Emisi Bukan Hilang, Cuma Dipindahkan: Fakta di Balik Mobil Listrik

Sumber: https://share.google/images/wq120iBcLX7ixDUhx

Pertanyaan “Apakah mobil listrik benar-benar nol emisi?” seringkali dijawab dengan optimisme yang tinggi. Mobil listrik (EV) dipromosikan sebagai solusi tunggal untuk mengatasi polusi udara dan krisis iklim karena tidak mengeluarkan asap knalpot saat dikendarai. Namun, sebagai masyarakat yang peduli lingkungan, kita wajib melihat keseluruhan siklus hidup produk (Life Cycle Assessment) dari EV, dari mulai tambang bahan baku hingga kendaraan itu dibuang.

Faktanya, mobil listrik hanya memindahkan sumber emisi dari knalpot kendaraan di jalan raya ke pabrik dan pembangkit listrik. Artikel ini akan mengupas tiga fakta utama di balik klaim “nol emisi” mobil listrik dan menawarkan perspektif yang lebih jujur tentang solusi transportasi yang benar-benar berkelanjutan.

Tantangan di Awal: Utang Karbon dari Manufaktur Baterai

Komponen paling krusial dan paling boros energi pada mobil listrik adalah baterai, khususnya baterai Lithium-ion. Proses pembuatannya memerlukan energi yang sangat besar. Emisi karbon dari proses manufaktur ini menjadi “utang karbon” yang besar di awal siklus hidup EV.

  • Emisi utama kendaraan listrik berasal dari proses manufaktur (produksi) dan juga dari produksi listrik sebagai bahan bakar.
  • Emisi karbon dari produksi baterai listrik menyumbang porsi yang cukup signifikan, yaitu sekitar 6% untuk mobil listrik dan 20% untuk sepeda motor listrik dari total emisi kendaraan tersebut.
  • Ini berarti, meskipun mobil listrik mengeluarkan emisi karbon dioksida berkisar 0 hingga 5 gram/km saat beroperasi (jauh lebih rendah dari mobil plug-in hybrid yang sekitar 45-50 gram/km), EV harus terlebih dahulu melunasi “utang karbon” dari proses manufaktur baterainya.

Sumber Listrik: Sebersih Apa Colokan Anda?

Mobil listrik memang tidak berasap, tetapi energi yang digunakannya tetap harus diproduksi oleh suatu tempat. Di Indonesia, sektor transportasi termasuk dalam tiga besar penghasil emisi karbon dioksida tertinggi, dengan transportasi darat menyumbang sekitar 90% dari total emisi sektor ini. Mobil penumpang adalah kontributor terbesar dari emisi transportasi darat tersebut.

  • Tantangan terbesar implementasi kendaraan listrik berkaitan dengan aspek emisi yang dihasilkan dari produksi listrik itu sendiri.
  • Data menunjukkan, bauran energi primer Indonesia pada tahun 2024 masih didominasi oleh batu bara sebesar 40,37%.
  • Sementara itu, realisasi bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) pada semester I tahun 2024 baru mencapai 13,93%, dan ditargetkan mencapai sekitar 14,1% hingga akhir tahun 2024.
  • Dengan bauran energi yang masih didominasi oleh batu bara, mobil listrik secara tidak langsung tetap mendorong pembakaran bahan bakar fosil; emisi hanya berpindah dari knalpot ke lokasi pembangkit.

Limbah Elektronik: Masalah di Akhir Siklus Hidup

Lonjakan penggunaan kendaraan listrik juga membawa tantangan besar terkait dampak lingkungan dari baterai bekas.

  • Saat ini, ekosistem rantai pasokan baterai di Indonesia melibatkan ratusan perusahaan di sektor hulu, menengah, dan hilir.
  • Jika tidak dikelola dengan baik, baterai kendaraan listrik berpotensi menjadi masalah limbah elektronik yang serius.

Tidur dengan Nyaman, Bertindak Lebih Cerdas

Mobil listrik adalah langkah maju, bukan tujuan akhir. Mobil listrik berpotensi membantu dekarbonisasi sektor transportasi. Namun, sebagai aktivis, kita harus mendorong solusi yang menyeluruh:

  • Pilih Sumber Energi: Tuntut pemerintah untuk mempercepat realisasi bauran EBT yang ditargetkan (seperti 17-20% pada tahun 2025).
  • Daur Ulang Wajib: Desak penetapan regulasi pengelolaan limbah baterai EV yang ketat, sebelum masalah ini menumpuk.
  • Prioritaskan Transportasi Bersama: Solusi lingkungan terbaik adalah mengurangi jumlah mobil, bukan sekadar mengganti jenis bahan bakarnya, dengan memprioritaskan transportasi publik massal, sepeda, dan jalan kaki.

Jangan sampai kita cuma jadi korban marketing keren. Klaim “nol emisi” itu cuma bungkus, padahal masalahnya cuma pindah dari knalpot ke cerobong asap pabrik. Kita sudah tahu faktanya, jadi jangan cuma gimmick teknologi yang kita kejar.

Kita tidak perlu tidur nyenyak karena yakin mobil listrik itu malaikat penyelamat. Tetapi tidur nyenyak karena tahu persis masalahnya apa, dan siap mengajak semua orang bertindak lebih cerdas.

Jadi, jangan cuma ganti mobil! Ayo ganti sistemnya! Tuntut listrik yang benar-benar hijau, desak aturan daur ulang baterai yang tegas, dan minta transportasi publik yang layak!

Referensi

Kelompok 7 CP H&E - ALS 25'26