[Juara II Lection 2.0] Covid-19: Mari Sembuh Seutuhnya Oleh: Gina Purwaningtias

Covid-19: Mari Sembuh Seutuhnya

Oleh: Gina Purwaningtias

Sejak kemunculannya hampir setahun yang lalu, Covid-19 bukan lagi istilah yang asing di telinga kita semua. Wabah penyakit yang berujung menjadi pandemi global ini telah berdampak besar pada kehidupan manusia. Di Indonesia sendiri, muncul stigma negatif publik yang hingga kini belum juga berkesudahan. Tidak sedikit pemberitaan tentang kasus diskriminasi kepada tenaga medis, pasien, dan keluarga yang bersinggungan dengan Covid-19. Salah satu yang sempat ramai adalah penolakan jenazah perawat pasien Covid-19 di sebuah desa di Jawa Tengah karena masyarakat setempat takut tertular oleh virus tersebut. Hal ini secara gamblang menunjukkan bahwa pandemi ini tidak hanya menyerang fisik dan imun seseorang, namun juga mengikis rasa kemanusiaan. Stigma dapat muncul karena adanya persepsi negatif dan stereotip yang terbentuk pada suatu golongan yang dianggap berbeda. Jika menilik dari kasus Covid-19, rasa takut menjadi sumber utama terjadinya perilaku diskriminasi terhadap individu yang bersinggungan dengan Covid-19. Rasa takut tersebut sedikit banyak disebabkan oleh adanya penyebaran informasi yang hampir selalu negatif pada awal kemunculan Covid-19. Berbagai media dipenuhi dengan pemberitaan tentang peningkatan jumlah pasien positif Covid-19, fasilitas dan tenaga kesehatan yang kurang memadai, serta mudahnya penyebaran virus. Maka, tidak heran jika segala sesuatu yang berhubungan dengan Covid-19 secara otomatis terasosiasi sebagai hal yang negatif.

Meskipun terlihat sulit untuk diubah, bukan berarti tidak ada cara yang dapat dilakukan untuk meminimalisir stigma publik yang terlanjur negatif. Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan menggencarkan kampanye sosial atas tindakan-tindakan positif yang merefleksikan dukungan moral dan material terhadap individu dan keluarga yang terpapar Covid-19. Kampanye sosial dapat disebarluaskan melalui media konvensional, portal berita daring, situs-situs lembaga atau organisasi sosial, juga akun-akun media sosial. Saat ini, media telah menjadi sarana penghubung masyarakat untuk berinteraksi, berkomunikasi, dan memperoleh informasi sehingga pengaruhnya sangat kuat pada nilai, kepercayaan, dan sikap seseorang. Langkah lainnya adalah dengan membentuk komunitas daring yang berfokus untuk menyuarakan dan melakukan sosialisasi tentang pentingnya empati dan dukungan terhadap individu dan keluarga yang terpapar Covid-19. Dengan adanya komunitas, maka semakin luas cakupannya dan semakin banyak orang yang dapat berkontribusi nyata dalam memerangi stigma negatif publik. Lalu, bagi daerah yang masih minim atau tak tersentuh oleh teknologi, diperlukan kerja sama antara pihak pemerintah dengan komunitas sosial dalam melakukan kampanye sosial. Komunikasi dan sosialisasi dapat dilakukan secara tatap muka dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Mekanismenya juga perlu dipertimbangakn dengan matang, apakah dengan sistem door-to-door atau mengumpulkan warga di suatu tempat dengan membaginya ke dalam beberapa kloter. Selain itu, untuk meningkatkan kemungkinan bahwa masyarakat secara konsisten memperoleh energi positif dari kampanye sosial, maka perlu disediakan spanduk atau baliho yang berisikan ajakan untuk bersikap adil, menerima, dan membantu individu dan keluarga yang terpapar Covid-19.

Fenomena Covid-19 nyatanya tidak hanya menyerang kesehatan manusia, namun juga menyerang kehidupan sosial masyarakat dengan menghadirkan stigma negatif publik kepada individu dan keluarga yang bersinggungan dengan Covid-19. Jika dibiarkan berlarut-larut, hal tersebut dapat berpengaruh pada kondisi kesehatan mental mereka yang terdiskriminasi. Demi menghindari stigma, seseorang bisa saja tidak mau memeriksakan diri ke dokter meskipun ia telah menunjukkan gejala Covid-19. Betapa stigma negatif publik dapat mempengaruhi seseorang untuk mengambil keputusan yang berbahaya bagi dirinya sendiri, orang terdekat, dan pada akhirnya publik itu sendiri. Pandemi ini memang perlu dimenangkan dengan kesembuhan total dari seluruh individu yang terpapar Covid-19. Namun, kemenangan sesungguhnya adalah ketika manusia dapat sembuh dari stigma dan bersahabat dengan mereka yang terdampak Covid-19 dengan memberikan dukungan moral dan material. Maka, mari sembuh seutuhnya.