Peningkatan Polusi Udara Pasca COVID-19 di Jakarta dengan Dampak Kesehatan yang Membahayakan

Sumber : https://era.id/nasional/133295/pemprov-dki-sebut-sebab-kualitas-udara-buruk-dipicu-kemarau-siapkan-tiga-strategi-kendalikan-polusi

Hingga kini wilayah Jakarta dan sekitarnya belum lepas dari permasalahan mengenai polusi udara yang terus meningkat. Tidak heran jika sekarang langit Jakarta sering terlihat kotor berkabut kelabu. Keadaan demikian membuat masyarakat hidup terbiasa dengan ancaman udara yang pastinya menjadi sumber berbagai penyakit pernafasan yang membahayakan mereka sendiri. Kasus penyakit pernafasan terus bertambah, mulai dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), kanker paru, Pneumonia, hingga Tuberkulosis. Budi Gunadi Sadikin selaku Menteri Kesehatan Republik Indonesia menyatakan bahwa dari sebelum pandemi Covid-19 Jakarta sudah memiliki kasus penyakit pernapasan yang menyentuh angka 50.000 orang. Kualitas udara yang semakin buruk pun akhirnya menaikan jumlah masyarakat Jakarta yang mengalami penyakit pernapasan menjadi lebih dari 200.000 kasus.

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya, menjelaskan bahwa polusi udara memiliki beberapa faktor pemicu, termasuk periode kemarau yang panjang, tingginya konsentrasi polutan, serta emisi dari sektor transportasi dan industri manufaktur. Ia menekankan bahwa penyebab utama dari polusi udara ini adalah kendaraan bermotor. Menurut data yang dikumpulkannya, pada tahun 2022, terdapat sekitar 24,5 juta kendaraan bermotor di Indonesia, dengan sepeda motor menyumbang sebanyak 19,2 juta unit. Ia juga membantah bahwa polusi udara disebabkan oleh Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penggunaan batu bara hanya memberikan dampak sebesar 1% terhadap kualitas udara di Jakarta, dan pencemaran udara sebenarnya tidak bergerak menuju Jakarta, tetapi lebih ke arah Selat Sunda.

Polusi udara di Jakarta berdampak serius pada kesehatan penduduk. Partikel mikroskopis yang terhirup dapat menembus saluran pernapasan dan aliran darah, menimbulkan masalah kesehatan seperti gangguan pernapasan, asma, dan bronkitis dengan gejala seperti batuk, sesak napas, dan iritasi saluran pernapasan. Paparan jangka panjang juga meningkatkan risiko penyakit jantung, termasuk serangan jantung, serta memengaruhi fungsi paru-paru, terutama pada anak-anak dan lansia. Selain itu, polusi udara berdampak negatif pada kehamilan dengan potensi komplikasi. Upaya bersama dan kebijakan yang ketat diperlukan untuk mengatasi masalah ini dan menjaga kualitas udara yang lebih baik di Jakarta.

Permasalahan polusi udara di Indonesia telah ditanggapi dengan serius oleh Pemerintah dan Kementrian Kesehatan. Untuk menanggulangi permasalahan ini, mereka mengidentifikasi dua strategi penanggulangan utama di sektor kesehatan. Strategi pertama adalah untuk terus memantau kualitas udara untuk mendeteksi tingkat polusi di udara. Strategi kedua adalah upaya untuk mengurangi risiko dan dampak kesehatan melalui fasilitas pendidikan dan pelayanan kesehatan khusus untuk mengobati penyakit akibat polusi udara khususnya di wilayah Jabodetabek. Fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit sudah siap menangani pasien dengan penyakit pernafasan. Upaya edukasi masyarakat juga difokuskan pada upaya preventif seperti penggunaan masker sesuai standar, mengurangi aktivitas luar ruangan saat tingkat polusi tinggi, dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Langkah-langkah tersebut adalah upaya Pemerintah dan Kementrian Kesehatan untuk melindungi kesehatan masyarakat Indonesia dari dampak negatif polusi udara bagi kesehatan.

Tingginya angka polusi udara di Jakarta disebabkan oleh beberapa hal, yaitu cuaca kemarau yang berkepanjangan, tingginya angka konsentrasi polutan, dan peningkatan emisi yang dihasilkan dari asap kendaraan bermotor serta asap dari industri. Penyumbang utama dari pousi udara Jakarta adalah asap kendaraan bermotor. Partikel udara kotor yang kita hirup setiap harinya, memberikan dampak yang sangat buruk bagi kesehatan. Hal ini dikarenakan partikel mikroskopis yang terhirup dapat menembus saluran pernapasan dan aliran darah, yang mana dapat menyebabkan sesak nafas, batuk, dan iritasi pada saluran pernapasan. Selain itu, efek berkepanjangan juga dapat menyebabkan risiko penyakit jantung, merusak sistem kerja dari paru-paru, dan komplikasi pada ibu hamil. Oleh karena itu, pemerintah harus membuat solusi terkait permasalahan polusi di Jakarta. Pemerintah dan Kementerian Kesehatan melakukan kerja sama dengan mengidentifikasi dua strategi dalam menanggulangi permasalahan polusi udara di Jakarta. Strategi pertama, yaitu dengan cara terus melakukan pemantauan mengenai indeks kualitas tingkat polusi udara di Jakarta. Strategi kedua, yaitu meningkatkan fasilitas kesehatan pada tingkat rumah sakit maupun puskesmas agar nantinya siap menghadapi pasien-pasien yang mengalami gangguan kesehatan akibat dari polusi udara di Jakarta. Selain itu, melakukan edukasi mengenai bahayanya polusi udara di Jakarta kepada masyarakat. Diharapkan langkah-langkah dan startegi tersebut dapat melindungi kesehatan masyarakat Indonesia terutama Jakarta terhadap polusi udara.

Referensi:

Trista Annabelle Sandjaja, Gaby Anabell Mursalim, Hanin Abyash Fayyash, Prama Tri Prasetyo, Nabilah Zuleika Juhardi