Youth Without Borders #2 – The Threatening Menace of Fast Fashion: Saving the World Without Going Out of Style
Youth Without Borders merupakan kampanye yang diselenggarakan oleh AIESEC in BINUS dengan para pemuda sebagai target pesertanya. Acara menyediakan kesempatan bagi para pemuda untuk mengeksplorasi topik yang dipilih yang berkaitan dengan SDGs dan mengedukasi para pemuda tentang SDGs. Acara ini mengundang para pembicara yang ahli dibidangnya untuk membagikan pengetahuan dan pengalamannya kepada para peserta. Dengan demikian, Youth Without Borders bertujuan untuk menginspirasi para pemuda untuk menjadi mitra yang kuat dalam mencapai masa depan yang lebih berkelanjutan di Indonesia.
Youth Without Borders #2 membawakan topik yang berkaitan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) Nomor 13, mengenai Climate Action. Melalui SDGs 13 ini, kami bertujuan untuk meningkatkan kesadaran para pemuda mengenai dampak dari Industri fast fashion, menyoroti sifatnya yang tidak berkelanjutan dan tidak etis sehingga menyumbang kepada sebagian besar limbah yang mencemari lingkungan. Melalui acara ini, AIESEC in BINUS ingin meningkatkan kesadaran para pemuda tentang dampak buruk fast fashion terhadap lingkungan dan masyarakat, beserta cara mahasiswa-mahasiswa universitas dalam menanggulangi dan mencegah Industri fast fashion agar tidak berkembang pesat dengan memberdayakan mereka untuk dapat membuat pilihan fashion yang lebih ramah lingkungan dan keberlanjutan.
Youth Without Borders #2 yang berjudul “The Threatening Menace of Fast Fashion: Saving the World Without Going Out of Style” diselenggarakan pada tanggal 30 September 2023 menggunakan platform online ZOOM Video Conference. Acara ini dihadiri lebih dari 250 peserta yang dimana sebanyak 245 peserta merupakan mahasiswa Universitas Bina Nusantara dan 5 peserta lainnya berasal dari luar Universitas Bina Nusantara (Publik). Acara ini juga berkolaborasi dengan pembicara-pembicara, fasilitator, dan partner external yang memiliki minat yang sama, yaitu mengenai isu-isu fast fashion. Salah satu pembicara yang mengambil peran sebagai pembicara pertama pada acara ini ialah Papawee Phuthong.
Papawee Phuthong merupakan mahasiswa Thailand dari AIESEC in Kasetart University. Beliau membawakan topik mengenai pengetahuan umum mengenai fast fashion. Sesi 1 dari webinar ini memiliki topik “A Guide to Fast Fashion: the Ecosystem’s Quick Nightmare” adalah pengantar yang penting untuk memahami konsep dasar dari fast fashion. Dalam sesi ini, para peserta akan diperkenalkan kepada berbagai aspek yang terkait dengan fast fashion, termasuk definisinya, sejarah perkembangannya, dampaknya terhadap industri fashion dan masyarakat, serta beberapa isu etika yang terkait. Sesi 1 ini akan memberikan dasar yang kuat untuk pemahaman tentang fast fashion, yang akan menjadi landasan untuk sesi-sesi berikutnya dalam webinar ini. Selain itu, para peserta dapat mengharapkan diskusi dan pertanyaan dari pembicara atau peserta lain yang akan membantu mendalaminya topik ini lebih lanjut.
Sesi kedua dari acara ini adalah sesi dari pembicara kedua yaitu Zoey Rasjid. Beliau merupakan Head of Marketing Communication of Asia Pacific Rayon. Sesi 2 dari webinar ini memiliki topic “Applying Solutions to Fix the Fast Fashion Problem: What a University Student Can Do to Help” akan menggali lebih dalam mengenai peran mahasiswa dalam melawan fenomena fast fashion yang memiliki dampak negatif terhadap lingkungan, sosial, dan ekonomi. Webinar ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang tantangan yang dihadapi oleh industri fast fashion dan langkah-langkah konkrit yang dapat diambil oleh mahasiswa untuk mengurangi dampak buruknya. Sesi ini akan memberikan wawasan yang mendalam dan inspirasi bagi mahasiswa yang ingin berkontribusi dalam perlawanan terhadap fast fashion dan mendorong industri fashion menuju arah yang lebih berkelanjutan dan etis. Dengan pengetahuan dan aksi bersama, mahasiswa dapat memainkan peran penting dalam perubahan ini.
Setelah kedua pembicara sudah selesai memberikan materi, sesi selanjutnya adalah sesi studi kasus, dimana para peserta diberikan kasus mengenai fast fashion lalu peserta diberikan waktu selama 10 menit untuk membuat solusi terbaik menurut mereka. Setelah 10 menit berlalu peserta memberikan jawaban mereka melalui platform padlet. Untuk mengisi waktu luang menilai jawaban para peserta, terdapat sesi materi singkat lagi yang dibawa oleh fasilitator yaitu Dino Augusto seorang fashion scholar dan consultant. Materi yang diberikan adalah bagaimana kita sebagai konsumen dapat lebih sadar dengan pakaian kita. Disini Dino menekankan bahwa jangan membeli baju karena ingin tetapi karena butuh.
Setelah materi dari Dino, merupakan sesi pengumuman pemenang dari studi kasus. Setelah tiga pemenang sudah diumumkan, pemenang juara pertama diminta untuk menjelaskan jawaban mereka. Lalu setelah itu dilanjut dengan sesi dokumentasi. Lalu MC memberitahu peserta untuk mengisi exit ticket untuk kehadiran dan acara Youth Without Borders ditutup oleh MC.
Dapat disimpulkan bahwa Youth Without Borders 2 2023: The Threatening Menace of Fast Fashion: Saving the World Without Going Out of Style berhasil dijalankan. Mulai dari tahap perencanaan, penyusunan acara, hingga hari eksekusi semua dapat dilalui dengan lancar. Dengan keaktifan dari peserta yang bertanya dan jawaban mereka untuk studi kasus terdapat antusias yang tinggi dari para peserta. Dan dalam form feedback, para peserta mengatakan bahwa acara ini telah mencapai ekspektasi mereka dan tidak sabar untuk melihat acara apa lagi yang dapat diselenggarakan oleh AIESEC in BINUS.
English Version
“Youth Without Borders” is a campaign organized by AIESEC in BINUS, targeting young people as participants. The event provides an opportunity for youth to explore topics related to the Sustainable Development Goals (SDGs) and educate them about SDGs. The event invites expert speakers to share their knowledge and experiences with participants. Therefore, Youth Without Borders aims to inspire young people to become strong partners in achieving a more sustainable future in Indonesia.
Youth Without Borders #2 focuses on Sustainable Development Goal (SDG) Number 13, which is Climate Action. Through SDG 13, the goal is to raise awareness among young people about the impact of the fast fashion industry, highlighting its unsustainable and unethical nature, contributing to significant environmental pollution. AIESEC in BINUS aims to increase awareness among young people about the negative effects of fast fashion on the environment and society, as well as empower university students to make more environmentally friendly and sustainable fashion choices.
Youth Without Borders #2, titled “The Threatening Menace of Fast Fashion: Saving the World Without Going Out of Style,” was held on September 30, 2023, using the online platform Zoom Video Conference. The event was attended by more than 250 participants, with 245 participants being students from Bina Nusantara University and 5 participants from outside the university (the public). The event also collaborated with speakers, facilitators, and external partners who shared a common interest in fast fashion issues. One of the speakers in this event was Papawee Phuthong.
Papawee Phuthong is a student from Thailand affiliated with AIESEC in Kasetsart University. He presented on general knowledge about fast fashion. Session 1 of this webinar, titled “A Guide to Fast Fashion: the Ecosystem’s Quick Nightmare,” serves as an important introduction to understanding the basic concepts of fast fashion. In this session, participants were introduced to various aspects related to fast fashion, including its definition, historical development, its impact on the fashion industry and society, and some ethical issues associated with it. Session 1 provided a strong foundation for understanding fast fashion, which would serve as a basis for the subsequent sessions in the webinar. Participants could also expect discussions and questions from the speaker or other participants to delve deeper into this topic.
The second session of the event featured the second speaker, Zoey Rasjid, who is the Head of Marketing Communication of Asia Pacific Rayon. Session 2 of the webinar, titled “Applying Solutions to Fix the Fast Fashion Problem: What a University Student Can Do to Help,” delved deeper into the role of students in combating the negative impacts of fast fashion on the environment, society, and the economy. The webinar aimed to provide a deeper understanding of the challenges faced by the fast fashion industry and concrete steps that students can take to reduce its negative effects. This session offered in-depth insights and inspiration for students who want to contribute to the fight against fast fashion and push the fashion industry towards sustainability and ethics. With knowledge and collective action, students can play a significant role in bringing about this change.
After both speakers had finished their presentations, the next session was a case study session where participants were given a fast fashion-related case to work on, and they had 10 minutes to come up with their best solutions. After 10 minutes, participants submitted their answers through the Padlet platform. To fill the time while evaluating the participants’ responses, there was a brief additional session led by facilitator Dino Augusto, a fashion scholar and consultant. The material provided focused on how we, as consumers, can be more conscious about our clothing choices. Dino emphasized the importance of buying clothes out of necessity rather than just desire.
Following Dino’s session, there was an announcement of the winners of the case study. After the top three winners were announced, the first-place winner was asked to explain their answer. The event concluded with a documentation session, and participants were asked to fill out an exit ticket for attendance purposes.
In conclusion, Youth Without Borders 2, 2023: “The Threatening Menace of Fast Fashion: Saving the World Without Going Out of Style,” was successfully executed. From the planning stage to event organization and execution, everything went smoothly. The active participation of participants in asking questions and providing answers during the case study demonstrated high enthusiasm. In feedback forms, participants mentioned that the event met their expectations and expressed eagerness to see what other events AIESEC in BINUS would organize in the future.