ASEAN Students Volunteer Mission to Serawak

ONCE IN A LIFETIME EXPERIENCE


 

Pada tanggal 4 Juli 2018, saya dan delegasi Indonesia lainnya berangkat ke Malaysia untuk menghadiri acara YSS-ASEAN Students Volunteer Mission to Serawak, Malaysia 2018. Setibanya kami di Kuala Lumpur, kami langsung menuju ke Putrajaya untuk menghadiri pembukaan acara tersebut. Dalam pembukaan acara ini, kami mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan banyak orang – orang penting, salah satunya adalah Sekretaris Jenderal ASEAN, Dato’ Lim Jock Hoi.

Dalam acara ini, kami akan dibagi ke 11 desa di Serawak, Malaysia dan setiap kelompok akan dibagi kedalam enam divisi yaitu, Education Cluster, Medical and Health Cluster, Community Development/Improvement Cluster, Agribio and Environment Cluster, Crisis and Disaster Management Cluster, dan Information Technology and Social Entrepreneurship Cluster.  Pembagian kelompok ditentukan oleh pihak YSS dan dalam setiap kelompok ada anggota dari seluruh negara ASEAN dan China agar kami mendapatkan pengalaman bersama dengan berbagai mahasiswa dari negara ASEAN dan China lainnya. Sejujurnya, ketika Y SS melakukan pembagian kelompok, kebanyakan dari kami merasa tegang. Saya mendapat kelompok yang akan melakukan misi di Kampung Tunoh, kampung ini terletak di divisi Kapit dan paling jauh diantara kampung lainnya. Awalnya, saya merasa canggung dengan kelompok yang telah ditentukan, namun seiring berjalannya waktu saya dan teman – teman sekelompok dapat beradaptasi dan berbaur dengan sangat baik, kami hanya membutuhkan waktu kurang lebih tiga hari untuk mendekatkan diri antara satu dengan yang lainnya.

Perjalanan ke Kampung Tunoh memerlukan waktu lebih dari 12 jam dari Kuala Lumpur, maka dari itu kelompok kami harus berangkat paling awal, perjalanan menuju Kampung Tunoh tidak mudah, dari Kuala Lumpur kami harus naik pesawat selama kurang lebih tiga jam ke Bandara Sibu, kemudian dari Bandara Sibu kami harus mengendarai bus selama satu jam menuju Sibu Wharf, dari Sibu Wharf menuju Serawak memerlukan empat jam perjalanan menggunakan express boat, kemudian sesampainya kami di Serawak, kami dijemput oleh beberapa penduduk di Kampung Tunoh untuk melanjutkan perjalanan ke Kampung Tunoh dengan mengendarai mobil, kami sampai di Kampung Tunoh kurang lebih pada pukul delapan malam, perjalanan menuju Kampung Tunoh sangat tidak mudah dilupakan karena jalan menuju Kampung Tunoh sangat ekstrim dan jalannya tidak halus.

 

Di Kampung Tunoh, kami tinggal bersama dengan penduduk disana, tempat tinggal kami disebut “Long house” karena dalam satu bangunan tersebut, terdapat banyak kepala keluarga. Di Kampung Tunoh, setiap divisi yang ada memiliki project masing – masing yang harus diselesaikan selama kami berada di Kampung Tunoh. Kelompok kami memiliki main project yaitu membuat lapangan badminton untuk sekolah di Kampung Tunoh. Proses pembuatan lapangan badminton ini sangat tidak mudah, karena kami harus mengambil batu dan pasir di sungai, kami harus membantu mengangat semen yang telah disediakan oleh pihak sponsor.

Selain membuat lapangan badminton, kami juga membantu memperbaiki jalan yang rusak didekat Kampung Tunoh agar setiap orang yang melewati jalan tersebut tidak perlu kesulitan ketika melewatinya, mengingat ketika pertama kali kami melewati jalan tersebut kami kesulitan untuk melewatinya, mesin mobil pun sempat mati karena lubang yang ada terlalu dalam. Selain kedua project tersebut, kami juga mengajarkan banyak hal kepada murid – murid disekolah tersebut, mulai dari menghitung, berbahasa inggris, pengetahuan umum, sains hingga teknologi. Kami juga mengajarkan bukan hanya para murid namun para guru dan penduduk setempat untuk lebih peduli terhadap lingkungan, mendaur ulang sampah – sampah yang dapat didaur ulang hingga bagaimana cara menyelamatkan diri ketika terjadi bencana, kami juga membantu untuk mengecek kesehatan penduduk Kampung Tunoh dan melakukan kampanye mengenai penyakit yang sedang terjadi akhir – akhir ini di Kampung Tunoh.

Selain membantu membina komunitas di Kampung Tunoh, kami juga mengadakan acara ASEAN Day dimana kami mengenakan pakaian tradisional kami masing – masing dan menjelaskan mengenai negara dan budaya kami, kami juga mempertunjukkan tarian tradisional kami. Selain ASEAN Day, kami juga mengikuti upacara adat di Kampung Tunoh, upacara adat ini dilaksanan dua kali, saat kami datang dan saat kami pergi. Setelah kami menyelesaikan misi kami di Kampung Tunoh, kami kembali ke Kuala Lumpur untuk melalukan post mission, pada post mission ini kami harus mempresentasikan seluruh project yang telah kami laksanakan dan menjawab pertanyaan – pertanyaan yang diajukan oleh YSS board of directors. Saat post mission ini kami mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan Menteri Pendidikan Malaysia yaitu, Dr. Maszlee Malik.

Setelah kami melakukan post mission, kami mendapatkan kesempatan untuk mengelilingi Kuala Lumpur bersama anggota kelompok kami. Secara keseluruhan, saya merasa sangat senang dan bersyukur dapat mengikuti misi ini, walaupun dalam prosesnya dapat dikatakan sulit, kami harus menghadapi banyak permasalahan dan kami diuji secara fisik dan mental namun semuanya sangat setimpal dengan pengalaman dan pelajaran yang didapat, terlebih lagi saya dapat bertemu dengan berbagai teman dari negara ASEAN dan China, hubungan kami sangat dekat sampai pada titik dimana saya sangat sedih ketika harus berpisah dengan mereka, saya baru pertama kali mengalami bagaimana rasanya menangis di bandara karena harus berpisah, walaupun saya baru mengenal mereka selama dua minggu, namun saya merasa mereka sudah seperti keluarga saya sendiri karena kami telah melewati berbagai hal bersama, dalam susah dan senang dan kami sangat memahami satu dengan yang lainnya. Melalui acara ini, saya dapat banyak sekali pengalaman dan pelajaran yang tidak mudah saya dapatkan setiap harinya.

Marcelina Tifanny