Di Balik Polyester: Mengungkapkan Dampak Tersembunyi terhadap Lingkungan
Poliester merupakan bahan tekstil yang memiliki keunggulan karena kekuatan kainnya yang tinggi, tidak mudah luntur, tidak muduh kusut, cepat kering, dan memiliki ketahanan abrasi jika dibandingkan dengan serat sintetis lainnya (Haryanto & Noerati, 2020). Poliester telah menjadi salah satu bahan tekstil paling umum di dunia yang digunakan untuk berbagai keperluan sandang hingga peralatan rumah tangga, namun poliester memiliki dampak negatif yang signifikan bagi lingkungan kita. Limbah bahan ini bersifat tidak mudah terurai yang berkontribusi dalam angka polusi plastik global yang kian meningkat, selain itu produksi poliester menghabiskan sumber daya alam tak terbarukan dan melepaskan emisi gas rumah kaca yang cukup besar.
Polusi perairan akibat serat poliester yang terlepas saat pencucian memiliki potensi dampak negatif yang sangat besar. Tidak hanya mengacaukan ekosistem laut, tetapi juga berpotensi buruk bagi manusia, seperti potensi gangguan metabolisme, imunitas, reproduksi, neurotoksisitas, dan karsinogenik. Konsekuensi lingkungan dari penggunaan bahan poliester yang dianggap praktis dan murah, harus menjadi bahan pertimbangan publik demi masa depan yang lebih ramah lingkungan.
Bahan poliester mendominasi produksi karena karakteristik kinerja dan efisiensi biayanya sehingga diproyeksikan akan mengalami peningkatan lebih tinggi karena sebagian besar konsumen di negara-negara berkembang terutama pada negara Asia dan Afrika mulai mengadopsi gaya hidup dan cara berpakaian Barat (Niinimäki et al, 2020).
Dampak bahan poliester bagi lingkungan dan kesehatan
Material utama yang digunakan dalam pembuatan bahan poliester adalah senyawa kimia (Etilen Glikol dan Asam Tereftalat) serta Polyethylene Terephthalate (PET) yang berasal dari minyak bumi. Seperti yang kita ketahui bahwa minyak bumi adalah sumber daya yang tidak dapat diperbarui sehingga akan mengurangi cadangan energi dan dapat menghasilkan zat-zat yang berbahaya. Serat sintetis yang ada pada bahan poliester akan menimbulkan limbah mikroplastik dan proses produksi dari poliester juga berpotensi untuk mencemari lingkungan.
Polusi mikroplastik dapat tersebar pada sekitar lingkungan seperti tanah, udara dan perairan sehingga hal ini akan menimbulkan dampak berbahaya bagi makhluk hidup baik itu manusia, tumbuhan maupun hewan. Salah satu kekhawatiran yang dirasakan manusia dalam penggunaan bahan poliester yaitu pada bagian kulit tubuh manusia. Saat menggunakan pakaian yang berbahan poliester kulit cenderung akan mengalami peningkatan kelembaban sehingga hal ini akan mengakibatkan pertumbuhan bakteri dan jamur yang akan memicu masalah kulit yaitu iritasi dan alergi.
Alternatif Ramah Lingkungan selain Poliester
Dalam upaya mengurangi dampak negatif poliester terhadap lingkungan, beberapa bahan alternatif yang lebih ramah lingkungan telah dikembangkan. Bahan-bahan ini termasuk serat alami yang berasal dari tanaman dan serat daur ulang dari limbah plastik, seperti katun organik yang diproduksi tanpa menggunakan banyak air dan juga pestisida atau bahan kimia berbahaya. Metode ini tidak hanya mengurangi pencemaran tanah dan air tetapi juga mengurangi pemborosan air dibandingkan katun konvensional (Doupa., 2022).
Lalu, alternatif lain yaitu linen. Linen merupakan bahan pakaian yang mudah terurai secara alami (Evan, 2023) karena terbuat dari tanaman rami yang proses produksinya ramah lingkungan karena tanaman rami hanya membutuhkan sedikit pupuk atau pestisida dan tetap dapat tumbuh dengan cepat. Linen juga tidak melepaskan mikroplastik saat dicuci, tidak seperti poliester, sehingga lebih aman bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Selain itu, seluruh bagian tanaman dari tumbuhan rami dapat dimanfaat sepenuhnya sehingga tidak ada limbah yang dihasilkan. Kedua bahan ini memiliki kemampuan untuk menyerap kelembapan yang membuat pengguna merasa nyaman dan lebih sehat untuk dipakai, terutama dalam iklim hangat.
Sayangnya, masih banyak orang yang tidak mengetahui atau bahkan peduli terhadap dampak negatif yang dihasilkan dari poliester terhadap lingkungan kita. Setelah mengetahui dampak negatif yang dihasilkan dari poliester terhadap lingkungan, sikap bijak yang bisa kita ambil adalah dengan lebih memperhatikan bahan dari pakaian yang akan kita beli. Dengan memilih bahan yang lebih ramah lingkungan, seperti katun organik atau linen, maka kita dapat mengurangi dampak negatif penggunaan poliester terhadap lingkungan kita dan juga kesehatan. Dengan langkah sederhana ini, kita bisa menjaga lingkungan tetap layak untuk tempat tinggal manusia dan turut berperan dalam menjaga kelestarian lingkungan untuk generasi mendatang.
Referensi
-
Aulia, A., Azizah, R., Sulistyorini, L., & Rizaldi, M. A. (2023). Literature Review: Dampak Mikroplastik Terhadap Lingkungan Pesisir, Biota Laut dan Potensi Risiko Kesehatan. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, 22(3), 328-341.
-
Afrijon, A. Pengaruh Serat Kelapa Dengan Polyester Terhadap Uji Tarik Dan Uji Lentur. Abstract Of Undergraduate Research, Faculty Of Industrial Technology, Bung Hatta University, 23(2), 25-25.
-
Aldiyanto, D. T., & Budiman, I. (2024). The Role of Greenpeace as an International Organization in Handling Fast Fashion Industry Waste in Bangladesh. JISIP (Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan), 8(1), 34-43.
-
Dewi, N. M. N. B. S. (2022). Studi Literatur Dampak Mikroplastik Terhadap Lingkungan. Sosial Sains Dan Teknologi, 2(2), 239-250.
-
Doupa, A. (2022, Agustus 01). Organic Cotton: What is it & Why we Should use This Cotton Type? maake. https://maake.com/blogs/sustainability/what-is-organic-cotton?srsltid=AfmBOooVEnjnd7CuTtT5nf9Eo8ksNvn8QZg3WZ8BQJq3njOWrm4DonTT
-
Evan, V. (2023, Juni 18). Kenali Bahan Pakaian: Apakah Baju Berbahan Linen Ramah Lingkungan? Foremoss. https://www.foremoss.com/post/kenali-bahan-pakaian-apakah-baju-berbahan-linen-ramah-lingkungan
-
Haryanto, A. & Noerati. (2020). Studi Peningkatan Daya Serap Kain Poliester dengan Menggunakan Enzim Lipase. Jurnal Arena Tekstil, 35(1), 13-18.
-
Niinimäki, K., Peters, G., Dahlbo, H., Perry, P., Rissanen, T., & Gwilt, A. (2020). The environmental price of fast fashion. Nature Reviews Earth & Environment, 1(4), 189-200.