AIESEC

Impact Circle 2024 – Beyond the Silence: Advancing Inclusive Spaces

Impact Circle merupakan sebuah acara yang diadakan oleh AIESEC in Indonesia yang bertujuan memberi wadah bagi kalangan muda untuk berdiskusi mengenai berbagai macam topik seputar Sustainable Development Goals atau SDGs. Impact Circle membahas bagaimana perkembangan dari SDGs tersebut, dan bagaimana implementasi SDGs tersebut di Indonesia. Untuk memfasilitasi diskusi-diskusi tersebut, Impact Circle mengundang narasumber serta fasilitator terkait.

Tahun ini, Impact Circle 2024 menyoroti kembali terhadap SDG 10: Reducing Inequalities, membawa topik utama dengan judul “Beyond the Silence: Advancing Inclusive Spaces”. Impact Circle tahun ini dapat diklasifikasikan sebagai acara yang sukses karena sangat digemari peserta, dan berjalan dengan lancar secara keseluruhan. Terutama, karena keberhasilan Impact Circle dalam menghadirkan pengisi acara yang relevan dengan topik yang ingin dibawakan.

Impact Circle “Beyond the Silence: Advancing Inclusive Spaces” dilaksanakan pada Jumat, 25 Oktober 2024. Impact Circle kali ini dipandu oleh Quintisse Dezuri Adjistan dan Muhammad Rafi Nouvaldy sebagai Master of Ceremony (MC), serta Muhammad Robin Alfareza sebagai moderator. Acara dimulai dengan perkenalan oleh MC dan moderator, diikuti dengan kata sambutan dari Chelsea Tesalonika selaku penanggung jawab acara/Person In Charge (PIC), Ayesha Madeline selaku ketua acara/ Organizing Committee President (OCP), dan Bapak Rouf SE selaku perwakilan dari Dinas Sosial Kota Tangerang. Dilanjuti dengan penjelasan sesi yang akan dilakukan dan peraturan selama acara berlangsung.

Sesi pertama diisi oleh Intan Adelia, selaku Co – Founder Pop Joy Sign, sebuah komunitas tuli dalam bidang seni, dengan judul “Advancing Inclusion: Creating Equal Job Opportunities for the Deaf Community”. Melalui sesi ini, Intan mengupas lebih dalam mengenai kehidupan dan kesempatan bekerja sebagai seorang tuli. Dimana Intan menyimpulkan bahwa menjadi seorang tuli, bukan berarti tidak mampu bekerja, terbukti dari dirinya sendiri yang saat ini berhasil untuk bekerja di PT. Pertamina Persero, sebagai Corporate Culture & Business Culture. Intan juga ikut menjelaskan, bagaimana ia membangun Pop Joy Sign dan bagaimana Pop Joy Sign menjadi wadah untuk membantu teman tuli lainnya untuk menyalurkan bakat seni.

Sesi kedua, diisi oleh Abdul Azis dengan judul “The Power of Sign Language in Connecting Communities”. Abdul Azis sendiri merupakan seorang konten kreator yang sering membahas mengenai komunitas tuli. Di dalam sesi ini, Abdul membahas lebih lanjut mengenai perannya sebagai deaf ally, dan bagaimana caranya berkontribusi dan/atau menjadi deaf ally. Salah satu jalur yang diambil Abdul adalah melalui penggunaan sosial media, untuk mengedukasi teman dengar, seputar komunitas tuli.

Sesi terakhir dari acara Impact Circle merupakan sesi workshop yang diisi oleh PUSBISINDO sebagai fasilitator acara kami. Di dalam sesi ini, audiens akan diperkenalkan mengenai Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO) dan penggunaan alfabet atau kata-kata dasar BISINDO. Sesi ini dipandu oleh Mohammad Adhika Prakoso, yang juga merupakan founder dari Kopi Tuli, serta Clara Gheta Aktalisa sebagai koordinator PUSBISINDO Banten. Setelah Adhika dan Clara menjelaskan materi dan mempraktekkan penggunaan BISINDO, audiens dibagi menjadi beberapa kelompok, dan diberikan ruang untuk berdiskusi dan menyelami lebih dalam penggunaan BISINDO. Setelah selesai, audiens diminta untuk melakukan peragaan dari hasil penggunaan BISINDO mereka, dan diberikan penilaian oleh fasilitator berdasarkan kreativitas dan kelancaran penggunaan BISINDO.

Di penghujung acara, dilakukan pengumuman dan pemberian cinderamata terhadap 3 audiens teraktif dan 1 kelompok terbaik. Acara lalu ditutup dengan sesi dokumentasi serta pengisian exit ticket forms sebagai syarat audiens meninggalkan ruangan acara.