Kerja Profesional, Belajar Sejak Mahasiswa: Simulasi Dunia Kerja di AIESEC in BINUS

Bagi sebagian mahasiswa, dunia kerja adalah sesuatu yang terasa jauh, kompleks, dan kadang menakutkan. Kuliah memberikan dasar teori, namun tidak semua memberikan ruang praktik untuk memahami bagaimana sebuah sistem kerja profesional berjalan secara nyata. Maka dari itu, banyak mahasiswa yang mulai mencari organisasi yang bisa menghadirkan pengalaman relevan—bukan sekadar aktif di kampus, tetapi juga membekali untuk karier masa depan.

Di lingkungan BINUS University, AIESEC in BINUS menjadi salah satu organisasi yang menghadirkan pengalaman seperti itu. Melalui struktur kerja yang sistematis dan proyek yang berdampak, mahasiswa diberi ruang untuk berlatih peran profesional sejak dini, sekaligus memahami tanggung jawab dan dinamika kerja tim lintas divisi.

Mulai dari penyusunan timeline, perancangan proposal kemitraan, negosiasi dengan pihak eksternal, hingga pelaporan hasil proyek—semuanya dijalankan langsung oleh mahasiswa. Pengalaman ini bukan sekadar kegiatan organisasi, melainkan simulasi kerja yang berjalan secara nyata.

Menurut Ayu Azalia, Team Leader of Institutional Affairs AIESEC in BINUS, sistem kerja yang dijalani anggota organisasi ini menuntut kedisiplinan dan pengelolaan waktu yang matang.

“Banyak prosesnya menyerupai dunia kerja, mulai dari meeting mingguan, stakeholder analysis, hingga evaluasi performa. Mahasiswa jadi terbiasa bekerja dalam struktur dan ritme yang profesional,” jelasnya.

Dengan tanggung jawab yang besar dan tim yang terdiri dari mahasiswa lintas jurusan, anggota AIESEC terbiasa menjalani peran ganda—mengatur waktu antara kuliah, organisasi, hingga proyek eksternal. Dalam satu periode kepengurusan, seseorang bisa menjadi perancang strategi, eksekutor lapangan, hingga representatif organisasi dalam forum resmi.

Jose Adrian, Ketua Hubungan Eksternal AIESEC in BINUS, juga menyoroti pentingnya proses belajar di luar zona nyaman.

“Pernah menghadapi negosiasi dengan partner eksternal untuk proyek cukup besar. Mahasiswa yang terlibat datang dengan persiapan penuh dan menunjukkan bahwa mereka bisa tampil profesional. Proses seperti ini jadi latihan yang sangat berharga,” ungkapnya.

AIESEC in BINUS juga dikenal dengan budaya refleksi internal yang konsisten. Setelah setiap fase proyek, tim mengadakan sesi evaluasi terbuka untuk mengulas apa yang sudah berjalan baik, apa yang belum, serta strategi perbaikan ke depan. Budaya ini membantu anggota organisasi membiasakan diri menerima masukan, mengakui kesalahan, dan melihat kegagalan sebagai bagian dari proses tumbuh.

Setiap anggota juga diberi jalur pengembangan yang jelas. Dari level staff, mahasiswa dapat berkembang menjadi team leader, lalu manajer lokal, bahkan ke jenjang nasional atau internasional. Setiap tahap disertai pelatihan dan pendampingan yang mendukung pertumbuhan kepemimpinan secara bertahap.

Bagi banyak mahasiswa, pengalaman ini telah membentuk karakter kerja yang adaptif dan reflektif. Tidak hanya memperkuat keterampilan komunikasi dan koordinasi, tetapi juga membantu membangun ketahanan menghadapi tekanan dan kompleksitas dalam pengelolaan proyek.

Ayu menambahkan bahwa peningkatan rasa percaya diri menjadi salah satu transformasi paling terasa di kalangan anggota. Kemampuan untuk berpikir strategis, menyampaikan pendapat di forum terbuka, dan mengambil keputusan secara kolektif menjadi kompetensi yang sangat berguna, baik di lingkungan kampus maupun ketika memasuki dunia kerja sebenarnya.

Meski tidak semua proses berjalan mulus, dan justru di situlah ruang belajar terbuka. Melalui dinamika internal, kendala eksternal, atau konflik dalam tim, mahasiswa ditempa untuk lebih tangguh dan solutif. Proyek yang gagal pun tetap menjadi ruang pembelajaran yang setara nilainya dengan keberhasilan.

AIESEC in BINUS tidak menawarkan sistem sempurna. Namun dalam ruang yang terus bergerak ini, mahasiswa belajar untuk mandiri, bertanggung jawab, dan berani mencoba. Bagi mereka yang siap bertumbuh, pengalaman ini menjadi pondasi yang kuat—bahkan sebelum benar-benar terjun ke dunia profesional.

Karena kesiapan bukan hanya dibentuk saat melamar kerja, tapi dimulai dari keberanian mengambil tanggung jawab hari ini.