Pulau Bokor- International Coastal Cleanup bersama Greenpeace Indonesia

Greenpeace, teman-teman pastinya sudah familiar ya dengan LSM yang satu ini.

Tak hanya aktif mengangkat dan terjun langsung menghadapi isu-isu eksploitasi alam, Greenpeace juga unjuk gigi dalam pelestarian alam, termasuk ekosistem laut.

Bersama dengan para volunteer, Greenpeace Indonesia menggandeng masyarakat umum untuk tergabung dalam aksi International Coastal Cleanup yang bertema: Break Free from Plastic.

Ngapain aja sih kemarin itu?

Pulau yang dijadikan tujuan kali ini adalah Pulau Bokor. Masih termasuk dalam Kelurahan Pulau Lancang, Pulau Bokor adalah pulau terdekat yang dapat diakses dengan mudah dari Pelabuhan Tanjung Pasir, Provinsi Tangerang. Tergolong sebagai pulau konservasi, tanpa penduduk yang ada hanya sekelompok besar primata yang kurang lebih berjumlah 180 ekor (Sumber: Kepala BKSDA Kep. Seribu)

DSC_0389-01
Serentak semuanya berhijab

 

Walau ada selusin matahari di langit, tapi kami tetap semangat. Para volunteer dan panitia yang totalnya berjumlah 100 lebih, dibagi menjadi 10 kelompok. Seminggu sebelumnya, kami sudah dibriefing berdasarkan kelompok masing-masing. Bahwa kami tidak hanya akan mengumpulkan sampah, namun juga sampah-sampah tersebut akan dipisah berdasarkan tipe produk (food packaging, household, personal care, others) dan berdasarkan tipe kemasan (single layer, multi layer, foil, hard plastic, polysterene, dll) selain itu juga diberi keterangan merk produk dan nama produsen dan dihitung jumlah produk itu. Everything is well-organized and well-prepared.Salut dengan Greenpeace.

wp-1505712128416.
Formulir Pendataan Sampah untuk Food Packaging

 

Dari Pelabuhan Tanjung Pasir dibutuhkan sekitar 1,5 jam perjalanan kapal menyebrang ke Pulau Bokor. Terasa singkat karena saya sekapal dengan Bapak Yusen, Kepala Suku Dinas Lingkungan Hidup Kepulauan Seribu. Pantun dan puisi bergiliran menghibur kami yang mulai pusing digoncang-goncang ombak.

Dan akhirnya kami mengucap syukur karena samar-samar terlihat Pulau Bokor di kejauhan. Bentangan pasir putih, indah nian. Namun sangat disayangkan, tumpukan sampah  tak kalah banyaknya.

Setiba di Pulau Bokor, kami langsung dibriefing ulang di pondokan mengenai teknis pelaksanaan. Setiap kelompok akan melakukan penyapuan pantai seukuran 5x 10 meter. Sehingga total area pantai yang disapu oleh 10 tim adalah 5 x 100 meter.

Area penyapuan tiap tim sudah ditandai dengan bendera kuning. Kami pun langsung beraksi. Setiap tim anggotanya terbagi menjadi sampler (mengumpulkan sampah), notulen (mendata sampah yang sudah dikumpulkan) dan dokumentasi. Saya kebagian jadi dokumentasi.

Kelompok kami, kelompok 7 sepakat untuk mengumpulkan sampah di 1 jam pertama baru kemudian menggabungkan sampah dan didata setelahnya. 1 jam dengan jumlah 10 orang (karena pada akhirnya semua ikut jadi sampler) sangat efektif. Walau sebenarnya sampah ini belum seberapa kalau dibandingkan hari biasanya karena sebelum kami tiba, sudah ada pasukan oranye yang sedang operasi bersih pantai.

DSC_0453-01
Kak Arisfsyah, kakak panitia di kelompok kami menemukan sampah sabun cuci muka Pond’s yang termasuk di personal care (tipe produk) dan hard plastic (tipe kemasan)
DSC_0491-01
Mau cari apa? Semua ada di sini
Dari semua sampah yang kami kumpulkan, terdata yang paling banyak adalah styrofoam dan food packaging baik yang single layer ataupun multilayer. Sampah bukan hanya di pantai, namun juga sampai ke tengah pulau melewati semak-semak yang terbawa saat air pasang. Miris.

Yang lebih mirisnya lagi, saat kami makan siang, sedangkan para monyet mengais-ngais sampah mencari makan. Beberapa dari mereka ada juga yang berusaha mendekat untuk minta makan. Pulau ini lebih terlihat seperti tempat pembuangan sampah dibandingkan pulau konservasi.

DSC_0513-01
Pendataan sampah (Go Potato: Food packaging, multi layer)

 

Setelah dikumpulkan dan didata, sampah-sampah tersebut kami bagi menjadi 2 karung; 1 karung untuk sampah bermerk dan 1 karung lagi untuk sampah tidak bermerk. Sampah bermerk kami bawa kembali ke Jakarta sebagai bukti saat meminta pertanggungjawaban dari perusahaan-perusahaan penghasil sampah tersebut. Apakah mereka cukup peduli akan dampak dari sampah yang mereka hasilkan. Untuk sampah tak bermerk, kami titipkan kepada petugas BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) Kepulauan Seribu untuk kemudian dibawa ke TPA Bantar Gebang.

Sampah-sampah ini tidak datang hanya dalam setahun. Namun akumulasi dan akhirnya bertumpuk. Kalau tidak rutin dibersihkan, tidak terbayang akan jadi seperti apa Pulau Bokor.

Hayo, ini bungkus kopi Kapal Api tahun berapa?

 

Walau termasuk pekerjaan yang cukup menguras tenaga dan pikiran, namun sangat menyenangkan karena anggota tim yang berasal dari komunitas dan latar belakang yang berbeda. Mayoritas dari teman-teman volunteer adalah mahasiswa sehingga kami sangat cocok. Semoga kegiatan ini bisa kami terapkan di komunitas masing-masing.

Sambil menyelam minum air, begitulah gambaran yang cocok untuk kegiatan ini. Sambil bekerja kami dapat menikmati perjalanan, keindahan Pulau Bokor dan mendapat pengetahuan serta teman-teman baru.

Semoga di tahun-tahun kedepannya, tidak perlu lagi diadakan International Coastal Cleanup dikarenakan jumlah sampah yang sudah menurun atau benar-benar tidak ada. Mungkinkah? Sangat mungkin!

Apa peran kita dalam menjaga kelestarian ekosistem lautan? Mudah, cukup dengan mengurangi konsumsi plastik dalam keseharian. Tidak cukup dengan membuang sampah pada tempatnya. Karena dalam perjalanannya bisa saja sampah tersebut jatuh dan terbawa ke sungai yang berakhir di lautan.

Jadi, yuk mulai sekarang kita kurangi konsumsi produk plastik, walau itu hanya sedotan, bungkus snack, mainan dan kantong plastik.

Indonesia 2020: Break Free from Plastic!

Audrey Tanzil