Memahami Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Pakaian: Beralih Dari Fast Fashion Menuju Slow Fashion

Mengenal Fast Fashion

Fast fashion, istilah yang ramai dibicarakan dan sering didengar di media sosial. Dalam industri tekstil, istilah “fast fashion” mengacu pada produksi cepat dan terus menerus berbagai model pakaian yang selalu berubah sesuai tren dalam waktu yang sangat singkat. Produksi cepat ini seringkali tidak memperhatikan dampak lingkungan, seperti polusi dan limbah tekstil, serta keselamatan pekerja, yang seringkali bekerja dalam kondisi buruk dengan upah rendah. Industri fast fashion sebagian besar beroperasi di negara-negara berkembang di Asia, di mana peraturan lingkungan dan perlindungan tenaga kerja kurang mendukung. 

Sejarah fast fashion dimulai pada akhir abad ke-19 dan berkembang pesat sejak awal abad ke-21. Pada awal abad ke-20, awalnya, pakaian dibuat secara lambat dan terbatas oleh pengrajin rumahan atau lokal. Konsumen pada masa ini sering memesan pakaian yang disesuaikan dari penjahit atau toko kain setempat, yang menyebabkan produksi pakaian menjadi lebih lambat dan kurang standar dibandingkan dengan masa depan.

Pakaian “ready-to-wear” mulai diproduksi massal oleh bisnis seperti Benetton dan Zara pada tahun 1950-1970-an, yang menawarkan pakaian terjangkau dan mengikuti tren global. Pada tahun 1980-1990-an, kemajuan teknologi dan globalisasi mempercepat produksi pakaian, dengan munculnya chain store dan toko retail fashion. 

Perusahaan fast fashion seperti H&M, Zara, dan Forever 21 mendominasi pasar pada tahun 2000-an karena era internet memungkinkan tren fashion menyebar dengan cepat. Sejak 2010, kesadaran akan dampak lingkungan dan sosial industri fashion meningkat, mendorong gerakan menuju mode yang lebih etis dan berkelanjutan serta transparansi dalam rantai pasokan.

Dampak Fast Fashion

Fast fashion memiliki perkembangan yang cepat dan harga yang terjangkau. Namun dibalik kenyamanan tersebut, fast fashion memiliki dampak bagi lingkungan seperti:

  • Menghasilkan polusi yang besar

Proses produksi produk fast fashion memerlukan air yang cukup banyak, mengeluarkan karbon dioksida (CO2), membutuhkan bahan-bahan tidak terbarukan serta diproduksi dalam jumlah besar. Hal inilah yang menjadikan fast fashion sebagai donatur polusi terbesar, selain itu gas yang dihasilkan merusak kualitas udara yang kita hirup. 

  • Merusak lingkungan

Produk fast fashion yang sudah tidak digunakan ataupun rusak akan dibuang. Gas metana yang dikeluarkan oleh produk fast fashion dapat mencemari lingkungan, merusak saluran udara sehingga dapat menyebabkan serangan asma, bahkan meningkatkan angka kelahiran bayi prematur. 

  • Mendorong tren belanja yang konsumtif

Fast fashion mendorong masyarakat untuk sering berbelanja, karena mereka cenderung memproduksi barang secara massa dan cepat untuk mengikuti tren baru. 

Beralih menuju Slow Fashion

Slow fashion merupakan pilihan yang tepat untuk meminimalisir dampak negatif dari fast fashion. Slow fashion berfokus pada fashion yang berkelanjutan dan etis. Kedua pendekatan tersebut fokus pada produksi pakaian dengan mempertimbangkan aspek lingkungan, sosial, ekonomi, estetika dan budaya. Selain itu, slow fashion dapat mengurangi penggunaan sumber daya alam yang tidak terbarukan, pengurangan pencemaran lingkungan, pengurangan limbah, emisi karbon, pengurangan polusi air, penghematan biaya jangka panjang melalui penggunaan jangka panjang, dan peningkatan kenyamanan pelanggan. 

Slow fashion mempromosikan keberlanjutan dengan menggunakan bahan-bahan organik, daur ulang, atau berkelanjutan, sehingga lebih hemat biaya dan lebih aman bagi pekerja. Slow fashion mengedepankan zero waste karena tidak memiliki target produksi besar dalam waktu singkat. Meski produk yang dihasilkan lebih mahal, produk slow fashion menciptakan pakaian klasik yang dapat bertahan lama, sehingga memungkinkan pengguna memakainya terus menerus tanpa takut ketinggalan zaman, sehingga mengurangi limbah pakaian dari tren fashion cepat yang dinamis.

Pakaian yang modis, tahan lama, dan mengurangi limbah plastik. Tunggu apa lagi? Ayo ubah fashion kamu menuju slow fashion!

Referensi