BONGGOL JAGUNG SEBAGAI SUBSTITUSI PLASTIK RAMAH LINGKUNGAN
Plastik menjadi salah satu masalah yang populer di Indonesia bahkan dunia akhir-akhir ini. Menurut databoks, pada tahun 2020 Indonesia menjadi negara penghasil sampah terbesar urutan ke 5 setelah Brasil. Dari data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), volume sampah di Indonesia tahun 2022 naik menjadi sebesar 70 juta ton dari tahun sebelumnya yang berjumlah 68,5% juta ton. Dari total tersebut, sampah plastik menjadi peyumbang sebanyak 18 persen.
Plastik yang hanya bisa digunakan sekali pakai seperti pembungkus makan, kantong plastik, dan botol minuman memenuhi tempat pembuangan sampah dan lautan karena meningkat setiap tahunnya. Plastik tidak hanya mengancam kehidupan manusia, tetapi juga hewan. Limbah plastik yang melimpah akan mempengaruhi lingkungan alam sekitar karena plastik terbuat dari bahan polimer sintesis yang mengurai dalam waktu yang sangat lama. Sampai saat ini pihak pengolahan sampah masih menggunakan cara tradisional untuk mengurangi limbah sampah seperti pembakaran atau penimbunan. Dengan cara seperti ini, berbagai macam masalah lingkungan hanya akan muncul akibat sampah plastik. Salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk menanggulangi sampah plastik adalah dengan mengganti sampah konvensional dengan plastik biodegradable. Plastik biodegradable dapat dibuat dengan beberapa cara, salah satunya adalah biosintesis menggunakan bahan yang mengandung pati atau selulosa.
Salah satu contohnya yaitu, bonggol jagung. Seringkali diabaikan dalam lingkungan pertanian, bonggol jagung saat ini sedang populer sebagai sumber bahan plastik ramah lingkungan yang terbaru. Setelah benih dipanen, yang tersisa dari tanaman jagung hanyalah bonggol jagung. Meski bonggol jagung terlihat seperti sampah pertanian, namun sebenarnya bonggol jagung memiliki banyak nilai tambah.
Bonggol jagung merupakan bahan plastik yang ramah lingkungan karena secara alami mengandung polihidroksialkanoat (PHA), suatu polimer. PHA adalah sejenis biopolimer yang terurai secara spontan di tanah atau air oleh mikroorganisme. Bonggol jagung dapat diubah menjadi bioplastik, yang memiliki kualitas sebanding dengan plastik biasa namun manfaat utamanya adalah mampu terurai lebih cepat dan ramah lingkungan, dengan menggunakan teknik yang tepat. PHA pertama-tama harus diekstraksi dari bahan tanaman untuk mengubah bonggol jagung menjadi plastik. PHA dapat diekstraksi, diproses, dan dicetak menjadi berbagai produk plastik, termasuk wadah, kemasan, dan barang lainnya. PHA menghadirkan pengganti plastik tradisional dalam hal mengurangi dampak lingkungan karena kekuatan, daya tahan, dan kemampuan terurai secara hayati.
Pemanfaatan bonggol jagung sebagai bahan plastik berkelanjutan mempunyai dampak positif terhadap keberlanjutan. Hal ini tidak hanya mengatasi masalah sampah plastik yang sulit terurai, namun juga membantu mengurangi ketergantungan pada polimer berbasis minyak bumi yang tidak terbarukan. Penemuan ini menunjukkan upaya kami untuk mengelola sumber daya alam secara bertanggung jawab dengan memanfaatkan kembali sesuatu yang pernah dianggap sebagai limbah untuk menciptakan solusi demi masa depan yang lebih berkelanjutan. Dengan menghadirkan bonggol jagung sebagai pengganti plastik berkelanjutan, kita dapat membuka pintu bagi solusi kreatif yang memajukan tujuan pembangunan berkelanjutan.
Penggunaan bonggol jagung sebagai alternatif plastik tentunya memiliki kelebihan dan manfaat positif, terutama untuk lingkungan. Salah satu kelebihannya adalah sifatnya yang biodegradable sehingga dalam kondisi natural, bonggol jagung dapat terurai dengan lebih cepat dibanding plastik konvensional. Hal ini dapat menurunkan dampak negatif yang disebabkan oleh plastik terhadap lingkungan. Selain itu, penggunaan bonggol jagung ini juga dapat memberikan nilai tambah terhadap industri pertanian karena dapat memanfaatkan limbah pertanian yang sebelumnya dianggap tidak bernilai. Sehingga secara tidak langsung, dapat memberikan insentif kepada petani untuk mempraktikkan metode pertanian yang sustainable dan ramah lingkungan. Terakhir, salah satu kelebihan dari penggunaan bonggol jagung sebagai alternatif plastik terdapat pada proses produksinya, dimana penggunaan bonggol jagung tergolong lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan proses produksi plastik konvensional. Oleh karena itu, penggunaan bonggol jagung sebagai alternatif plastik konvensional ini dapat menjadi langkah yang positif dalam menjaga lingkungan dan menjalankan pola hidup yang berkelanjutan,
Penggunaan bonggol jagung sebagai alternatif plastik ramah lingkungan menawarkan solusi terhadap permasalahan sampah plastik. Meskipun memberikan keuntungan dalam aspek biodegradabilitas, masih terdapat tantangan dalam skalabilitas produksi. Dalam upaya mengurangi ketergantungan pada plastik konvensional, diperlukan produksi bonggol jagung yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan pasar. Hal ini memerlukan koordinasi yang baik antara sektor pertanian dan industri pengolahan bonggol jagung.
Referensi
- Ahdiat, A. (2023, Jun 26). 10 Negara Penghasil Sampah Terbesar di Dunia, Ada Indonesia. Diambil kembali dari katadata.co.id: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/06/26/10-negara-penghasil-sampah-terbesar-di-dunia-ada-indonesia
- Hardjanti, R. (2019, Agustus 12). Ternyata Bonggol Jagung Bisa untuk Bahan Dasar Plastik, Caranya? Diambil kembali dari okezone.com: https://edukasi.okezone.com/read/2019/08/12/65/2090836/ternyata-bonggol-jagung-bisa-untuk-bahan-dasar-plastik-caranya
- Radtra, A. &. (2021). PEMBUATAN PLASTIK BIODEGRADABLE DARI PATI LIMBAH TONGKOL JAGUNG (ZEA MAYS) DENGAN PENAMBAHAN FILLER KALSIUM SILIKAT DAN KALSIUM KARBONAT. Jurnal Teknologi Separasi, 427-435.
- SIPSN. (t.thn.). Capaian Kinerja Pengelolaan. Diambil kembali dari menlhk.go.id: https://sipsn.menlhk.go.id/sipsn/