Merencanakan Masa Depan

Sumber : https://glints.com/id/lowongan/menulis-bisnis-plan/#.YtUGhnZBxPY

Masa depan merupakan sesuatu yang tidak kita ketahui, bahkan ada yang sampai mencari ramalan/pergi ke dukun untuk mengetahui masa depan mereka. Pastinya semua orang ingin memiliki masa depan yang terbaik di dalam hidup mereka. Dalam menggapainya, setiap kita mempunyai cara masing-masing dalam mempersiapkan masa depan, misalnya sebagai mahasiswa kita membuat perencanaan studi, mencari pengalaman, mencari mentor, dan masih banyak lagi. Hal-hal itu kita lakukan agar semakin merasa pasti dengan masa depan kita. Lalu, bagaimana sikap kita sebagai orang percaya dalam merencanakan masa depan kita?

Yakobus 4:13-17 TB

13) Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: ”Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung”, 

14) sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. 

15) Sebenarnya kamu harus berkata: ”Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu.” 

16) Tetapi sekarang kamu memegahkan diri dalam congkakmu, dan semua kemegahan yang demikian adalah salah. 

17) Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa.

 

Di dalam Yakobus 4:13-17, Alkitab mencatat mengenai seorang pedagang yang merencanakan untuk pindah ke suatu kota. Pedagang tersebut sangat yakin dengan rencananya untuk berdagang satu tahun dan mendapat untung. Akan tetapi, Yakobus menegur pedagang tersebut bahwa tidak ada satupun kita yang mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan, bahkan hari esok pun tidak ada yang mengetahui. Kalau seperti itu, apakah kita tidak boleh membuat perencanaan? Tentunya tidak, teguran Yakobus tersebut bukan berarti kita tidak boleh merencanakan tentang hidup kita.

Amsal 6:6-8 TB

6) Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak: 

7) biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya, 

8) ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen. 

 

Di dalam kutipan Amsal tersebut, kita disuruh untuk memperhatikan laku semut di mana semut tersebut menyiapkan persediaan makanan untuk musim dingin. Ini menunjukkan bahwa kita tetap perlu untuk berencana dan tidak bermalas-malasan. Kalau begitu, apa yang salah dengan perencanaan pedagang tadi yang tertulis di kitab Yakobus?

Dari sini, kita dapat belajar bahwa tidak ada salahnya dalam membuat perencanaan dalam hidup, bahkan kita memang perlu untuk membuat perencanaan di dalam hidup kita, apalagi dalam mempersiapkan masa depan kita. Hal yang perlu diperhatikan adalah sikap hati kita ketika membuat perencanaan. Berdasarkan Yak. 4: 16, kita dapat mengetahui yang salah adalah ketika kita congkak atau terlalu bersandar pada perencanaan kita sendiri. Jadi, fokus hati kita seharusnya bukan mengenai apa yang kita inginkan, tetapi apa yang Tuhan kehendaki di dalam hidup kita seperti tertulis di Yak. 4:15. Sebab “banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan TUHANlah yang terlaksana” (Amsal 19:21).

Mungkin kita sering berdoa untuk melibatkan Tuhan dalam rencana kita. Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan kita berdoa tersebut. Akan tetapi, jika kita berdoa seperti itu, tanpa kita sadari kita ingin atau bahkan memaksa Tuhan untuk menjalankan apa yang kita rencanakan atau yang kita mau bagi hidup kita. Tidakkah seharusnya kita diciptakan untuk rencana Tuhan, bukan Tuhan untuk rencana kita? Jadi, hal yang seharusnya kita doakan, yaitu bagaimana kita yang kecil ini dapat menjadi bagian di dalam rencana-Nya yang besar dan luar biasa untuk hidup kita.

Referensi:

  • Alkitab Terjemahan Baru (Lembaga Alkitab Indonesia)
Esther Vemberly & Jonathan Jason Jovanka