Makanan Olahan: Mitos atau Fakta tentang Bahayanya Terhadap Kesehatan?
Di zaman yang serba praktis ini segala kebutuhan manusia menjadi sangat gampang
untuk dipenuhi, mulai dari transportasi, hiburan, kesehatan maupun makanan. Salah satu
contoh kemudahan dalam hal makanan adalah terdapatnya makanan olahan yang sangat
praktis untuk dihidangkan. Makanan olahan adalah proses pengolahan makanan dari bahan
mentah menjadi bahan siap saji yang melewati berbagai proses tertentu seperti pengawetan,
pengeringan, pengemasan, dan lain-lain.
Proses ini dilakukan agar makanan tersebut menjadi tahan lama dan proses lainnya seperti pemanasan dan pengawetan dilakukan untuk membunuh bakteri yang berbahaya bagi tubuh. Tentunya dengan adanya makanan olahan tersebut kebutuhan manusia akan makanan menjadi sangat praktis apalagi di tengah gaya hidup yang serba cepat dengan tuntutan waktu yang tinggi. Namun dibalik segala kemudahan dan kepraktisan makanan olahan, terdapat berbagai fakta-fakta yang akan membuat kita untuk berpikir mengapa banyak orang mengusulkan agar jangan terlalu sering memakan makanan olahan?
Makanan olahan adalah makanan yang dibuat dengan mengolah bahan dasar seperti
bumbu, rempah, dan bahan pangan lainnya untuk menghasilkan makanan yang lebih enak dan beragam. Contohnya termasuk Sate, yang dibuat dengan menggulung daging dengan
bumbu dan dipanggang, serta Gado-Gado yang mencampurkan sayuran dengan bumbu
kacang. Rendang adalah contoh makanan olahan dengan rempah, seperti cengkeh dan
kapulaga. Siomay dan kue adalah contoh makanan olahan dengan bahan pangan lain seperti
daging dan tepung. Ada juga makanan yang diawetkan, seperti keripik dan sosis, serta
makanan yang diolah khusus seperti sambal. Makanan olahan dapat dikemas dan dikeringkan
untuk memperpanjang umur simpannya.
Makanan olahan tentunya memiliki dampak pada kesehatan manusia jika dimakan berlebihan. Pada makanan olahan seringkali mengandung tingkat gula, lemak, dan kalori yang sangat tinggi, sehingga meningkatkan resiko penyakit diabetes, obesitas, hingga penyakit jantung. Selain itu, makanan olahan juga dapat menyebabkan penyakit berbahaya, seperti tumor dan kanker, karena adanya senyawa karsinogenik. Konsumsi makanan olahan tanpa nutrisi tambahan lain serta tanpa aktivitas fisik berat seperti olahraga akan tinggi kemungkinannya untuk terkena obesitas pada anak, remaja hingga orang dewasa (Salim, 2021).
Selain makanan olahan, obesitas juga disebabkan oleh adanya perubahan gaya hidup anak yang kini sudah jarang bermain permainan fisik, seperti kejar-kejaran dan petak umpet, melainkan bermain game mobile yang membutuhkan lebih sedikit energi. Ini menyebabkan konsumsi makanan olahan dapat membawa dampak obesitas yang lebih besar pada anak jaman sekarang. Menyikapi hal ini, konsumsi makanan olahan perlu diperhatikan agar tidak berlebihan.
Karena adanya dampak negatif yang dapat terjadi akibat makanan olahan, maka perlu
diperhatikan lebih lagi apa yang kita konsumsi. Beberapa cara seperti menyiapkan makanan
sendiri dengan bahan segar, serta memperhatikan produk yang kita beli dapat menjadi solusi
untuk meminimalisir resiko dari makanan olahan. Dengan memperhatikan produk yang kita
beli, kita dapat mengganti produk-produk olahan dengan produk serupa yang minim diolah.
Selain itu, kita juga harus mengkorporasikan makanan utuh seperti buah, sayuran, dan protein
rendah lemak serta makanan yang bergizi ke dalam rangkaian makanan kita. Tidak lupa untuk
berolahraga secara teratur dan mengedukasi diri mengenai makanan yang sehat dan bergizi
(McClements, 2024).
Makanan olahan memang sudah bertebaran banyak di lingkungan sekitar kita dan
memudahkan kita dalam memenuhi kebutuhan makanan, akan tetapi resiko yang didatangkan
oleh makanan tersebut dapat memicu diabetes, obesitas hingga tumor dan kanker. Oleh
karena itu, kita sebagai manusia harus selalu waspada terhadap dampak makanan olahan yang berpengaruh ke dalam tubuh kita. Untuk menghindari terjadinya penyakit yang mematikan,
kita dapat melakukan olahraga secara rutin dan memakan makanan utuh seperti buah-buahan
dan sayuran tidak lupa untuk memperhatikan nutrisi yang terkandung di dalam makanan.
Namun apabila Anda memiliki obsesi tinggi terhadap makanan olahan dan jarang
mengkonsumsi makanan utuh, Anda dapat menghubungi dokter gizi untuk pertolongan
selanjutnya atau Anda dapat mengajak teman untuk membantu mengubah pola hidup Anda.
Referensi
- Garcia, Valda. (2022, Oktober). 9 Bahaya Makanan Olahan bagi Kesehatan, Picu Penyakit?.
Klikdokter. https://www.klikdokter.com/gaya-hidup/diet-nutrisi/terlalu-sering-konsumsi-makanan-olahan-apa-dampaknya - Salim, Reni. (2021). Sosialisasi Hidup Sehat Sejak Dini tentang Makanan Olahan Di SD
Manjushri Padang 2020. Jurnal Pelayanan dan Pengabdian Masyarakat (PAMAS),
5(1), 8-14. https://ejournal.urindo.ac.id/index.php/PAMAS/article/view/971/807 - McClements D. J. (2024). Designing healthier and more sustainable ultra processed foods.
Comprehensive reviews in food science and food safety, 23(2), e13331. https://doi.org/10.1111/1541-4337.13331 - Veratamala. Arinda. (2021, Juli). Mengapa Makanan Olahan Kurang Sehat bagi Tubuh?.
HelloSehat. https://hellosehat.com/nutrisi/fakta-gizi/makanan-olahan-kurang-sehat-bagi-tubuh/