Finding Purpose in Uncertainty: How Youth Can Lead Themselves First

Finding Purpose in Uncertainty: How Youth Can Lead Themselves First

Hidup di zaman yang penuh ketidakpastian bukanlah hal mudah.
Perubahan terjadi begitu cepat, ekspektasi sosial semakin tinggi, dan jalan menuju masa depan terasa semakin kabur. Di tengah semua itu, generasi muda sering kali merasa terjebak antara keinginan untuk berkembang dan rasa takut akan kegagalan.

Namun, justru dalam ketidakpastian itulah kepemimpinan sejati mulai terbentuk.
Sebelum seseorang bisa memimpin orang lain, ia harus belajar untuk memimpin dirinya sendiri.

Memimpin Diri di Tengah Ketidakpastian

Kepemimpinan sering diartikan sebagai kemampuan untuk memengaruhi orang lain, memimpin tim, atau mengambil keputusan besar. Padahal, bentuk paling mendasar dari kepemimpinan adalah self-leadership, yaitu kemampuan untuk memahami diri sendiri, mengatur arah hidup, dan tetap teguh pada nilai yang diyakini, bahkan ketika dunia di sekitar terasa tidak pasti.

Di AIESEC in BINUS, setiap perjalanan anggota dimulai dari kesadaran akan diri. Melalui berbagai program seperti AIESEC Future Leaders (AFL) atau pengalaman menjadi volunteer, anak muda belajar mengenal kekuatan, kelemahan, dan tujuan pribadi mereka.
Mereka menemukan bahwa memimpin diri bukan tentang memiliki semua jawaban, melainkan tentang berani bertanya pada diri sendiri: Apa yang benar-benar penting bagiku? Apa yang ingin aku wujudkan melalui tindakan kecilku hari ini?

Menemukan Tujuan, Bukan Sekadar Arah

Banyak anak muda merasa kehilangan arah karena terlalu fokus pada hasil akhir seperti gelar, karier, atau pencapaian. Padahal, tujuan hidup tidak selalu ditemukan dengan cepat. Ia justru tumbuh perlahan melalui proses pencarian, kesalahan, dan pembelajaran.

Menemukan tujuan bukan berarti menentukan satu hal yang harus dilakukan selamanya. Menemukan tujuan berarti memahami nilai-nilai yang menjadi kompas dalam mengambil keputusan.
Bagi banyak anggota AIESEC, momen ini muncul ketika mereka berinteraksi dengan orang lain, melihat dampak dari aksi sosial mereka, dan menyadari bahwa kepemimpinan bukan hanya tentang posisi, tetapi juga tentang kontribusi.

Setiap pengalaman, baik sukses maupun gagal, membantu membentuk arah hidup yang lebih bermakna. Dari pengalaman memimpin proyek, mengatur tim, hingga menghadapi tantangan pribadi, semua itu menjadi bagian dari proses menemukan purpose.

Belajar dari Ketidakpastian

Ketidakpastian tidak selalu menjadi penghalang. Terkadang, ia adalah guru terbaik.
Melalui pengalaman di AIESEC, banyak anak muda belajar bahwa rasa ragu dan takut bukan tanda kelemahan, tetapi kesempatan untuk belajar lebih dalam tentang diri sendiri.

Saat menghadapi situasi yang tidak pasti, seperti memimpin proyek dengan waktu terbatas atau harus beradaptasi dengan rekan satu tim dari budaya berbeda, anggota AIESEC belajar mengambil keputusan dengan percaya diri dan fleksibilitas.
Mereka memahami bahwa kepemimpinan tidak berarti harus selalu benar, tetapi berani bertanggung jawab terhadap setiap langkah yang diambil.

Self-leadership adalah tentang bagaimana seseorang tetap berpegang pada nilai-nilai yang diyakini, bahkan ketika arah belum terlihat jelas. Ia bukan tentang menghindari kesalahan, tetapi tentang belajar dari setiap kesalahan itu dengan hati terbuka.

Dari Refleksi Menuju Tindakan

Proses menemukan diri tidak berhenti pada refleksi.
Kesadaran akan diri harus diterjemahkan menjadi tindakan, sekecil apa pun itu.
Di AIESEC in BINUS, proses refleksi ini menjadi bagian penting dalam setiap perjalanan anggota. Setelah setiap kegiatan, mereka diajak untuk merenung tentang apa yang sudah dipelajari, bagaimana perasaan mereka, dan langkah apa yang bisa dilakukan selanjutnya.

Dari sinilah lahir kebiasaan untuk bertindak dengan kesadaran.
Mereka belajar bahwa perubahan tidak selalu datang dari hal besar, tetapi dari konsistensi dalam hal-hal kecil seperti mendengarkan orang lain, menghargai perbedaan, dan terus berusaha menjadi versi diri yang lebih baik setiap harinya.

Kepemimpinan pribadi dimulai dari hal-hal sederhana seperti mengatur waktu, menjaga komitmen, dan tetap fokus pada nilai yang diyakini meski hasilnya belum terlihat. Karena dari disiplin dan refleksi kecil itulah lahir kepercayaan diri yang lebih besar untuk memimpin orang lain.

Menjadi Pemimpin bagi Diri Sendiri

Setiap perjalanan kepemimpinan selalu dimulai dari satu titik, yaitu diri sendiri.
Menjadi pemimpin bagi diri sendiri berarti berani mengenal siapa kita sebenarnya, apa yang membuat kita bangkit setiap pagi, dan bagaimana kita bisa memberikan makna bagi orang lain.

Generasi muda tidak perlu menunggu sampai “siap” untuk mulai memimpin. Justru dengan melangkah di tengah ketidaksiapan, mereka akan menemukan versi terbaik dari diri mereka sendiri.
Kepemimpinan bukan tentang kesempurnaan, tetapi tentang proses, tentang keberanian untuk terus mencoba, gagal, belajar, dan tumbuh.

Menemukan Makna di Setiap Langkah

Ketika dunia terasa tidak pasti, satu hal yang pasti adalah kemampuan kita untuk menentukan bagaimana kita menanggapinya.
Dengan memahami diri, menumbuhkan kesadaran, dan bertindak berdasarkan nilai, setiap anak muda memiliki kesempatan untuk menciptakan arah hidup yang bermakna.

AIESEC in BINUS percaya bahwa kepemimpinan sejati tidak dimulai dari panggung besar, tetapi dari percakapan kecil dengan diri sendiri.
Dari keputusan untuk bangkit setelah gagal, dari keberanian untuk terus mencoba, dan dari kemauan untuk belajar dari setiap perjalanan.

Sebelum kita bisa memimpin dunia, kita harus terlebih dahulu belajar untuk memimpin diri sendiri.
Dan mungkin, di tengah ketidakpastian itulah kita menemukan tujuan yang selama ini kita cari.