besar pada golongan bangsawan. Meskipun perubahan sosial yang terjadi tidak dapat dikaitkan secara langsung dengan wabah hitam yang terjadi, Black Death tetap menjadi faktor yang berkontribusi dan mempercepat perubahan yang ada. Butuh waktu selama 200 tahun bagi Eropa untuk sepenuhnya memulihkan keadaan kembali normal seperti sedia kala. Wabah hitam tidak pernah benar-benar berakhir, hanya saja gelombang penyebarannya menjadi semakin mengecil sejak abad ke-15, berkat tingkat sanitasi dan sistem karantina yang jauh lebih baik. 

Referensi:

Cartwright, M. (2023). Maut Hitam. Ensiklopedia Sejarah Dunia. https://www.worldhistory.org/trans/id/1-17097/maut-hitam/

Jenihansen, R. (2023, October 19). Sejarah Abad Pertengahan: Wabah Hitam Membunuh Separuh Populasi Eropa. National Geographic. https://nationalgeographic.grid.id/amp/133921025/sejarah-abad-pertengahan-wabah-hitam-membunuh-separuh-populasi-eropa?page=3