SATU SEDOTAN PLASTIK VS MASA DEPAN BUMI

Setiap tahun, sebanyak 1,29 juta metrik ton sampah plastik Indonesia berakhir di lautan. Ibarat seperti 215 ribu ekor gajah Afrika dengan bobot masing-masing seberat 6 ton. Menurut penelitian yang pernah dilakukan, di Indonesia pemakaian sedotan plastik mencapai 93.244.847 batang per harinya, jika jumlah sedotan plastik sekali pakai ini direntangkan akan menghasilkan panjang 16.784 km atau sama dengan jarak tempuh Jakarta menuju Meksiko. Kebutuhan akan penggunaan plastik terus bertambah, dari industri kuliner sendiri yang semakin merajalela menyebabkan penggunaan sedotan plastik, sendok dan garpu plastik, sampai kantong plastik mengalami kenaikan signifikan. Jika hal ini terus menerus dibiarkan, tidak mengagetkan bila beberapa tahun yang akan datang, bumi yang kita diami ini akan sangat tercemar oleh sampah plastik termasuk sedotan plastik.

Untuk mencegah pencemaran bumi akan sedotan plastik yang semakin meningkat, dibutuhkan upaya konkret dan berkelanjutan dalam perlindungan dan pelestarian fungsi lingkungan hidup. Berbagai upaya untuk menekan penggunaan bahan plastik sekali pakai serta meningkatkan kesadaran masyarakat diperlukan sikap dan perilaku peduli terhadap lingkungan. Menurut (Ahmad, 2010), gerakan kultural dalam menjaga lingkungan perlu digerakkan dengan menciptakan lingkungan yang sehat dan bersih melalui keyakinan, pemahaman, dan perilaku ekologis manusia dalam kehidupan sosialnya. Dalam upaya mengurangi penggunaan sedotan plastik diperlukan upaya dan kerja sama bukan dari satu pihak saja, tapi dari berbagai pihak, baik pemerintah, kelompok-kelompok pembawa perubahan (agent of change), maupun kalangan masyarakat.

Sebagai penghuni bumi, sudah sepatutnya untuk memiliki kesadaran terhadap lingkungan. Jangan sampai bumi kehilangan esensialnya sebagai rumah bagi kita serta habitat bagi fauna dan flora. Hal yang ingin ditekankan pada penelitian ini adalah mendorong segenap penghuni bumi untuk mulai bergerak merawat dan memelihara bumi kita dengan apa yang bisa dilakukan, mulai dari hal-hal kecil seperti memilih untuk tidak menggunakan sedotan plastik sekali pakai yang sulit didaur ulang dan menggantinya dengan alternatif lain seperti menggunakan sedotan stainless steel. Sudah saatnya membawa perubahan baik bagi bumi yang sudah memberikan manfaatnya yang berlimpah bagi kita. Keselamatan bumi harus tetap dijaga untuk memastikan anak cucu kita di masa mendatang bisa menikmati keindahan dan kebaikan bumi yang bersih.

Sedotan yang paling awal berbentuk cekungan batang rumput dan benar-benar terbuat dari rumput atau jerami. Sedotan minuman pertama yang tercatat dalam sejarah diciptakan bangsa Sumeria untuk minum bir, kemungkinan agar sisa fermentasi yang solid dan berada di dasar gelas tak terminum. Sekitar zaman 1800, sedotan dari jerami mulai populer karena murah dan lembut, namun terdapat kekurangan yaitu gampang larut dalam minuman. Marvin C. Stone sebagai inventor sedotan minuman menemukan sedotan minuman modern yang terbuat dari kertas pada tahun 1888. Sejak saat itu sedotan terus berkembang seiring dengan berkembangnya berbagai jenis minuman. Terdapat beberapa jenis sedotan, beberapa di antaranya yaitu :

  • Sedotan biasa : berbentuk tegak lurus dan panjang.
  • Sedotan bengkok : sedotan yang dapat dibengkokan ujung bagian atas yang gunanya untuk kenyamanan.
  • Crazy straw : sedotan terbuat dari plastik dan mempunyai beberapa liukan, ketika minuman disedot maka cairan akan mengikuti liukan dari sedotan tersebut.
  • Spoon straw : sedotan yang membentuk sendok pada salah satu ujung sedotan yang berguna  untuk meminum ice cream.
  • Sedotan mini : biasa ditemukan di kotak minuman.
  • Wide straw : berbentuk seperti sedotan biasa namun memiliki diameter yang lebih besar. Ini digunakan untuk meminum bola jeli yang ada di minuman.
  • Sanitary straw : sedotan yang dibungkus terpisah untuk menghindari kontaminasi. Sedotan ini awalnya dipasarkan sebagai sarana bagi masyarakat untuk mengurangi risiko tertular penyakit dari gelas atau cangkir.
  • Extendo straw : sedotan yang dibungkus plastik seperti halnya sedotan mini dan dapat diperpanjang untuk menjangkau bagian bawah dari minuman kotak.

Berbagai jenis sedotan modern ini yang penggunaannya hanya digunakan sesaat dan akhirnya menambah jumlah angka limbah, dibuat dari bahan plastik jenis polypropylene, polystyrene, dan beberapa campuran kimia lainnya yang berkembang di setiap zaman sesuai kebutuhan. Bahan plastik jenis polypropylene dan polystyrene merupakan bahan plastik yang sulit didaur ulang. Plastik yang tidak didaur ulang pada akhirnya akan mencemari lingkungan kita, terutama lautan. Beberapa jenis bahan plastik termasuk dalam kategori unbiodegradable, artinya plastik tidak dapat terdaur dan dicerna oleh mikroorganisme serta didaur ulang secara alami menjadi molekul organik yang baru. Proses penguraian bahan plastik membutuhkan waktu selama 200 tahun, meskipun begitu plastik tidak dapat seutuhnya hilang dari bumi, sebab plastik hanya akan terurai menjadi serpihan kecil yang tidak terlihat tetapi tetap ada di bumi. Masalahnya, serpihan plastik ini dapat melepaskan bahan kimia yang berbahaya bagi satwa liar dan lingkungan. Sampah plastik yang di dalamnya termasuk sedotan plastik, terbuang ke laut dan mengancam nyawa satwa. Banyak satwa laut yang menyangka sampah plastik adalah makanan dan alhasil satwa yang menelan sedotan plastik ini dapat merasa tercekik dan sesak.  

Sedotan plastik selalu masuk dalam 10 besar sampah yang mencemari lautan. Oleh karena itu, dibutuhkan kesadaran untuk merawat dan memelihara lingkungan melalui apa yang bisa dikerjakan, mulai dari pengelolaan limbah plastik yang baik karena pengelolaan limbah plastik yang baik dibutuhkan guna menjaga keseimbangan alam dan sebagai upaya merawat bumi. Cara pengelolaan sedotan plastik dan sampah plastik lainnya antara lain yaitu dengan melakukan 3R (Reduce, Reuse, Recycle). 3R merupakan metode yang terdiri dari 3 langkah, yaitu :

  • Reduce, langkah ini mengajak kita untuk mengurangi penggunaan produk yang nantinya akan menjadi sampah. Penggunaan barang yang sulit untuk didaur ulang atau bahkan tidak bisa didaur ulang kembali sebaiknya dikurangi.
  • Reuse, langkah ini mengajak kita untuk menggunakan kembali produk yang sudah dipakai dengan fungsi yang sama. Dengan begitu, akan membantu mengurangi sampah penggunaan bahan plastik sekali pakai.
  • Recycle, langkah ini bisa disebut sebagai langkah memberikan kesempatan kedua untuk berbagai produk bekas agar bisa menjadi produk baru. Melalui langkah ini akan menghasilkan produk baru dari hasil daur ulang dan tidak hanya menjadi tumpukan sampah yang mencemari lingkungan.

Selain itu, pengelolaan limbah plastik yang baik bukan untuk kepentingan lingkungan saja, tetapi juga untuk kesehatan masyarakat. Pengelolaan sampah plastik yang baik dan layak bukan saja dapat meninggalkan kebersihan maupun estetika lingkungan, akan tetapi juga dapat meniadakan atau menghambat berkembang biaknya vektor berbagai penyakit menular yang dapat merugikan kesehatan generasi milenial.

Dalam menghadapi masa Pandemi COVID-19 ini, tak sedikit masyarakat yang cuek akan pengaruh penggunaan sedotan plastik terhadap lingkungan. Mereka lupa bahwa selain kesehatan, lingkungan juga harus menjadi perhatian mereka. Sebagian besar masyarakat berpikir bahwa 1 sedotan yang mereka gunakan tidak akan berpengaruh besar pada keberlangsungan ekosistem lingkungan dan sebagian besar orang beranggapan seperti itu, sehingga penggunaan 1 sedotan yang dikalikan dengan jumlah orang dengan anggapan seperti itu akan menghasilkan jumlah limbah sedotan plastik yang amat melimpah. Jika hal ini tidak ditanggulangi akan mengakibatkan kerusakan dan pencemaran lingkungan yang sangat parah. Maka dari itu, dibutuhkan upaya untuk menanggulanginya. Upaya yang bisa dilakukan yaitu mulai dari menumbuhkan kesadaran masing-masing individu serta mengurangi penggunaan sedotan plastik dan jika perlu menggantinya dengan alternatif lain seperti menggunakan sedotan stainless steel.

Jika dilihat secara keseluruhan dari upaya untuk menanggulangi pencemaran bahan plastik, upaya penanggulangan pencemaran yang disebabkan oleh sedotan plastik mempunyai persentase yang lebih kecil pengaruhnya dibandingkan dengan upaya penanggulangan pencemaran akibat bahan plastik lainnya. Dengan persentase yang lebih kecil tersebut, penulis berharap bahwa upaya mengurangi penggunaan sedotan plastik bisa menjadi ‘batu loncatan’ dalam memerangi pencemaran lingkungan oleh bahan plastik. Meskipun jumlahnya tidak begitu besar, namun perlu diingat bahwa upaya ini hanyalah sebagai batu loncatan untuk menuju perubahan besar selanjutnya. Berdasarkan ilmu psikologis, ditemukan bahwa ketika seseorang terlibat dalam perilaku tunggal, hal itu dapat menjadi motivasi untuk terlibat dalam perilaku yang kurang lebih serupa. Mungkin saja ketika orang mengikuti gerakan upaya mengurangi penggunaan sedotan, ke depannya ia akan lebih ramah lingkungan dengan meninggalkan berbagai produk berbahan plastik ke produk dengan bahan ramah lingkungan. Penulis berharap dengan adanya ‘batu loncatan’ ini akan membawa dampak yang positif dalam menumbuhkan serta meningkatkan kesadaran dan kepedulian akan lingkungan.

Selain mengurangi penggunaan sedotan plastik, terdapat berbagai upaya lain untuk menyelamatkan bumi dari pencemaran yaitu bisa melakukan upaya dengan metode 3R (Reduce, Reuse, Recycle), beberapa contoh di antaranya yaitu :

  • Membawa kantong belanja yang bisa digunakan berulang kali dan tidak memakai kantong plastik yang sekali pakai atau sulit untuk diurai.
  • Memilih untuk membawa botol minum atau tumbler untuk mengurangi penggunaan gelas dan botol plastik.
  • Membeli sampo dan/atau sabun dengan kemasan isi ulang sehingga tidak menambah sampah plastik.
  • Mendaur ulang botol atau gelas plastik untuk dijadikan sebagai pot tanaman.
  • Mendaur ulang plastik pembungkus sabun untuk dijadikan tas belanja atau diubah bentuk menjadi hiasan rumah.

Reference:

Dewi, I Gusti Agung Ayu Yuliartika. (2018). Peran Generasi Milenial Dalam Pengelolaan Sampah Plastik Di Desa Penatih Dangin Puri Kecamatan Denpasar Timur Kota Denpasar. Public Inspiration: Jurnal Administrasi Publik, Volume 3 (No. 2). Diakses dari : https://www.ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/public-inspiration/article/download/1014/711

Alicia, Nesa. (2018). Sampah Sedotan Plastik Mengancam Bumi, Berbagai Pihak Mulai Berbenah. National Geographic Indonesia. Diakses dari : https://nationalgeographic.grid.id/amp/13941728/sampah-sedotan-plastik-mengancam-bumi-berbagai-pihak-mulai-berbenah?page=all

Iir, Muhammad. Minum Tanpa Sedotan Tidak Dapat Menyelamatkan Samudera dari Plastik. Saintif.com. Diakses dari : https://www.google.co.id/amp/s/saintif.com/minum-tanpa-sedotan-tidak-menyelamatkan-samudera-dari-plastik/amp/

Hasan, Akhmad Muawal. Sejarah Sedotan Plastik dan Bahaya yang Diremehkan. Tirto.id. Diakses dari : https://www.google.co.id/amp/s/amp.tirto.id/sejarah-sedotan-plastik-dan-bahaya-yang-diremehkan-cmw1

Fatia, Dara., Sugandi, Yogi Suprayogi. ((2019). GERAKAN TANPA SEDOTAN: HINDARI KERUSAKAN LINGKUNGAN. Diakses dari : http://jurnal.unpad.ac.id/sosioglobal/article/download/21641/pdf

Aurelia Shannon