Menyelami Identitas di Era Digital: Capacity Building 4 AFL Winter Peak 2025
Rangkaian AIESEC Future Leaders (AFL) Winter Peak 2025 tiba pada penghujung perjalanannya. Setelah tiga sesi sebelumnya membangun pemahaman diri, kepemimpinan, dan profesionalitas, para delegates kini diajak memasuki ruang pembelajaran yang berbeda, sebuah ruang di mana teknologi dan kreativitas manusia saling bertemu. Mengusung tema besar bulan ini, The Hall of Mastery: Where Machines Meet the Muse, Capacity Building 4 hadir dengan tajuk “AI Pillars & Pathways: Sculpting Tools, Ethics, and Impact.”
Sesi ini berlangsung pada Minggu, 23 November 2025, dari pukul 13.00 hingga 15.25 WIB, diselenggarakan secara hybrid di BINUS Syahdan Campus dan melalui Zoom Meeting. Dengan format yang memungkinkan partisipasi offline maupun online, sesi ini menjadi wadah inklusif untuk seluruh delegates, tanpa mengurangi interaksi dan kedalaman pembelajaran.
Transformasi dari Dalam: Febi Mettasari sebagai Pengarah Pembelajaran
Kegiatan ini menghadirkan Febi Mettasari, Mentor di Generation Girls, yang telah berpengalaman mengembangkan edukasi teknologi bagi generasi muda. Kehadirannya memberikan warna baru dalam rangkaian AFL karena untuk pertama kalinya, para delegates belajar melihat AI bukan hanya sebagai sistem komputasi, tetapi sebagai perpanjangan dari identitas dan proses kreatif manusia.
Sejak sesi dibuka, Febi berhasil menciptakan ruang yang aman dan penuh eksplorasi. Ia mengajak peserta untuk memahami dasar-dasar kecerdasan buatan, mengenali perbedaan antara traditional AI dan generative AI, dan memikirkan bagaimana teknologi ini mempengaruhi cara mereka belajar, bekerja, dan berkreasi. Ia juga menekankan pentingnya etika, transparansi, dan keamanan data, terutama dalam dunia yang semakin bergantung pada teknologi pintar.
“AI adalah cara baru untuk melihat diri kalian sendiri,” ujar Febi dalam sesi pembukaannya. “Yang membuat AI bermakna bukan kecanggihannya, tetapi bagaimana kalian memanfaatkannya secara sadar dan bertanggung jawab.”
Pengalaman Belajar yang Interaktif dan Humanis
Setelah sesi pemaparan, suasana kelas berubah lebih hidup. Pertanyaan bermunculan dari delegates, baik dari ruangan maupun dari layar. Mereka ingin tahu bagaimana cara membuat prompt yang efektif, bagaimana menjaga privasi dalam penggunaan AI, hingga bagaimana AI dapat masuk ke rutinitas mereka sebagai mahasiswa dan pemimpin muda.
Sesi interaktif kemudian menjadi titik balik pembelajaran. Delegates diajak mempraktikkan materi yang baru mereka pelajari, mencoba menyusun prompt, menganalisis kasus, dan melihat bagaimana AI menghasilkan respons sesuai arahan mereka. Aktivitas ini membuat para peserta menyadari bahwa AI bukan sekadar teknologi jauh di awan tetapi sesuatu yang dapat mereka gunakan untuk mempermudah hidup, menyusun ide, bahkan mengekspresikan diri.
Suara dari Dalam: Refleksi Delegates
Banyak kesan datang dari para peserta, salah satunya dari Livana Djusmaniar Rakhmad, Staff of Customer Relations AIESEC in BINUS, yang turut hadir mengamati jalannya sesi.
Menurut Livana, Capacity Building 4 memberikan perspektif baru tentang bagaimana manusia dan teknologi bisa bertumbuh bersama.
“Sesi hari ini membuka mata aku bahwa AI bukan cuma tools,” ujar Livana. “Cara Kak Febi menjelaskan membuat kita ngerti bahwa AI bisa jadi partner kreatif kita. Apalagi waktu sesi interaktif, aku bisa lihat sendiri bagaimana delegates langsung nyoba, salah, belajar, terus nemu cara baru lagi. Itu moment yang menurutku paling powerful.”
Bagi Livana, kegiatan ini bukan hanya memberikan informasi, tetapi juga pengalaman yang mengubah cara delegates melihat masa depan mereka. AI, dalam pandangannya, menjadi sesuatu yang lebih personal: sebuah jembatan antara apa yang ingin mereka capai dan bagaimana mereka bisa mewujudkannya.
Kolaborasi, Refleksi, dan Langkah Selanjutnya
Menjelang akhir sesi, beberapa kelompok delegates mempresentasikan hasil diskusi mereka. Febi memberikan feedback langsung, tajam namun membangun tentang struktur prompt, konteks yang digunakan, dan bagaimana peserta bisa lebih berhati-hati terhadap faktor etika dan sensitivitas data.
Sesi ditutup dengan dokumentasi bersama dan penyerahan sertifikat, disertai ajakan untuk mengisi post-survey sebagai bagian dari rangkaian evaluasi program.
Lebih dari sekadar sesi teknologi, Capacity Building 4 menjadi titik pertemuan antara logika dan nilai, antara inovasi dan identitas diri. Para delegates diajak untuk melihat AI bukan sebagai ancaman atau jarak, tetapi sebagai bagian dari diri mereka yang bisa diperkuat, diarahkan, dan dimanfaatkan untuk kontribusi yang lebih besar.
Di tengah dunia yang terus bergerak menuju otomatisasi dan digitalisasi, sesi ini menjadi pengingat bahwa manusia tetap berada di pusatnya dan teknologi, termasuk AI, seharusnya menjadi medium untuk memperluas kemungkinan, bukan menggantikannya.