Manajemen Finansial: Bekal Mahasiswa Menjadi Pribadi Mandiri
Sumber: https://www.pexels.com/photo/crop-hands-counting-money-4386366
Menjadi mahasiswa tidak hanya menuntut kedewasaan dalam berpikir akademik, tetapi juga dalam mengatur keuangan pribadi. Bagi banyak mahasiswa, masa perkuliahan menjadi fase pertama mereka mengelola uang secara mandiri—baik dari uang saku orang tua, beasiswa, maupun penghasilan dari pekerjaan paruh waktu. Sayangnya, kurangnya edukasi keuangan seringkali menyebabkan mahasiswa kesulitan mengelola pengeluaran, terjerumus dalam gaya hidup konsumtif, bahkan terjerat utang pinjaman online.
Menurut laporan dari Otoritas Jasa Keuangan (2021), tingkat literasi keuangan generasi muda Indonesia masih tergolong rendah, padahal kemampuan dalam mengatur keuangan menjadi fondasi penting dalam kehidupan dewasa. Mahasiswa perlu memahami prinsip dasar pengelolaan keuangan seperti budgeting, menabung, mencatat pengeluaran, serta membedakan kebutuhan dan keinginan. Salah satu metode populer yang bisa diterapkan adalah metode 50/30/20—50% untuk kebutuhan, 30% untuk keinginan, dan 20% untuk tabungan atau investasi.
Selain itu, memanfaatkan teknologi keuangan (financial technology) seperti aplikasi pencatat keuangan dapat sangat membantu mahasiswa untuk memantau dan mengevaluasi pengeluarannya. Aplikasi seperti DompetKu, Money Lover, atau Spendee bisa memberikan gambaran realistis tentang kebiasaan finansial dan membantu membuat keputusan yang lebih bijak.
Pada akhirnya, manajemen finansial bukan sekadar tentang menahan diri dari belanja, tetapi membentuk pola pikir dan kebiasaan yang sehat terhadap uang. Mahasiswa yang mampu mengelola keuangan dengan baik akan lebih siap menghadapi dunia pasca-kampus dan menjadi agen perubahan yang mandiri dan berintegritas.
Referensi:
- OJK. (2021). Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan.
- Warren, E., & Tyagi, A.W. (2005). All Your Worth: The Ultimate Lifetime Money Plan.