Social Day Festival TFISC 2021: Mental Health Webinar

 “TOXIC HUSTLE CULTURE ON UNIVERSITY STUDENT: OVERWORK AND SLEEP DEPRIVATION ARE NOT COOL”.

Hustle Culture merupakan sebuah gaya hidup di mana seseorang termotivasi untuk mencapai kesuksesan yang merasa bahwa dirinya harus terus bekerja keras tanpa henti kapan pun dan di mana pun, hingga meluangkan sedikit waktu istirahat untuk dirinya. Hustle Culture banyak ditemukan di kalangan remaja, tak heran jika gaya hidup ini sudah pernah dialami oleh para mahasiswa.

Pada hari Selasa, 13 Juli 2021, Teach For Indonesia Student Community (TFISC) menyelenggarakan webinar mental health, “Toxic Hustle Culture on University Student: Overwork and Sleep Deprivation are Not Cool”. Webinar ini bertujuan untuk meningkatkan kesehatan fisik dan mental pada mahasiswa. Tentunya kita semua memiliki impian dan target untuk masa depan, belajar dan bekerja setiap hari atau bahkan pagi ke pagi hingga menjadi permasalahan serius seperti, mengalami gangguan kecemasan, depresi, serta gangguan tidur akibat melakukan segalanya secara berlebihan. Oleh sebab itu, adanya acara webinar mental health ini agar kita mendapat wawasan bagaimana cara untuk mencapai impian serta menyeimbangkan kehidupan pribadi kita dengan pekerjaan sebagai mahasiswa.

Webinar ini dibawakan oleh Greta Vidya Paramita selaku dosen Psikologi Binus University. Dalam pembahasan webinar ini, ka Greta menjelaskan bahwa betapa pentingnya untuk mengenal toxic hustle culture yang di mana budaya dengan gaya hidup ini akan mempengaruhi kita secara kejiwaan. Tak mau tertinggal di belakang, ingin selalu belajar, bekerja dan mengorbankan segalanya untuk sampai di garis puncak finish.

Di masa pandemi ini, semakin banyak orang yang merasa bahwa dirinya tidak produktif selama di rumah aja sehingga munculnya perasaan untuk berusaha mengembangkan dirinya dengan mengikuti banyak kegiatan produktif di rumah. Produktivitas selalu dipuji, ketika masyarakat melihat kita sibuk baik secara akademis maupun dunia kerja, kita akan mendapatkan penghargaan yang besar. Selain di hustle culture ini, ada kecemasan-kecemasan lainnya yang disebabkan oleh kondisi pandemi yang kita hadapi saat ini seperti, kondisi ekonomi yang memburuk mendorong orang untuk bekerja lebih giat demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. 

Survei menemukan bahwa 83,8% responden menganggap bekerja lembur sebagai hal yang normal, sementara 69,6% mengaku bahwa mereka rutin bekerja di akhir pekan. Selain itu, 60,8% dari mereka merasa bersalah jika tidak menambah jam kerja. Bahkan ada seorang responden menghabiskan untuk bekerja rata-rata 100 jam kerja per minggu, sementara beberapa dari mereka bekerja antara 75-80 jam per minggu. Tak sedikit dari mereka yang mengalami stress, tetapi enggan untuk meluapkan emosinya sehingga mengancam kesehatan fisik dan mental.

Toxic hustle culture sangat berbahaya, meskipun mungkin berhasil tetapi bukanlah cara hidup yang sehat. Cobalah untuk meluangkan waktu untuk diri sendiri hari ini, dan berusahalah untuk menjalani kehidupan yang seimbang setiap hari. Kesuksesan bukan hanya tentang uang dan pekerjaan, tetapi tentang menemukan kebahagiaan dan mensyukuri apa yang dimiliki dalam hidup, “Work hard to achieve your goals, but be gentle with yourself”.

Setelah pembawaan materi yang dibawakan oleh ka Greta, akan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang dipandu oleh pembawa acara. Pada sesi QnA, antusiasme peserta sangat tinggi, banyak pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh peserta melalui kolom chat. Adanya sesi QnA ini dengan tujuan agar dapat membantu peserta mendapatkan solusi dan pandangan yang lebih luas dalam kondisi mereka sekarang ini. Saat semua rangkaian acara webinar telah selesai, akan ditutup dengan melakukan sesi foto bersama panitia, pembicara dan seluruh peserta. Bagi peserta yang mengikuti webinar ini hingga akhir, peserta akan mendapatkan e-certificate dan khususnya binusian akan mendapatkan poin SAT. 

DOKUMENTASI KEGIATAN: