Gender Equality 2022: “More Step Together to Create a Brighter World and Future”

Gender Equality 2022
“More Step Together to Create a Brighter World and Future”

Pada hari Jumat, 14 Oktober 2022, TFISC Bekasi x TFISC Malang menyelenggarakan acara webinar yang memberikan edukasi mengenai Gender Equality kepada binusian maupun non-binusian. Acara ini memiliki tema More Step Together to Create a Brighter World and Future. Topik ini dilatarbelakangi dengan banyaknya orang yang belum mengetahui mengenai kesetaraan gender. Dimana masih banyak diskriminasi berdasarkan gender masih terjadi pada seluruh aspek kehidupan. Ketidakadilan gender merupakan kondisi tidak adil akibat dari sistem dan struktur sosial, sehingga perempuan maupun laki-laki menjadi korban dari pada sistem tersebut. Laki-laki dan perempuan berbeda hanya karena kodrat antara laki-laki dan perempuan berbeda. Keadilan gender akan dapat terjadi jika tercipta suatu kondisi di mana porsi dan siklus sosial perempuan dan laki-laki setara, serasi, seimbang dan harmonis.

Kesetaraan gender merujuk kepada suatu keadaan setara antara laki-laki dan perempuan dalam pemenuhan hak dan kewajiban. Istilah Gender digunakan untuk menjelaskan perbedaan peran perempuan dan laki-laki yang bersifat bawaan sebagai ciptaan Tuhan. Gender adalah pembedaan peran, kedudukan, tanggung jawab, dan pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan yang ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat perempuan dan laki-laki yang dianggap pantas menurut norma, adat istiadat, kepercayaan atau kebiasaan masyarakat. Gender tidak sama dengan kodrat. Kodrat adalah sesuatu yang ditetapkan oleh Tuhan YME, sehingga manusia tidak mampu untuk merubah atau menolak. Sementara itu, kodrat bersifat universal, misalnya melahirkan, menstruasi dan menyusui adalah kodrat bagi perempuan, sementara mempunyai sperma adalah kodrat bagi laki-laki.

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) I Gusti Ayu Bintang Puspayoga menyebut tingkat kesetaraan gender di Indonesia masih rendah. Hal ini tercermin dari indeks kesetaraan gender yang dirilis Badan Program Pembangunan PBB (UNDP). Indonesia berada pada peringkat 103 dari 162 negara, atau terendah ketiga se-ASEAN. Adapun mengacu data lain, seperti Indeks Pembangunan Gender (IPG) di Indonesia per 2018 berada di angka 90,99. Kemudian, Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) berada pada angka 72,1. Kesetaraan gender di Indonesia saat ini belum terbentuk dengan baik, meskipun sudah ada perubahan dan adanya Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan Nasional. Demikian pernyataan Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Lenny N Rosalin dalam diskusi virtual bertajuk “Accelerating Social Inclusion Through Women Empowerment” yang diselenggarakan oleh BeritaSatu Media Holdings bersama Citi Indonesia

Bila dilihat dari data Unesco, dari sisi pendidikan, laki-laki sudah pegang ijazah SMP karena rata-rata sekolahnya sudah 9 tahun ke atas, tapi perempuan masih pegang ijazah SD. Penduduk yang lulus dari pendidikan sains, teknologi, teknik dan matematika (STEM), laki-laki 63% dan perempuan 37% atau jaraknya ⅔. Selain itu masih terjadinya diskriminasi pada perempuan seperti subordinasi, beban ganda, marginalisasi, stereotype dan lainnya yang bisa terjadi di mana saja baik di rumah, di ruang publik maupun di tempat kerja. Dalam 11 tahun terakhir, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia memang meningkat baik untuk laki-laki maupun perempuan. Tetapi bila dilihat benefit dari pembangunan yang dilakukan oleh negara, ternyata masih belum mampu memperkecil gender gap ini. Rendahnya IPM perempuan berkontribusi terhadap rendahnya IPM nasional.

Dengan adanya masalah ini, hal ini merupakan salah satu  alasan kami untuk memilih topik ini. Kami ingin memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya kesetaraan gender ini agar semua orang tidak memandang remeh tentang masalah gender equality ini. Dengan melihat tingkat kesetaraan gender yang masih cukup rendah di Indonesia dan banyaknya kasus diskriminasi dalam berbagai aspek kehidupan, seperti maraknya kasus pelecehan seksual, kekerasan dalam rumah tangga, dll. Hal-hal tersebut menjadi alasan kami mengangkat topik kesetaraan gender. Dengan memperlihatkan bagaimana sebenarnya Indonesia memiliki peluang yang besar bagi masing-masing gender dapat berperan untuk mencapai cita-cita individu maupun bangsa, dapat memotivasi generasi muda dalam mencapai apa yang dicita-citakan, serta menanamkan konsep kesetaraan gender pada diri kita untuk dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari.

Acara ini diisi oleh dua pembicara yaitu Ibu Lenny N. Rosalin, SE, M,Sc.,M.Fin yang merupakan Deputi Menteri PPPA Bidang Kesetaraan Gender, dengan materi mengenai “Peran Perempuan dalam Pemulihan Sektor Ekonomi Kreatif Nasional Pasca Pandemi Covid-19”. Dan Ibu Luciana Dita yang merupakan AVP External Affairs at LinkAja dengan materi mengenai “Kesetaraan Gender dalam Pemulihan Sektor Ekonomi Digital Pasca Pandemi Covid-19”. Webinar ini dibawakan oleh Berton Atallah dan Cathrine Louise sebagai MC.

Acara webinar ini diawali dengan pengenalan Ibu Lenny N. Rosalin, S.E., M,Sc., M.Fin. yang merupakan Deputi Menteri PPPA Bidang Kesetaraan Gender. Pembicara membawakan topik mengenai “Peran Perempuan dalam Pemulihan Sektor Ekonomi Kreatif Nasional Pasca Pandemi Covid-19”. Dari pemahaman tersebut diharapkan para partisipan dapat lebih memahami akan bentuk-bentuk ketidakadilan gender yang sering terjadi lingkungan sekitar. Selanjutnya pembahasan materi mengenai transformasi digital dari kegiatan peningkatan produktivitas di sektor kewirausahan. 

Acara webinar dilanjutkan oleh pemateri kedua dari Ibu Luciana Dita yang merupakan AVP External Affairs at LinkAja dengan materi mengenai “Kesetaraan Gender dalam Pemulihan Sektor Ekonomi Digital Pasca Pandemi Covid-19”. Dari pemahaman tersebut bahwasannya perempuan pun harus turut andil secara adil dalam sebuah perusahaan dan industri secara aktif dan dilanjutkan dengan penjelasan mengenai situasi perekonomian pasca-pandemi. 

Selanjutnya dilakukan dengan sesi Q&A kepada kedua pembicara secara bergantian. Pada sesi ini dibantu oleh MC Berthon dan Cathrine untuk membacakan pertanyaan-pertanyaan yang ada. Sesi ini dipenuhi oleh antusiasme dari para peserta webinar untuk bertanya mengenai hal-hal yang mereka butuhkan kepada kedua pembicara melalui fitur chat yang ada. Dengan adanya sesi ini, diharapkan dapat membantu para peserta untuk memahami suatu hal yang belum dipahami dan mengatasi hal-hal yang sedang dialami oleh para partisipan. 

Setelah acara Q&A, dilanjutkan dengan sesi dokumentasi terhadap pembicara, panitia, dan para peserta. Para partisipan akan mendapatkan e-certificate dan poin SAT untuk para binusian jika mengikuti acara ini dari awal hingga akhir.

 

Dokumentasi Peserta:




 

Annisha Bharati