Pentingnya Edukasi HIV di Kalangan Masyarakat Indonesia
Sumber: https://www.cdc.gov/hiv/about/index.html
HIV dan AIDS
HIV adalah virus yang menyerang sistem imun dengan merusak sel CD4, yang berperan penting dalam pertahanan tubuh. Jika tidak ditangani, HIV berkembang menjadi AIDS, ditandai dengan penurunan drastis CD4 (<200 sel/mm³) dan kerentanan terhadap infeksi oportunistik. Terapi antiretroviral yang tepat dan konsisten mampu menekan virus, mempertahankan jumlah CD4, dan mencegah progresi menjadi AIDS.
HIV/AIDS Indonesia
Pada tahun 2024, HIV di Indonesia menurun menjadi 27.000 kasus, namun AIDS melonjak drastis hingga 58.000 kasus, didominasi usia muda (15–24 tahun). Lonjakan ini dipicu keterlambatan diagnosis, stigma, dan rendahnya akses ARV. Penanganan HIV/AIDS memerlukan intervensi komprehensif, inklusif, dan berbasis kelompok rentan.
Gejala HIV
Pada tahap awal, HIV sering menimbulkan gejala mirip flu, namun bisa juga tanpa gejala. Virus tetap menular meski tanpa keluhan. CDC merekomendasikan tes HIV setidaknya sekali seumur hidup bagi usia 13–64 tahun. Deteksi dini memungkinkan terapi ART efektif menekan virus dan mencegah penularan.
Perkembangan HIV: Stadium Awal Hingga AIDS
Infeksi HIV berkembang bertahap dalam tiga tahap utama: infeksi akut, fase laten kronis, dan AIDS. Pada fase akut, virus bereplikasi cepat dan menimbulkan gejala mirip flu. Fase laten bisa berlangsung bertahun-tahun tanpa gejala, namun sistem imun terus melemah. Jika tidak diobati, infeksi berlanjut ke AIDS, ditandai penurunan CD4 ekstrem dan infeksi berat. Dengan terapi ART, perkembangan HIV dapat ditekan, sehingga penderita tetap sehat dan tidak menularkan virus(U=U).
Transmisi/Penyebaran HIV
HIV menyebar melalui darah, sperma, cairan vagina, dan ASI dari orang yang terinfeksi, terutama lewat hubungan seksual tanpa kondom, jarum suntik bersama, atau dari ibu ke anak saat kehamilan dan menyusui. Dengan terapi ART dan intervensi medis tepat, risiko penularan dapat ditekan hingga di bawah 1%.
HIV tidak menular melalui kontak sosial biasa seperti berpelukan, bersalaman, atau berbagi alat makan. Edukasi yang benar penting untuk menghilangkan stigma dan mendukung orang dengan HIV secara inklusif.
Paling Berisiko Tertular HIV
HIV paling berisiko ditularkan melalui seks anal, karena dinding rektum tipis dan mudah robek. Seks vaginal juga berisiko tinggi, terutama bila tanpa kondom atau ada IMS lainnya. Berbagi jarum suntik menjadi jalur penularan yang sangat efisien karena kontak langsung dengan darah. Terakhir, penularan dari ibu ke anak saat hamil, melahirkan, atau menyusui masih mungkin terjadi, namun dapat dicegah hingga <1% jika ibu rutin ART.
Strategi Pencegahan HIV Menurut WHO dan CDC
Pencegahan HIV menurut WHO dan CDC harus dilakukan dengan beberapa langkah ilmiah yang saling melengkapi, terutama di kelompok berisiko tinggi. Berikut strategi utamanya:
-
Penggunaan Kondom
Penggunaan kondom pria/wanita secara konsisten dan benar dapat mencegah penularan HIV hingga 90%.
-
PrEP dan PEP
PrEP dikonsumsi rutin sebelum paparan (efektif hingga 99%). PEP diminum maksimal 72 jam setelah paparan selama 28 hari untuk mencegah infeksi.
- Hindari Penggunaan Jarum Suntik Bersama
Hindari penggunaan alat suntik secara bergantian. Gunakan jarum steril untuk mencegah penularan HIV lewat darah.
- ART dan U=U
ODHIV yang rutin ART bisa mencapai Viral load tidak terdeteksi dan tidak menularkan HIV.
- Setia Pada Pasangan
Memiliki pasangan tetap dan terbuka pada dapat mengurangi risiko penularan.
- Sunat Pria (Sirkumsisi)
Sunat mengurangi risiko HIV karena mengurangi area rentan infeksi.
- Edukasi Remaja
Menunda aktivitas seksual dan edukasi sejak dini penting untuk mencegah HIV di kalangan remaja.
Stigma Buruk Terhadap Tingginya Penularan
Tingginya penularan HIV di Indonesia dipicu oleh stigma dan diskriminasi terhadap ODHIV. Banyak yang takut terbuka, sehingga enggan tes atau berobat. Padahal HIV tidak menular lewat sentuhan biasa. Edukasi yang benar dan dukungan masyarakat sangat penting agar ODHIV merasa aman, bisa terbuka, dan membantu menurunkan angka penularan seperti di Thailand dan Amerika.
HIV/AIDS masih menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia, terutama dengan meningkatnya kasus baru pada usia produktif. Meskipun terapi ART efektif, tantangan seperti stigma, akses layanan terbatas, dan rendahnya kesadaran deteksi dini memerlukan pendekatan edukatif, dukungan sosial, serta kebijakan berkelanjutan untuk menekan laju penularan HIV secara menyeluruh.
Daftar Pustaka
- Centers for Disease Control and Prevention. (2024). HIV: The basics. https://www.cdc.gov/hiv/about/index.html
- HIV.gov. (n.d.). Symptoms of HIV. https://www.hiv.gov/hiv-basics/overview/about-hiv-and-aids/symptoms-of-hiv
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2023, May 8). Kasus HIV dan sifilis meningkat, penularan didominasi ibu rumah tangga. SehatNegeriku. https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20230508/5742944/kasus-hiv-dan-sifilis-meningkat-penularan-didominasi-ibu-rumah-tangga/
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2024, December 15). Lewat gerakan “It’s Our Time”, Kemenkes ajak generasi muda peduli HIV/AIDS. SehatNegeriku. https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20241215/2847067/lewat-gerakan-its-our-time-kemenkes-ajak-generasi-muda-peduli-hiv-aids/
- World Health Organization. (2024). HIV/AIDS fact sheets. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/hiv-aids