Dari Ragu Menjadi Siap: Transformasi Nadya Bersama AIESEC in BINUS
Tidak semua langkah besar dimulai dengan keyakinan. Bagi Nadya Monalica Soemantri, keanggotaan di AIESEC in BINUS justru bermula dari keraguan yang panjang. Sosok yang kini dikenal sebagai Staff of ELD Support di Business Development ini mengawali perjalanan organisasinya dengan rasa tidak yakin, takut gagal, dan bayangan bahwa dirinya tidak cukup “siap”.
Namun siapa sangka, keberanian untuk melangkah meski dalam ketidaksiapan itulah yang kemudian mengantarkannya pada transformasi pribadi yang luar biasa.
Awalnya, AIESEC hanyalah nama yang kerap terdengar dari teman-temannya. Sebuah organisasi yang terkesan besar, dinamis, dan penuh dengan individu hebat. Ketika mendengar cerita teman tentang pengalaman mereka bersama AIESEC, Nadya hanya bisa membayangkan, tanpa pernah yakin bisa berada di dalamnya.
Tahun pertama di perkuliahan pun terlewat tanpa banyak eksplorasi. Organisasi terasa seperti dunia asing, dan kepercayaan diri belum sempat tumbuh. Namun waktu berjalan, dan rasa ingin bertumbuh semakin kuat. Di tahun kedua, akhirnya ia memutuskan untuk mencoba—bukan karena yakin, tetapi karena tidak ingin menyesal.
Proses seleksi AIESEC menjadi tantangan pertama. Meski belum pernah bergabung dalam organisasi manapun sebelumnya, Nadya menyiapkan diri semaksimal mungkin. Ia belajar, berlatih, dan mencoba tampil sebaik mungkin. Setiap tahap seleksi dihadapi dengan penuh usaha. Dan saat diterima, perasaan haru dan tidak percaya menyelimuti dirinya.
Perjalanan barunya dimulai di fungsi Business Development, tepatnya sebagai bagian dari ELD Support. Sebuah bidang yang menuntut kemampuan komunikasi, strategi, dan kerja sama eksternal. Di sinilah Nadya belajar hal-hal yang sebelumnya tidak pernah ia bayangkan akan bisa ia kuasai: menyusun pitch deck, menjalin hubungan dengan partner, hingga memahami dinamika profesional.
Tantangan semakin bertambah ketika ia dipercaya untuk terlibat dalam proyek besar Incoming Global Volunteer (iGV) Summer Peak. Ia tidak hanya bekerja dalam satu tim, tapi dua sekaligus—sebagai bagian dari tim internal “Bule Hunters” dan tim ELD Support. Dua peran yang saling melengkapi namun menuntut waktu dan tenaga ekstra.
“Waktu itu kami benar-benar bergantung pada kerja sama tim. Tidak ada yang bisa berjalan sendiri. Kolaborasi antarfungsi sangat kuat dan terasa nyata,” ungkap Nadya dalam refleksi tim internal.
Dalam proyek tersebut, Nadya terlibat dalam pencarian partner, membantu menyusun struktur kerja sama, dan mendukung pelaksanaan kegiatan volunteer internasional selama enam minggu. Ia juga ikut mendampingi peserta pertukaran dari berbagai negara dalam program mengajar, sesi interaksi budaya, dan kegiatan sosial lainnya.
Tak berhenti di sana, ia kemudian dipercaya sebagai Organizing Committee Vice President of Partnership—sebuah amanah besar bagi seseorang yang awalnya tidak yakin bisa memimpin. Posisi ini menantangnya untuk belajar memimpin tim, mengatur prioritas, dan tetap tenang dalam tekanan.
Pengalaman tersebut menjadi titik balik dalam cara pandangnya terhadap kepemimpinan.
“Bukan soal tahu segalanya dari awal, tapi soal mau belajar dan bertumbuh di tengah proses,” ujarnya dalam satu sesi sharing.
Dari seorang yang semula takut untuk berbicara, Nadya kini dikenal sebagai anggota yang mampu mempresentasikan ide dengan jelas, berbicara di depan partner eksternal, dan menjadi representasi fungsi dengan percaya diri. Semua itu tidak terjadi dalam semalam. Dibaliknya ada banyak latihan, dukungan dari rekan satu fungsi, dan keberanian untuk terus mencoba meski gugup.
Lingkungan di AIESEC juga memegang peran penting. Di sinilah Nadya merasa bahwa setiap orang diberi ruang untuk belajar. Kesalahan bukan dilihat sebagai kegagalan, melainkan sebagai proses belajar. Budaya saling dukung dan komunikasi terbuka membuatnya merasa diterima dan dihargai, bahkan ketika dirinya belum sepenuhnya yakin pada kemampuan sendiri.
Pengalaman yang paling membanggakan, menurutnya, bukan sekadar prestasi teknis atau jabatan. Tapi keberanian untuk melangkah dan bertahan. Ketika dua kali dinobatkan sebagai Functional Staff of the Month, itu menjadi pengingat bahwa kerja keras dan konsistensi selalu menemukan jalannya untuk dihargai.
Kini, setelah melalui satu periode penuh dalam AIESEC in BINUS, Nadya menjadi sosok yang sangat berbeda dari versi dirinya di awal. Ia menemukan tempat untuk berkembang, orang-orang yang mendukung, dan peluang yang membentuk keberaniannya untuk mengambil peran lebih besar.
Bagi calon anggota AIESEC atau siapa pun yang masih ragu untuk mencoba, kisah Nadya menjadi bukti bahwa pertumbuhan tidak menunggu kesiapan. Terkadang, cukup dengan satu langkah kecil keluar dari zona nyaman, sebuah perjalanan luar biasa bisa dimulai.