Mengenal Budaya Lewat Museum: AIESEC in BINUS Ajak Peserta Pertukaran Budaya Jelajahi Kota Tua Jakarta
Jakarta, 2025 – AIESEC in BINUS menggelar kunjungan budaya ke Kota Tua Jakarta sebagai bagian dari rangkaian cultural immersion untuk para Exchange Participant (EP) dalam program pertukaran budaya. Kegiatan ini menjadi ruang bagi peserta internasional dan Local Volunteer (LV) untuk memahami sejarah dan seni Indonesia secara langsung, sekaligus mempererat hubungan lintas budaya melalui aktivitas edukatif dan menyenangkan.
Berlokasi di kawasan Kota Tua yang sarat nilai historis, para peserta mengunjungi Museum Seni Rupa dan Keramik, menyaksikan film budaya interaktif, dan mengikuti sesi membuat tembikar (pottery). Tidak hanya mengenalkan budaya lokal, kegiatan ini juga menjadi ruang belajar kolaboratif yang memperkuat keterampilan komunikasi dan empati lintas latar belakang.
Menghidupkan Sejarah Lewat Kegiatan Interaktif
Kegiatan dimulai dengan tur di dalam Museum Seni Rupa dan Keramik, yang menyimpan berbagai koleksi seni dan keramik dari seluruh Nusantara. Para peserta diajak menelusuri berbagai ruangan galeri yang menampilkan karya seni tradisional maupun kontemporer, lengkap dengan penjelasan sejarahnya.
Bettina, peserta Exchange asal luar negeri, menyampaikan kesan positifnya terhadap kegiatan ini.
“Mengunjungi Kota Tua di Jakarta menjadi pengalaman yang sangat menyenangkan dan penuh kenangan. Waktu dihabiskan dengan menjelajahi museum lukisan dan keramik yang menyimpan karya seni indah serta kisah sejarah Indonesia yang menarik,” ungkapnya.
“Bagian paling berkesan adalah ruang interaktif yang menayangkan film pendek tentang budaya. Namun yang paling istimewa adalah sesi pottery, karena itu merupakan pengalaman pertama mencoba membuat kerajinan sendiri. Sangat menyenangkan bisa membawa pulang sesuatu yang dibuat dengan tangan sendiri.”
Museum Sebagai Pengalaman Pertama yang Membuka Wawasan
Tidak hanya bagi peserta internasional, kunjungan ini juga membawa pengalaman baru bagi peserta lokal. Bagi sebagian Local Volunteer, ini merupakan kunjungan pertama ke museum, sekaligus menjadi kegiatan luar ruangan pertama bersama seluruh kelompok setelah masa persiapan program (Incoming Preparation Seminar).
Grace, salah satu LV, menyampaikan bahwa kunjungan ini menjadi momen yang membuka pandangan baru terhadap sejarah dan budaya.
“Kunjungan ke Kota Tua benar-benar menyenangkan sekaligus membuka mata. Ini adalah kali pertama datang ke museum, dan ternyata banyak hal baru yang bisa dipelajari,” tuturnya.
“Yang paling mengesankan adalah bagaimana kisah-kisah masa lalu dan benda-benda bersejarah di dalam museum dapat membuat sejarah terasa hidup. Rasanya jadi menyesal belum pernah datang sebelumnya.”
Kegiatan ini juga menjadi ajang membangun hubungan antaranggota tim.
“Kunjungan ini adalah momen pertama untuk pergi bersama sebagai satu kelompok. Awalnya memang terasa canggung, tapi suasananya cepat mencair. Sepanjang jalan, semua tertawa, mengeksplorasi hal-hal baru, dan belajar bersama,” tambahnya.
“Ada juga kesempatan untuk membantu menerjemahkan bagi peserta internasional seperti Hyojin, Bettina, dan Amine. Menjadi translator saat kegiatan berlangsung membuat senang karena bisa membantu sekaligus melatih kemampuan berbahasa Inggris.”
Kolaborasi, Tantangan, dan Ruang Tumbuh
Bagi Ifa, Local Volunteer lainnya, kegiatan ini tidak hanya menyenangkan tetapi juga menjadi sarana pengembangan diri.
“Kunjungan ke Kota Tua menjadi perjalanan pertama bersama para EP setelah IPS. Secara pribadi, ini juga kali pertama mengunjungi museum di sana, jadi waktunya sangat pas,” jelasnya.
“Menjadi penerjemah saat sesi berlangsung memang cukup menantang, tapi hal itu justru sangat baik untuk melatih kemampuan komunikasi.”
Peserta juga diberikan waktu untuk menikmati suasana khas Kota Tua, termasuk bersepeda keliling kawasan dan menyaksikan hiburan jalanan. Seluruh rangkaian kegiatan dirancang untuk membangun pengalaman yang seimbang antara edukasi dan interaksi sosial.
Budaya sebagai Jembatan Kolaborasi Global
Program seperti ini merupakan bagian dari komitmen AIESEC dalam menciptakan pengalaman kepemudaan yang berdampak. Dengan menjadikan budaya sebagai pintu masuk, peserta tidak hanya mengenal Indonesia dari permukaan, tetapi juga merasakan nilai dan maknanya secara langsung.
Perwakilan panitia dari AIESEC in BINUS menjelaskan bahwa kunjungan ini dirancang untuk mendekatkan peserta dengan budaya lokal sekaligus memberikan ruang refleksi dan pertumbuhan pribadi.
“Kegiatan ini mempertemukan perspektif yang beragam dalam suasana yang santai namun bermakna. Para peserta belajar mengenal sejarah Indonesia, mengenali perbedaan, dan merayakan keberagaman,” ujarnya.
“Itulah esensi dari cross-cultural understanding yang menjadi prinsip dasar AIESEC.”
Kunjungan ke Kota Tua menjadi lebih dari sekadar jalan-jalan. Ini adalah pengalaman pembelajaran lintas budaya yang mempertemukan seni, sejarah, dan interaksi manusia. Baik bagi peserta lokal maupun internasional, kegiatan ini meninggalkan kesan mendalam, membuka wawasan, dan membangun jembatan kolaborasi antarbangsa.
AIESEC in BINUS berharap kegiatan serupa dapat terus berlanjut dan menjadi tradisi dalam mendukung proses pertumbuhan generasi muda yang terbuka, empatik, dan siap menjadi pemimpin masa depan.
Penulis: Angela Cantika Christy