Kualitas Udara Jakarta Memburuk, Kenali Beberapa Penyakit Akibat Polusi Udara

Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/opini/20230814084843-14-462630/solusi-melawan-polusi-udara-jakarta-yang-semakin-parah

Di tengah gemerlapnya kota Jakarta, tersembunyi sebuah masalah kualitas udara yang semakin memburuk dari hari ke hari. Jakarta, sebagai salah satu pusat ekonomi dan populasi terpadat di Indonesia, menghadapi tantangan serius terkait polusi udara yang mengintai setiap sudut kota. Dilansir dari Republika.co.id pada Senin, 2 Oktober 2023 Jakarta menempati posisi kedua sebagai kota dengan kualitas udara terburuk di dunia. Penurunan drastis dalam kualitas udara bukan hanya mengancam kesehatan manusia, tetapi juga berdampak buruk bagi kelompok hewan, menyebabkan kerusakan lingkungan, dan menimbulkan dampak ekonomi yang tidak dapat diabaikan. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi berbagai penyakit yang dapat dipicu oleh polusi udara, serta bagaimana tindakan pencegahan yang dapat membantu kita mengatasi ancaman ini.

Berdasarkan Indeks Kualitas Udara (AQI), kualitas udara yang baik diukur dari kadar polutan udara. Udara yang baik berkisar dari 0-50 dan pengukuran di atas 300 dianggap berbahaya. Saat ini pengukuran kondisi udara di Jakarta berada di angka 129 yang artinya tidak sehat bagi kelompok sensitif. Memburuknya kualitas udara dapat meningkatkan resiko terpapar berbagai penyakit gangguan pernapasan. Berdasarkan kondisi udara tersebut, terdapat beberapa penyakit yang dapat disebabkan oleh buruknya kualitas udara, yaitu kanker paru-paru, ISPA, pneumonia, dan penyakit kardiovaskular. 

Dilansir dari laman Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), setiap peningkatan sebesar lima mikrogram per meter kubik pada tingkat PM2.5 menyebabkan peningkatan risiko terkena kanker paru-paru sebesar 18 persen. Sementara itu, setiap kenaikan sebesar 10 mikrogram per meter kubik pada tingkat PM10 dapat  mengakibatkan peningkatan risiko sebesar 22 persen. Fakta bahwa kondisi udara di Jakarta yang saat ini berada di angka 129 berarti dapat beresiko menyebabkan kanker paru-paru.  Selain itu, memburuknya tingkat udara juga dibuktikan dengan meningkatnya kasus ISPA di daerah Jabodetabek. 

Dikutip dari Republika.co.id, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Imran Pambudi menyampaikan bahwa terdapat sekitar 14 ribu kasus ISPA di Jabodetabek setiap harinya. Tidak hanya kasus ISPA, masalah pernapasan lainnya seperti pneumonia juga kembali meningkat setelah kasus Covid-19 mereda. Maraknya kasus pneumonia kembali meningkat khususnya pada balita. Hingga saat ini, pneumonia menjadi salah satu masalah pernapasan yang dijadikan fokus utama oleh pemerintah. Pada awal tahun 2023, data dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta juga mencatat bahwa jumlah kasus pneumonia telah meningkat menjadi 400 pasien. Angka tersebut menunjukkan adanya peningkatan 100 persen dibandingkan dengan periode awal 2022 yang hanya mencatat 200 kasus.

Berdasarkan World Health Organization (WHO), lebih dari 17,8 juta orang meninggal akibat penyakit kardiovaskular. Di Indonesia, data dari Kementerian Kesehatan tahun 2023 mencatat bahwa sekitar 650.000 penduduk meninggal setiap tahun karena penyakit ini. Menurut penelitian Sanjay dan rekan-rekannya, menunjukkan bahwa polusi udara dengan partikel PM2.5 dapat meningkatkan risiko penyumbatan pembuluh darah jantung sebanyak 13%, serta dapat menyebabkan peningkatan risiko gagal jantung sebesar 2,1% dan risiko penyakit stroke sebesar 1%. Hal ini terkait dengan tingginya kadar Nitrogen Dioxide, karbon monoksida, dan Sulfur Dioksida dalam udara, yang memicu stress oksidatif dan proses peradangan yang berkontribusi pada berbagai kondisi kesehatan ini.

Setelah melihat beberapa penyakit yang diakibatkan oleh polusi udara, kita dapat menanggapi pencemaran udara dengan melakukan tindakan kecil yang memiliki dampak besar terhadap kota kita. Memperbanyak tanaman – tanaman hijau di daerah yang memiliki polusi udara tinggi dapat kita lakukan dengan menggunakan tumbuhan sebagai indikator penahan debu dan bahan partikel lain. Selain itu, seperti yang kita ketahui, Jakarta memiliki penduduk yang bertambah setiap harinya dan tentunya dari sekian banyak penduduk yang ada pasti memiliki transportasi. Dari banyaknya transportasi yang dimiliki tiap penduduk, dapat menyebabkan terjadinya polusi udara. Oleh karena itu untuk menghindari sumber polusi, kita dapat mengurangi sistem transportasi yang efisien dengan menghemat bahan bakar dan mengurangi angkutan pribadi.  

Kesimpulannya, polusi udara yang semakin memburuk di Jakarta memiliki dampak serius terhadap kesehatan manusia, lingkungan, dan ekonomi. Kualitas udara yang saat ini tidak sehat bagi kelompok sensitif telah meningkatkan risiko penyakit seperti kanker paru-paru, ISPA, pneumonia, dan penyakit kardiovaskular. Langkah-langkah penting untuk mengatasi masalah ini termasuk peningkatan vegetasi di daerah perkotaan sebagai penahan polusi, serta promosi transportasi yang lebih efisien dan berkelanjutan untuk mengurangi emisi polutan udara. Upaya bersama dari pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta diperlukan untuk menjaga kualitas udara dan kesejahteraan penduduk Jakarta.

Referensi: 

Michelle, Sharon Levina Saputra, Sabrina Shahira Efendi, Abebi Nakia Christine, Najla Ufairah Purwanto